Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ternyata Petani Tradisional Indonesia Kaya Akan Nilai Pancasila
11 April 2022 13:36 WIB
Tulisan dari Yestin Farros Qushoyyi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sistem pertanian tradisional menyimpan banyak nilai Pancasila. Nilai Pancasila ini dapat digali mulai dari pengolahan tanah, perhitungan musim, praktik upacara baik sebelum atau sesudah bertanam, hingga masa panen. Berikut penjelasan mengenai nilai Pancasila pada petani tradisional di Indonesia :
ADVERTISEMENT
Sila pertama memiliki makna bahwa warga negara Indonesia percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa. Petani tradisional melakukan praktik upacara baik sebelum atau sesudah bertanam, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Using. Masyarakat Using melakukan proses upacara selamatan (adeg-adeg) sebelum memulai penanaman padi. Hal tersebut dilakukan untuk meminta doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil panen tersebut dapat maksimal dan terhindar dari hama.
Sila kedua memiliki makna bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama sehingga harus saling menyayangi dan saling membantu. Petani tradisional berhubungan erat dengan sifat gotong royong. Menurut KBBI, gotong royong adalah bekerja bersama-sama, tolong-menolong, dan bantu-membantu. Walaupun tidak disuruh, mereka tetap menawarkan bantuannya untuk menggarap sawah. Contoh kegiatan tersebut yaitu pada saat babaki (membersihkan sawah sebelum dikerjakan), tandur (bertanam), matun (menyiangi), memikul unting-untingan padi, dan mengikat bulir-bulir padi. Mereka melakukan kegiatan tersebut secara bersama-sama.
ADVERTISEMENT
Sila ketiga memiliki makna bahwa warga negara menempatkan kesatuan, persatuan, dan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi. Petani tradisional mengutamakan kepentingan bersama, misalnya pada saat melakukan proses meluku (membajak sawah). Salah seorang dari mereka akan menawarkan hewan yang mereka punya dengan suka rela untuk digunakan dalam membajak sawah. Selain itu, mereka cenderung hidup rukun karena semua kegiatan dilakukan dengan sikap gotong royong tanpa pamrih.
Sila keempat memiliki makna bahwa negara Indonesia harus mengutamakan musyawarah untuk mengambil keputusan. Ketika petani tradisional mendapatkan permasalahan atau berbeda pendapat mengenai sistem tanam, mereka akan menyelesaikannya dengan musyawarah sehingga menciptakan rasa kekeluargaan yang tinggi. Contoh hal tersebut adalah ketika menentukan hari bertanam.
Sila kelima memiliki makna bahwa negara Indonesia harus mewujudkan kondisi masyarakat yang adil dan makmur. Petani tradisional bekerja keras dalam menghasilkan produk pertanian. Hasil pertanian yang sudah dipanen akan dibagikan kepada masyarakat di lingkungan rumahnya yang biasanya dalam bentuk makanan matang. Selain itu, hasil pertanian juga berguna untuk kebutuhan pangan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Banyak nilai Pancasila dapat diambil dari petani tradisional di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pelestarian nilai-nilai Pancasila dengan mengamalkannya dalam berbagai aspek kehidupan.