Konten dari Pengguna

Kampanye Literasi Melalui Influencer Bookstagram dan BookTok oleh Perempuan

Qonitah
Student at FIB Universitas Airlangga
15 Oktober 2024 17:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Qonitah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perempuan lebih lekat dengan kegiatan membaca, sehingga mereka lebih sering menjadi pelopor gerakan literasi (Photo by Joel Muniz on Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan lebih lekat dengan kegiatan membaca, sehingga mereka lebih sering menjadi pelopor gerakan literasi (Photo by Joel Muniz on Unsplash)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keberadaan sosial media memberikan peluang setiap orang untuk menjadi influencer dalam bidang apapun. Dalam ranah literasi buku, influencer buku tergerak dalam tren Bookstagram di Instagram dan BookTok di TikTok. Tren yang didominasi perempuan ini memberikan peluang yang lebih luas untuk kampanye literasi yang penting untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT

Kampanye Literasi

Indonesia sedang gencar melakukan kampanye literasi untuk meningkatkan angka pembaca. Berdasarkan riset dari Perpustakaan Nasional Indonesia, indeks TGM (Tingkat Kegemaran Membaca) di Indonesia sudah meningkat 2.87% dengan hasil 66.77% pada tahun 2023, dari data 63.90% pada tahun 2022. Kampanye literasi ini tidak hanya digerakkan oleh pemerintah, tapi masyarakat juga perlu turut berperan.
Kampanye literasi mengenai buku juga menjadi tren dalam kalangan anak muda. Keberadaan teknologi dan internet pun menjadi ranah untuk mereka dalam gerakan kampanye ini dengan memanfaatkan media sosial. Melalui survei APJII 2024, diketahui kebanyakan media sosial yang dipakai oleh generasi muda dan dewasa pada saat ini adalah Facebook dengan total pengguna sejumlah 51.64%, diikuti oleh pengguna Instagram sebanyak 51.90%, dan TikTok berada di peringkat ketiga dengan total pengguna 46.84%. Pengguna Facebook lebih dominan dengan umur yang lebih tua dibanding pengguna TikTok.
ADVERTISEMENT
Keberadaan media sosial tersebut menjadi media kampanye literasi dengan munculnya tren Bookstagram dan BookTok. Tren Bookstagram dan BookTok memberikan ruang untuk pengguna menjadi influencer buku dengan berbagi buku yang mereka baca, melakukan kegiatan promosi, memberikan rekomendasi, kritik, saran, maupun membuka ruang diskusi bersama pengguna lain. Ketika mencari Bookstagram di Instagram dan BookTok di Tiktok, terlihat bahwa mayoritas pengunggah dan interaksi pengguna melalui komentar, suka, dan berbagi, lebih didominasi oleh perempuan.

Kenapa Perempuan?

Hal ini dikarenakan perempuan lebih tertarik untuk membaca buku dari pada laki-laki. Kegiatan membaca kerap dikaitkan dengan perempuan. Perempuan juga dianggap peka terhadap emosi dan estetika karya-karya buku. Terlebih, kegiatan membaca dan menulis untuk perempuan lebih menjurus sebagai hiburan atau pelarian, juga sebagai ranah mereka mengekspresikan diri.
ADVERTISEMENT
Jauh berbeda dengan laki-laki yang jarang dikaitkan dengan buku. Kebanyakan laki-laki menganggap membaca adalah kegiatan santai, sedangkan mereka memiliki tuntutan untuk menjadi produktif. Sehingga, saat laki-laki membaca pun, mereka membaca sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan diri. Pergelutan laki-laki dalam dunia sastra pun lebih mendominasi dalam perspektif bisnis dan akademis ketimbang pembahasan dalam tren pasar.
Perempuan lebih berperan menjadi role model untuk anak-anak agar giat membaca (Photo by Jernej Graj on Unsplash)
Padahal, selama masyarakat mau membaca, apapun yang mereka baca, itu akan melatih kemampuan kognitif kebahasaan dan melatih cara berpikir untuk kritis terhadap sesuatu. Sehingga, dengan adanya tren Bookstagram dan BookTok oleh perempuan, kampanye literasi bisa lebih digaungkan.