Semarak Mental llness di Kalangan Remaja

Qobidhah Abiyu
Mahasiswa Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Jawa Timur
Konten dari Pengguna
7 April 2022 14:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Qobidhah Abiyu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source : https://pixabay.com/id/vectors/kesehatan-mental-abstrak-ilmu-urai-3285625/
zoom-in-whitePerbesar
Source : https://pixabay.com/id/vectors/kesehatan-mental-abstrak-ilmu-urai-3285625/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Qobidhah Abiyu Kisa Handani
UIN Sayyid Ali Rahmatullah TULUNGAGUNG
ADVERTISEMENT
Mental illness, kerap kita mendengar kalimat itu di era ini, apakah kejiwaan manusia digital banyak yang tidak sehat seperti manusia di era sebelumnya. Tentu tidak bisa diukur dalam segi itu saja. Bayangkan bagaimana mental di era penjajahan apakah mereka baik baik saja? Terkadang kita hanya perlu banyak bersyukur. Tunggu dulu, bukan sekedar itu pertolongan untuk penderita mental illness.
Depresi, mental illness adalah hal yang wajar terjadi, ayat Allah menjelaskan agar kita tidak terlarut dalam kepedihan, tapi memberikan ruang untuk berhenti sejenak dari segala polemik yang terjadi. Ayatnya adalah, "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imran [3]: 139).
ADVERTISEMENT
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita tidak sendiri, bagi teman teman yang mendapati teman lain, dan tiba tiba dia menangis tanpa alasan jangan menghujat bahkan menghakimi secara langsung. Ada beberapa tips yang bisa kalian coba untuk mengatasi orang demikian :
1. Dengarkan
Sederhana bukan ?, dengarkan semua tangisan dan keluh kesahnya, tidak perlu kamu menyela walaupun memang dialah yang bersalah di moment tersebut. Cukup dengarkan dan berikan dia ruang sedikit kepercayaan bahwa dia tidaklah sendiri, ada seseorang yang mampu menemani kesedihanya. Dan sekali lagi, sedih, depresi itu bukan hal yang luar biasa, itu adalah hal yang normal dirasakan. Hanya saja, jika melakukan tindakan yang jauh lebih bahaya, maka itu yang membutuhkan penanganan dan konsultasi pada pihak yang lebih ahli.
ADVERTISEMENT
2. Berikan dukungan
Lontarkan kata-kata yang mampu membuat dia tenang dan merasa bahwa “he or she not alone” , katakan “tidak apa apa, kamu sudah kuat bisa melakukan semua sejauh ini, kamu hebat, kamu masih manusia yang bisa menangis” dan kata yang lainnya. Sakit fisik diberikan antibiotik dan obat pereda nyeri mungkin bisa sembuh secara berkala dengan istirahat yang cukup. Namun, penyakit mental tidak secepat itu. Mental illness di anggap tabu, dan memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan diri sendiri ataupun orang lain, justru dijauhi. Dukungan terbaik adalah keluarga, tapi jika keluarga bukan dianggap rumah untuk berpulang, jangan kau caci maki. Dalam keadaan sadar dia akan memahami, memang keluarga tempat dia kembali. Jadi perlahan saja, jangan dipaksa.
ADVERTISEMENT
3. Berikan solusi jika perlu
Jika dia bertanya kepada kamu untuk memberikan solusi, maka berikanlah dengan berhati-hati, jangan menghakimi dan mengatakan bahwa dialah yang salah. Luka akan sembuh seiring waktu, maklum luka itu masih basah, butuh kering dan sembuh untuk kembali beraktifitas. Mengapa hanya jika perlu saja, karena tidak semua orang membutuhkan solusi, dan ketika kesedihan itu melanda, perih dan terluka, memamerkan bahwa dirinya sehat bukanlah hal yang tepat bukan ?, sama layaknya hati dan mental yang terluka.
4. Ajak dia untuk hal yang lebih baik
Nah, di tips terakhir ini ketika dia sudah mulai tenang, coba ajak dia untuk melakukan hal positif agar dia bisa sedikit melupakan masalah itu. Ajak dia bermain, healing, atau makan jajan bersama. Ada banyak suara bisikan entah dari hati ataupun dari otaknya yang penderitanya melakukan hal yang lebih di atas kemampuanya. Maka dari itu, ajaklah dengan suara yang nyata jangan biarkan dia mendengarkan fantasi belaka, yang memonitor dirinya untuk bunuh diri secara perlahan.
ADVERTISEMENT
Ingat, mengapa era sekarang seolah mental illness berkali kali hadir apakah mereka di era sebelumnya tidak ? bukan begitu konsepnya. Di era yang dulu mental illness tidak pernah dianggap hal yang penting, bahkan dianggap lemah dan hal yang tabu. Namun, kini semakin majunya zaman dan penelitian yang berkembang ternayata mental adalah pokok kesehatan yang harus dijaga mengapa demikian ? 80% tubuh manusia dipengaruhi oleh alam bawah sadar kita. Jika 20% nya adalah alam sadar, maka yang bisa menjadikan kesehatan dan kebahagiaan adalah 80% tersebut.
Era sekarang ketika mental illness diperhatikan memberikan gejolak seolah olah, banyak gangguan kejiwaan yang dialami khususnya manusia remaja. Hai, Bukan seperti itu ingat lebih diperhatikan bukan “banyak penderita”. Sebenarnya di era sebelumnya mental illness juga kerap terjadi, karena itu dianggap hal yang negative dan hal yang tabu ketika membahas kejiwaan, coba lihat di era sekarang apakah mendiskusikan tentang kejiwaan atau mental dianggap tabu lagi ? Tidak.
ADVERTISEMENT
Bicara soal mental illness, bagaimana Rasulullah bisa setegar itu menghadapi segala sesuatunya, bukankah kita seharusnya mencari tau apa resep yang dilakukan Rasulullah saat itu, karena CINTA, kecintaan Rasulullah pada Allah yang menjadikan Rasulullah tetap kuat dan bertahan. Dengar, hargai, dan Sayangi.