Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Stunting Tantangan Besar dan Harapan Masa Depan
21 November 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari R Avansyah Putra Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stunting, masalah kesehatan yang berkaitan dengan pertumbuhan anak, masih menjadi perhatian serius di Indonesia. Masalah ini terjadi ketika anak-anak mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis dan seringnya terpapar infeksi. Akibatnya, tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya, yang menjadi salah satu tanda stunting. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah dampak jangka panjangnya, termasuk penurunan kemampuan kognitif dan peningkatan risiko penyakit kronis di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Menurut data dari WHO, stunting bukan hanya masalah di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain. Pada tahun 2020, sekitar 22 persen anak balita di seluruh dunia mengalami stunting, yang berarti sekitar 149,2 juta anak. Di Indonesia, data tahun 2022 menunjukkan angka prevalensi stunting sebesar 31,8 persen. Meskipun angka ini berhasil diturunkan menjadi 21,6 persen, Indonesia masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam mencapai target menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa stunting bukan hanya masalah tinggi badan anak, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan belajar dan kesehatan anak di masa depan. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk menurunkan angka stunting secara signifikan melalui berbagai program intervensi gizi, baik di tingkat pusat maupun daerah.
ADVERTISEMENT
Namun, di lapangan, masyarakat merasakan tantangan tersendiri. Di beberapa daerah, akses terhadap makanan bergizi, air bersih, dan layanan kesehatan masih terbatas. Seorang ibu di Nusa Tenggara Timur, misalnya, mengeluhkan sulitnya mendapatkan makanan sehat untuk anak-anaknya. "Air bersih saja susah di sini, apalagi makanan bergizi. Kami berharap pemerintah lebih memperhatikan daerah-daerah terpencil seperti kami," katanya.
Selain masalah akses, edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang untuk ibu hamil dan anak-anak juga menjadi perhatian. Banyak masyarakat yang belum memahami dampak buruk dari stunting dan bagaimana cara mencegahnya. Melalui program-program edukasi, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat dan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat meningkat.
Untuk menyelesaikan masalah ini, pemerintah telah mengembangkan delapan aksi konvergensi untuk intervensi gizi. Langkah-langkah ini mencakup identifikasi daerah dengan prevalensi stunting tinggi, penyusunan rencana kegiatan intervensi gizi, hingga edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga pola makan dan lingkungan yang sehat.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, masyarakat diharapkan lebih aktif dalam mendukung upaya penurunan stunting. Partisipasi masyarakat, lembaga swasta, dan universitas sangat diperlukan untuk menciptakan gerakan kolektif dalam pencegahan stunting. Edukasi tentang pemberian ASI eksklusif, pemenuhan kebutuhan gizi sejak kehamilan, hingga pentingnya kebersihan lingkungan, merupakan langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting.
Meskipun tantangan dalam mengatasi stunting masih besar, harapan untuk Indonesia bebas stunting tetap ada. Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, Indonesia optimis dapat mencapai target penurunan angka stunting. Anak-anak Indonesia berhak untuk tumbuh sehat, cerdas, dan mampu bersaing di masa depan.