Konten dari Pengguna

Kehadiran Program Sirius bagi Kawasan Asia Pasifik dan Indonesia

Rachel Wotulo
Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia
13 April 2024 11:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachel Wotulo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 3 April 2024, Program Sirius (Sustainability Innovation for Regenerative & Inclusive Purpose) hadir di tengah-tengah dunia sebagai sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh 13 pemimpin Financial Technology di kawasan Asia Pasifik untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang dimana beroperasi melalui platform digital dalam transisi yang mereka lalui menuju keberlanjutan, sejalan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) yang dibentuk oleh PBB. Program ini akan mendorong dialog terbuka antar mitra industri untuk saling bertukar ide dan inovasi yang bersifat berkelanjutan serta berbagi praktik terbaik untuk mendukung UMKM dalam hal perjalanan mereka menuju ekonomi rendah karbon. Kontribusi UMKM untuk Kawasan Asia Pasifik & Indonesia Di kawasan Asia Pasifik UMKM telah menjadi tulang punggung ekonomi dengan menyumbang secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) serta memberikan lapangan kerja bagi jutaan orang. UMKM di kawasan Asia Pasifik juga dikenal karena inovasi dan kreativitasnya dalam mengatasi tantangan ekonomi serta membangun jaringan bisnis yang kuat. Di Indonesia sendiri, aktivitas ekonomi domestik didominasi oleh UMKM, dengan jumlah total UMKM meningkat setiap tahun dari 39,765 juta unit pada tahun 1997 menjadi lebih dari 59 juta unit pada tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam sektor ini, meskipun terdampak oleh krisis keuangan Asia pada tahun 1998. Meskipun UMKM memiliki peran yang lebih kecil dalam pembentukan GDP dibandingkan dengan peran mereka dalam pembuatan lapangan kerja, dengan pembagian sekitar 99% dari total lapangan kerja, UMKM berkontribusi sekitar 61,41% dari GDP pada tahun 2017. Meskipun kontribusi mereka terhadap GDP lebih rendah, mereka tetap memainkan peran yang cukup penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Produk utama ekspor UMKM terbilang beragam mulai dari produk kayu, sepatu, hingga produk kimia serta barang-barang buatan karet. Jika berbicara mengenai digitalisasi, faktor-faktor penting dalam era globalisasi dan digital belum sepenuhnya tercapai, meskipun pengembangan digitalisasi di antara UMKM di Indonesia menunjukkan potensi peningkatan akan efisiensi dan produktivitas dalam memperluas cakupan pasar mereka. Hal ini patut untuk diperbincangkan, terkhususnya dengan kemunculan "Program Inisiatif Sirius” yang dapat mendatangkan dampak positif bagi UMKM Indonesia. Program ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap isu-isu terkait teknologi digital yang signifikan untuk Indonesia seperti pengembangan platform pembelajaran online, layanan kesehatan online yang memadai, pengembangan teknologi pertanian yang canggih, platform untuk ekonomi digital, dan masih banyak lagi. Kilas Balik Ketahanan Ekonomi Indonesia saat Krisis Ekonomi Global 2008 Ketika krisis ekonomi global melanda pada tahun 2008, Indonesia berhasil menunjukkan ketahanan ekonominya meskipun terkena dampak dari situasi ekonomi yang sulit. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh langkah-langkah yang telah diambil setelah krisis finansial Asia pada tahun 1997-1998. Pada saat itu, pemerintah melakukan sejumlah reformasi ekonomi untuk memperkuat fondasi ekonomi negara. Salah satu langkah nya adalah dengan melakukan perbaikan di sektor perbankan untuk memastikan stabilitas keuangan. Selain itu, pemerintah juga menerapkan kebijakan fiskal dengan sangat hati-hati, dimana melibatkan pengendalian pengeluaran dan pengurangan subsidi. Di samping itu, Bank Indonesia mengambil tindakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter yang tepat. Indonesia juga melakukan upaya privatisasi dan deregulasi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing ekonomi di kancah global untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Trend Digital Money Sumber: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Trend Digital Money Sumber: Unsplash.com
Siapapun yang menginginkan perubahan serta kemajuan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang tentu akan melihat “Program Sirius” sebagai hal yang baik dan menguntungkan untuk seluruh pihak. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, program ini didukung oleh 13 perusahaan FinTech yang tergabung ke dalam kawasan Asia Pasifik. Terlebih lagi, program ini berkolaborasi dengan International Finance Corporation (IFC) dan Ant International. Perlu diingat bahwa korporasi-korporasi tersebut tidak berjalan dengan sendirinya. Terdapat pihak-pihak yang mengendalikan institusi tersebut dalam panggung yang lebih besar. Sehingga kembali lagi kepada hasil yang diharapkan melalui program ini, sebuah pertanyaan yang menyasar harapan-harapan tersebut patut untuk dilayangkan. Apakah "harapan" yang dibawa oleh para pemangku kepentingan ini akan membawa ancaman bagi perekonomian kawasan Asia Pasifik dalam 10 tahun kedepan ketika terjadi inflasi atau resesi seperti yang terjadi pada krisis ekonomi global tahun 2008 silam? Program inisiatif Sirius tetap memerlukan koordinasi dan pemantauan, karena para pemangku kepentingan tersebut yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik, seringkali memanfaatkan program-program seperti "Sirius" untuk memperkuat kekuasaan mereka dan mengedepankan kepentingan mereka sendiri dengan mempengaruhi kebijakan serta mengalokasi sumber daya dalam program-program ini, dimana dapat berakibat pada peningkatan ketidaksetaraan sosial dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Sumber :
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, 2017.