Pengalaman Toilet Training Anak dengan Autism Spectrum Disorder

Fitria Mustikawati
Ibu rumah tangga dengan 2 orang putri juga berwirausaha di bidang kuliner dan pariwisata. Lulusan dari Manajemen Pemasaran Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia. Mantan bankir salah satu Bank swasta di Indonesia.
Konten dari Pengguna
25 Februari 2024 16:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitria Mustikawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi balita melakukan toilet training. Foto: Shinya nakamura/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi balita melakukan toilet training. Foto: Shinya nakamura/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setiap anak perlu diajarkan untuk mandiri, tak terkecuali anak dengan gangguan autisme (autism spectrum disorder). Penanganan masalah kemandirian ini merupakan tantangan tersendiri untuk para orang tua termasuk saya. Awal untuk mencapai sebuah kemandirian bisa dimulai dalam beberapa hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya toilet training. Anak autis mengalami kesulitan dalam hal toilet training seperti aktivitas mandi, buang air besar dan buang air kecil.
ADVERTISEMENT
Toilet training dapat diajarkan oleh orang tua di rumah. Pengalaman saya mengajari Nindy untuk buang air kecil dan air besar ke kamar mandi dimulai saat anak berusia 2,5 tahun (sehari-hari masih memakai popok sekali pakai / diapers). Saat itu, saya sudah tidak tahan dengan bau menyengat dari diapers yang dipakai Nindy. Akhirnya saya sepakat dengan suami untuk mulai mengajarkan toilet training.
Proses ini sangat panjang dan perlu perhatian khusus. Untuk buang air kecil (BAK) saya mengajak Nindy ke kamar mandi setiap lima belas menit sekali, tidak apa-apa jika saat ke kamar mandi anak tidak memberikan respon. Untuk buang air besar (BAB) setiap pagi hari sebelum mandi saya diamkan beberapa menit duduk / jongkok di kloset. Selain itu kami harus peka terhadap gerak gerik dari Nindy yang dapat menjadi sinyal apakah ia ingin BAK atau BAB. Setelah diajak ke kamar mandi saya kembali pakaikan diapers kepadanya. Terkadang saat itu Nindy sering mengompol, namun kami berpikir itu bagian dari proses pembelajaran. Entah lah cara ini bagus atau tidak, dan cara orang tua mengajari anak juga berbeda.
ADVERTISEMENT
Proses toilet training terganggu karena saya hamil anak ke-dua. Namun saya bertekad dan berdoa supaya Nindy diberikan kelancaran dalam proses toilet training ini. Sampai akhirnya sebulan setelah saya melahirkan saya gencar mengejar ketertinggalan selama beberapa bulan ke belakang. Saya kembali melakukan kegiatan toilet training secara rutin di rumah. ''Tanamkan diri agar konsisten'', ucap saya ketika itu.
Di usianya yang menginjak tiga tahun delapan bulan Nindy benar-benar lepas dari popok sekali pakai. Secara tiba-tiba setiap kali saya memakaikan diapers kepada Nindy, ia selalu melepasnya. Akhirnya saya dan suami saling bergantian membawa Nindy ke kamar mandi juga mengurus bayi yang baru lahir. Hal ini melatih kesabaran kita sebagai orang tua.
Dalam hal mengajari mandi kami mulai memberikan pemahaman ketika Nindy berusia lima tahun. Berbagai tahapan mulai dari melepas pakaian, membawa handuk, menyiram air dan memberikan sabun ke badan tentunya bukan hal yang mudah bagi anak dengan gangguan autisme. Untuk menerima instruksi / arahan pun harus diulang berkali-kali dengan memastikan kontak matanya harus sudah bagus. Perjalanan panjang memang, namun kami harus konsisten dan telaten.
ADVERTISEMENT
Hingga sekarang Nindy berusia sembilan tahun, apabila ia akan mandi harus diberikan arahan terlebih dahulu mengenai tahapan demi tahapannya. Alhamdulillah kami selalu bersyukur setiap perkembangan dari Nindy. Sekarang Nindy sudah dapat mengkomunikasikan apabila dia akan buang air kecil atau buang air besar. Bentuk komunikasi pertama yang ia katakan yaitu bicara ‘’Basah.. Ganti baju.. ’’itulah yang Nindy katakan apabila pakaian yang dia pakai basah. ‘’Mau pipis’’, ujar Nindy saat akan melakukan buang air. Pengalaman toilet training ini memang tidak sesingkat cerita yang disampaikan, namun percayalah semakin kecil anak diajarkan toilet training maka akan semakin mudah ia untuk mandiri.
Semangat terus untuk orang tua yang memiliki anak dengan gangguan autisme, semoga Allah Swt mudahkan setiap langkah dalam membersamai anak-anak kita.
ADVERTISEMENT