Konten dari Pengguna

Anak Abah Coblos 3 Paslon: Menyelamatkan Demokrasi atau Sekedar Drama Pemilu?

QANITA ZAHWA NABILAH
saya merupakan mahasiswa di Universitas Brawijaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik program studi Ilmu Komunikasi
12 Oktober 2024 12:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari QANITA ZAHWA NABILAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Politik merupakan hal yang tak bisa dipisahkan dalam menjalani kehidupan bernegara. Bahkan dalam berkomunikasi dan berdiskusi. Tema politik selalu menarik untuk dibicarakan. Teknologi informasi yang terus berkembang memberikan kemudahan mengakses informasi mengenai politik, hal ini tentu menjadi kabar baik di mata publik, salah satunya adalah generasi muda. Generasi muda menjadi sasaran demokrasi begitupun juga peran anak muda sangat penting bagi kehidupan politik kedepannya.
ADVERTISEMENT
Pemikiran-pemikiran dan juga keterlibatan anak muda dalam hal politik memang sangat dibutuhkan. Banyak sekali informasi mengenai keterlibatan anak muda terhadap politik pada aplikasi X. salah satu akun pada aplikasi X mengatakan;
“maaf menurut saya anak muda tipologinya telah beringsut. Mereka dinamis, punya kreativitas dan energi besar untuk membentuk dunia”.
Hal ini menjelaskan bahwa peran generasi muda dalam mengembangkan isu politik sangat berpengaruh besar. Kreativitas dan keberanian yang mereka miliki dibutuhkan negara khususnya keterlibatannya di dalam politik. Generasi anak muda menjadi generasi “melek politik”. Hal ini pun tergambar melalui peran media sosial dalam menyebarkan informasi. Kegemaran generasi muda dalam bersosial media mampu memberikan pengaruh besar terhadap tingkat partisipasi politik generasi muda.
ADVERTISEMENT
Kehadiran serta keikutsertaan generasi muda pada masa pemilihan umum kemarin, menyadarkan bahwa suara mereka dalam pemilihan umum sangat berpengaruh besar kepada nasib politik dan demokrasi Indonesia di masa depan. Mereka terlibat aktif dalam berpolitik dan tidak hanya menjadi penonton dalam berpolitik, namun juga menjadi pemain kunci dalam dunia politik. Kesadaran generasi muda ini muncul dengan adanya berbagai gerakan besar yang menarik perhatian publik, salah satunya lahirlah gerakan “anak abah”.
anak abah coblos 3 paslon : menyelamatkan demokrasi atau sekedar drama pemilu? (image; Qanita Zahwa Nabilah, dibuat di canva)
Gerakan “Anak abah” adalah gerakan para pendukung anies baswedan yang bersikeras untuk memajukan anies baswedan dalam pemilihan gubernur Jakarta. Namun pada kenyataannya tidak sesuai dengan ekspektasi para ”anak abah”. Hal tersebut terbukti bahwa pilihan mereka atau Anies Baswedan tidak diusung partai politik dalam pemilihan calon gubernur Jakarta 2024-2029. Tentunya hal ini menimbulkan kemarahan dan kekecewaan besar bagi “anak abah”.
ADVERTISEMENT
Rasa kekecewaan dan kemarahan “anak abah” ini, memunculkan isu “coblos 3 paslon” untuk pilkada Jakarta 2024-2029. Isu coblos 3 paslon yang dimaksud oleh gerakan “anak abah” ini adalah gerakan untuk mencoblos 3 pasangan sekaligus saat pilkada Jakarta nanti. Kemarahan yang dilakukan “anak abah” ini merupakan kemarahan yang tidak berdasarkan akal sehat. Bertentangan dengan prinsip demokrasi yang sesungguhnya, bahkan bertentangan dengan peraturan KPU.
Isu “coblos 3 paslon” yang diinisiasi oleh gerakan “anak abah” ini memunculkan perspektif berbeda dari berbagai pihak, baik tokoh yang ahli di bidang politik maupun masyarakat secara umum. Banyak pandangan dan juga kritikan masyarakat terkait hal ini yang berseliweran secara bebas di platform sosial media.
Terjadinya gerakan anak abah ini bisa juga menjadi respon positif anak muda yang ingin terlibat aktif dalam proses demokrasi khususnya pemilihan kepala daerah. Namun, ada juga pihak yang berpendapat bahwa gerakan ini bisa berpotensi mengobrak-abrik prinsip-prinsip demokrasi yang seharusnya dipegang teguh. Pandangan masyarakat umum terhadap anak abah ialah gerakan generasi muda “terdidik”. Oleh karena itu seharusnya sebagai “anak abah” yang mayoritas terdidik tidak seharusnya memiliki pandangan politik seperti itu.
ADVERTISEMENT
Lahirnya gerakan ini menuai banyak respon negatif dari berbagai pihak termasuk pengamat politik pun ikut mengomentari hal ini. “Tergambarkan bahwa mereka ini tidak suka dengan kandidat kandidat yang ada. Pilihannya pada anies, namun anies nya tidak diusungkan maka dari itu mereka melahirkan gerakan coblos 3 paslon ini.” ujar ujang komaruddin pengamat politik universitas Al-Azhar indonesia.
Gerakan ini tentunya mengobrak- abrik sistem demokrasi yang ada. Karena dalam konteks demokrasi, hal ini merupakan gerakan yang tidak baik dan tidak sehat. Seharusnya memunculkan gerakan “ayo mencoblos yang sudah terdaftar di KPU” saja, bukan lantas menggiring opini publik untuk mencoblos 3 paslon sekaligus. Pandangan pengamat politik ujang kamaruddin mengatakan; “saya melihat bahwa memang tidak salah membangun gerakan coblos untuk semua, tapi bagaimanapun proses pemilu sudah jalan walau menyakitkan publik, walau menyakitkan pendukung anies tapi itu lah yang dibangun oleh partai. Partai memilik kepentingannya sendiri, berbasis pada elitis”.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa minggu terakhir, anies baswedan mantan gubernur DKI Jakarta sempat merespons terkait gerakan ini. “Gerakan coblos 3 paslon di pilkada jakarta ini adalah sebagai ungkapan generasi bangsa atas kondisi bangsa yang terjadi selama ini. Gerakan ini pun merupakan bagian dari hak konstitusi, oleh karena itu harus dihargai dan dihormati setiap pilihan yang ada”. Ujar anies usai menghadiri acara di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada senin sore. Pernyataan anies itu menyoroti pentingnya suara para generasi muda terlebih lagi gerakan “anak abah” yang mewakili para pendukung anies. Namun, ada kemungkinan bahwa munculnya gerakan ini adalah sebagai bentuk politisasi yang dapat dipandang sebagai manipulasi suara. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.
ADVERTISEMENT
Tindakan kekecewaan ini pun sepenuhnya tidak bisa dibenarkan karena akan mempengaruhi hak orang lain untuk memilih. Sesuai dengan UU pemilu bahwa kita semua wajib sebagai warga negara menjalankan pemilu yg berlangsung secara umum rahasia bebas dan adil. Apapun yang terjadi sekarang pada akhirnya pemilu akan tetap dianggap sah, dan akan ada pemimpin dan gubernur yang pastinya akan dilantik. Jadi, perlu adanya kesadaran penuh bahwa suara kita sebagai generasi muda begitu penting. Jangan sampai apa yang sebenarnya kita idamkan seperti gagasan nya Anies atau ide-idenya Anies justru malah semakin jauh untuk direalisasikan.
Lalu, apakah gerakan coblos 3 paslon ini akan berlanjut hingga nanti hari H pencoblosan?? Jawabannya tidak ada yang tahu, walaupun memang ini hanya berlatarbelakang dari rasa emosional dan kekecewaan para pendukung akan tetapi tidak bisa kita pungkiri jika hal ini terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
Semoga saja semangat gerakan ini hanya karena baper menjelang pemilu dan akan padam begitu saja setelah pemilu selesai. Semoga, dalam kebisingan dan kemeriahan menjelang pencoblosan ini, kita bisa menemukan bahwa setiap suara itu berharga dan mempengaruhi perubahan di masa depan nanti.