Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Menyambut Gen Alpha, Bagaimana Tanggapan Gen Z?
10 Mei 2018 16:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Rachel Caroline Toruan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahap pengelompokkan generasi di dunia sudah pasti kita ketahui bahwa jenis generasi seseorang ditentukan berdasarkan tahun kelahirannya. Kalau jaman sekarang sepertinya masih generasi Z yang masih memegang gelar "generasi kekinian" karena mereka semakin tanggap dalam memperoleh informasi, lebih serba bisa, lebih terbuka pemikirannya walaupun mereka lebih tidak fokus dibanding generasi sebelumnya, yang biasa dikenal dengan generasi Y atau generasi millenial. Tak heran, generasi berkelahiran dari tahun 1993-2010 ini disebut dengan iGeneration atau net-generation yang berarti gen Z merupakan generasi yang paling dekat dan paling ramah teknologi dan internet.
(Ilustrasi : Banana Magazine)
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana gen yang lebih update dari gen Z? Ya, mungkin gen itu yang biasa dikenal gen alpha.
Generasi ini merupakan generasi yang memiliki jutaan akses dengan artikel dan video yang bebas di internet, dan sudah terbiasa mencari informasi secara mandiri, dan lebih multitasking. Hal ini mungkin hampir serupa dengan karakteristik gen Z, guys. Tetapi, perlu diketahui bahwa generasi yang memiliki tahun lahir dari 2011-2025 ini lebih individual dan lebih tinggi intelektualnya. Hal ini tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa gen alpha lebih sulit untuk "berbahagia" karena kebahagiaannya adalah serba digital dan kurang bersosialisasi dengan teman-teman di luar. Tentu saja hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi gen Z.
Allya Primi Syahrani (16), salah seorang gen Z yang memiliki adik berusia 3 tahun menjelaskan bahwa kehidupan jaman kecilnya dengan jaman kecil adiknya itu berbeda sekali.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya waktu seusia adik saya itu masih main panas-panasan diluar, sama kawan, main lompat tali, main bekel, dan bahasa sehari-harinya itu juga masih bahasa daerah. Kalau sekarang adik saya 3 tahun sudah mengerti bagaimana cara membuka video di handphone", tuturnya
Allya juga menyampaikan bahwa adiknya selalu memakai bahasa yang dipakai dalam video yang ditonton adiknya, bahasa inggris. Adiknya juga tidak ingin bermain mainan yang lebih tradisional.
"Saya sebagai kakaknya sih sebenarnya bangga bisa memiliki adik yang cerdas, cepat nangkap pembelajaran yang saya berikan di youtube, dan sudah bisa menerapkan bahasa inggris di usia dini, cuma sebagai seorang kakak juga ikut andil. Saya akan didik dia untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, mendidik cara dia berbicara, berbahasa dan saya yakin rasa sosial itu akan muncul sendiri seiring waktu" tambahnya.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya generasi alpha bukanlah generasi yang tidak bagus, tetapi karena globalisasi dari luar yang masuk ke Indonesia yang membuat generasinya seperti ini. Tinggal kita aja menanganinya sebijak apa" celetuk Allya.
So guys, generasi alpha tentu ada baik dan buruknya. Bahaya? Sudah tentu. Dapat kita bayangkan bagaimana dunia kedepannya jika dihuni oleh generasi yang hanya terfokus pada digital. Inilah saatnya generasi millenial yang akan menjadi orangtua bagi generasi alpha untuk bergerak dan mendidik generasi penerus. Bukan berarti gen Z tidak bisa mengambil peranan, kalian juga bisa mendidik mereka dengan cara menginspirasi mereka dengan membuat sesuatu yang memanfaatkan sarana internet dan teknologi. Salam pewaris bangsa!