Konten dari Pengguna

Booktok: Pecinta Buku atau Romantisasi Kriminalitas?

Qisthy Fatiyah Ahmad
Seorang mahasiswa Ekonomi Islam di sebuah perguruan tinggi negeri di Indonesia, pecinta buku yang ikut mengamati isu-isu sosial dunia
8 Januari 2025 10:57 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Qisthy Fatiyah Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Satu sisi yang mungkin dan tidak mungkin belum Anda temui di media sosial, adalah booktok. Seperti namanya yang merupakan gabungan dari kata book dan TikTok, tren ini berawal dari platform video pendek tersebut. Para pembaca membuat konten mengenai bacaan mereka, dapat berupa review atau kutipan kata-kata yang diambil dari buku tersebut. Sebetulnya hal ini bukanlah sesuatu yang negatif, mengingat booktok dapat dihadikan sarana promosi hobi membaca dan memberikan para pembaca rekomendasi buku-buku yang layak diselami. Namun, seiring meluasnya jaringan tren booktok, ada beberapa hal yang membuat orang-orang menaruh stereotip buruk terhadapnya.
Berbagai komentar dalam postingan booktok di Instagram. Tidak hanya TikTok, booktok juga populer di platform media sosial Instagram dengan nama bookstagram. (Sumber: Dokumentasi penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Berbagai komentar dalam postingan booktok di Instagram. Tidak hanya TikTok, booktok juga populer di platform media sosial Instagram dengan nama bookstagram. (Sumber: Dokumentasi penulis)
Meskipun booktok secara general mencakup seluruh genre bacaan dan semua orang memiliki kebebasan untuk membangun komunitas serta mencari sesama penikmat novel dengan genre serupa, booktok didominasi oleh buku-buku fiksi bergenre young adult (dewasa muda) dan romansa. Berkembang pula istilah dark romance (yang dapat secara langsung diartikan sebagai romansa gelap), di mana latar percintaan dalam cerita dibumbui aksi dan dibangun di 'dunia' yang gelap, memberikan kisah cinta tak biasa di mana kedua tokoh utama memperjuangkan cintanya di tengah dunia yang hancur atau tengah dilanda perang dan bencana. Imajinasi bahwa akan ada seseorang yang melindungi Anda dan mencintai Anda begitu tulus dalam sebuah keadaan yang membuat Anda kehilangan harapan, membuat genre ini disenangi terutama oleh kalangan perempuan.
ADVERTISEMENT
Penggemar dark romance dengan cepat mendominasi populasi pembaca di booktok. Konten-konten mengenai karakter novel dan konten 'imagine', di mana Anda membayangkan diri Anda di posisi tokoh utama dan memiliki tokoh pria dalam novel tersebut sebagai pasangan, mulai bermunculan. Disamping menarik lebih banyak orang untuk mulai membaca, konten semacam ini juga memunculkan banyak oknum tak bertanggung jawab yang secara berlebihan menyukai satu karakter, mengabaikan sifatnya yang buruk hanya karena adegan romansa sederhana. Terkadang, karakter-karakter ini pula secara gamblang melakukan tindakan kriminal dan kekerasan kepada 'wanitanya', namun hal ini juga dianggap sebagai sesuatu yang romantis dan banyak orang mempostingnya di bawah tagar booktok.
Selain itu, isu yang sensitif seperti pelecehan seksual, hubungan yang toksik, ataupun kekerasan juga banyak diromantisasi oleh para "booktok" ini. Berbagai masalah yang seharusnya tidak dinormalisasikan justru dianggap sesuatu yang wajar, di mana tindakan kriminal yang dilakukan pelakunya dianggap biasa hanya karena pelaku adalah seseorang yang atraktif. Jika Anda pernah mendengar novel Haunting Adeline, buku tersebut dapat menjadi contoh nyata bagaimana romansa dapat mengalihkan pembaca dari fakta bahwa tokoh dalam buku tersebut melakukan kejahatan yang keji kepada wanitanya. Dalam buku ini, sang tokoh utama, Adeline menjadi korban penguntitan dan kekerasan seksual oleh Zade, pemeran pria utama.
Sisi positif booktok (Sumber: Dokumentasi penulis)
Pada akhirnya, tren booktok ini seharusnya dikembalikan ke koridor awalnya, sebagai safe place (tempat yang aman) bagi para pecinta buku untuk saling berbagi dan mengedukasi. Seperti sebuah video yang dibagikan seorang pengguna TikTok yang menceritakan tentang buku karangan ayahnya yang mulai banyak dibeli setelah ia membuat konten mengenai buku tersebut di media sosial, ini menjadi bukti bahwa booktok dapat juga menjadi media promosi. Kolom komentar postingan tersebut dipenuhi pujian dan dukungan untuk ayah dari pemilik akun tersebut. Jika lebih banyak orang menggunakan booktok sebaik-baiknya, tidak menutup kemungkinan pula booktok dapat menarik lebih banyak orang untuk mulai membaca.
ADVERTISEMENT