Diplomasi Budaya: Kiprah ‘Mba Elis’ Mengajar Tari untuk Orang Asing

mia rachelia
Indonesia tanah airku
Konten dari Pengguna
7 Desember 2019 5:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari mia rachelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penampilan Elis dengan Tari Cenderawasih-Bali di Ivanovo, Rusia. Foto: Felix Kim
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Elis dengan Tari Cenderawasih-Bali di Ivanovo, Rusia. Foto: Felix Kim
Mengajar dan menari adalah profesi sekaligus hobi dari Elisabeth Nur Nilasari, wong Jogja aseli yang saat ini sedang merantau ke negeri beruang dan bergelut mengajar tari tradisional Indonesia di Rusia. ‘Mba Elis’ atau ‘Madam Elis’ begitu biasanya ia disapa di Rusia, lahir di kota budaya Yogyakarta, 2 November 1983. Elis adalah penari dan pelatih profesional dengan berbagai pengalaman. Ia memperoleh gelar Sarjana (S1) dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan Jurusan Tari dan peminatan khusus Penciptaan Tari.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Elis untuk mengenalkan tari tradisional Indonesia kepada orang asing di Rusia, sangat menginspirasi dan patut diacungi jempol. Elis melakukannya dengan komitmen, dedikasi dan sepenuh hati. Ia selalu optimis, giat dan bersemangat tak kenal lelah. Apalagi kalau sudah dekat jadwal pementasan, jadwal Elis untuk melatih tari kepada orang Rusia bisa hampir setiap hari. Saat ini sudah sekitar 3 tahun Elis tinggal dan melatih tari di Rusia.
Penampilan murid-murid Elis dengan Tari Tifa-NTT di Ivanovo, Rusia. Foto: Felix Kim
Upaya Elis untuk mempromosikan tari Indonesia tidak hanya sebagai pelatih atau pengajar, tetapi ia pun sebagai penari dan sering tampil bersama-sama dengan murid-muridnya orang Rusia dalam berbagai panggung pergelaran tari Indonesia di Rusia. Tak hanya itu, Elis juga aktif sebagai narasumber dan pelatih workshop mengenalkan dan mempromosikan tari Indonesia ke sejumlah perguruan tinggi ataupun berbagai event di Rusia.
Elis memimpin Workshop Tari Angguk-Kulon Progo, Yogyakarta di Kazan State Institute of Culture, Rusia. Foto: Felix Kim
Atas prakarsanya juga dibentuklah Kirana Nusantara Dance (KND) pada Februari 2017, grup tari dan sekaligus sanggar tari, di bawah naungan KBRI Moskow. KND merupakan salah satu upaya perjuangan diplomasi budaya Indonesia di Rusia. Elis dapat melatih murid-muridnya warga Rusia dari yang belum bisa sama sekali hingga dapat menari tari Indonesia bak penari profesional.
ADVERTISEMENT
Grup ini seringkali mendapat kesempatan untuk tampil dalam pergelaran seni dan budaya dan memenuhi permintaan pentas serta melakukan workshop tarian Indonesia di berbagai kota di Rusia, seperti di kota Moskow, Svetlogorsk, Kaliningrad, St. Petersburg, Kazan, Suzdal, Tomsk, dan bahkan sampai ke negara tetangga Rusia yaitu Belarus di kota Minsk. Nama Indonesia pun semakin dikenal di Rusia dan Belarus berkat pementasan tari tradisional dari Elis dan grupnya.
Kirana Nusantara Dance. Foto: Dok. Istimewa
Tantangan perbedaan kultur, kendala bahasa, dan upaya menarik minat masyarakat Rusia untuk mau belajar tari tradisional Indonesia tidaklah mudah. Elis melatih murid-murid Rusia dengan tiga aliran tari, yaitu tari klasik, tari kreasi baru, dan tari kerakyatan. Sambutan dan antusias masyarakat Rusia pun luar biasa hangat dan meriah terhadap setiap pementasan dan pergelaran tari tradisional yang ditampilkan melalui kolaborasi orang Rusia dan Indonesia di satu panggung pementasan.
Penampilan Tari Piring-Minangkabau di Rusia. Foto: Felix Kim
Sejumlah tari yang ditawarkan, antara lain dari Jawa Tengah, seperti Tari Angguk, Tari Jathilan, Tari Gambyong, dan Tari Dolalak. Dari Jawa Barat: Tari Genjring, Tari Geol, Sintren, dan Tari Merak. Dari Bali: Tari Pendet, Tari Cenderawasih, dan Tari Margapati. Dari Jawa Timur: Tari Remo Pujanggan. Dari Sumatera Barat: Tari Rantak. Dari Sumatera Utara: Tari Tor Tor. Dari Kalimantaan: Tari Enggang.
ADVERTISEMENT
Berikut hasil wawancara dengan Elisabeth Nur Nilasari terkait pengalaman dan perjuangannya bagi diplomasi serta promosi budaya dan tari Indonesia di Rusia. Semoga kiprah 'mba Elis' dapat menginspirasi kita semua.
Penampilan Tari Angguk-Kulon Progo, Yogyakarta di Tchaikovsky Conservatory Moscow. Foto: Felix Kim
Profesi menari digeluti sejak kapan dan bagaimana pengalaman Anda?
Saya menari sebenarnya sejak kecil, tetapi saya geluti dengan fokus semenjak saya memilih kuliah di ISI di Yogyakarta.
Semenjak saya kuliah di ISI saya jadi semakin senang untuk mempelajari dunia tari. Mulai dari tari modern, tradisional dan kontemporer. Pengalaman saya sejak terjun di dunia tari banyak sekali, saya selalu bertemu orang-orang baru dan belajar untuk saling menghargai satu sama yang lain. Apalagi pada saat ada kesempatan membuat karya kolaborasi dengan jenis tarian yang berbeda dan dari beda negara. Kita belajar saling merendam ego masing-masing demi terciptanya karya kolaborasi yang harmonis.
ADVERTISEMENT
Apa suka dukanya mengajar tari kepada orang asing?
Sukanya, saya bisa lebih mengenalkan budaya kita untuk orang asing sehingga mereka banyak tahu tentang budaya kita di bidang tari. Sebenarnya lebih banyak senangnya daripada dukanya.
Penampilan Tari Pujanggan-Jawa Timur di Tchaikovsky Conservatory Moscow. Foto: Felix Kim
Apakah ada tantangan tersendiri?
Tantangan tersendiri lebih pada prinsip gerak yang berbeda, butuh proses untuk membentuk gerak tari tradisional. Apalagi di setiap tradisi Indonesia itu banyak dasar dan teknik tari yang berbeda. Jadi untuk mengajarkan itu sangat banyak butuh waktu untuk beradaptasi gerak. Apalagi tarian Indonesia itu banyak sekali detail gerak, mulai dari jari, mata, kaki, torso tubuh.
Penampilan Tari Zapin Satelit-Riau di Kazan Federal University, Rusia. Foto: Felix Kim
Tari tradisional apa yang disukai orang Rusia dan apakah Rusia menghargai tarian Indonesia?
Orang-orang Rusia lebih suka gerakan tarian yang energik. Akan tetapi mereka juga tidak menolak pada saat saya mengajarkan tari klasik juga, mereka sangat welcome untuk berbagai jenis tarian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rusia sangat menghargai tarian Indonesia, yang mereka sukai itu lebih ke tarian kerakyatan dan kreasi baru yang bersifat energik, sebagai contoh antara lain tari Angguk, tari Genjring, tari Sintren, tari Jathilan. Gerakan yg lebih simple.
Pengalaman paling seru apa saat mengajar dan pentas?
Setiap mengajar dengan mereka memang sangat seru. Yang paling seru itu selain mengajar tari, kita juga sama-sama saling belajar bahasa seputar gerak tari dan terkadang juga mereka gokil saat menirukan cara saya mengajar karena saya sangat jarang menggunakan hitungan lebih pada sering menirukan suara ritme ketukan tari.
Penampilan Tari Rantak-Minangkabau, di Festival Indonesia Ketiga Moskow. Foto: Felix Kim
Pada saat pentas itu serunya pasti ada nervous-nya sebelum pentas, perpindahan dari tarian satu ke tarian yang lain itu hectic sekali. Di belakang panggung pada saat pergantian kostum, dan tahu sendirikan kostum tarian tradisi Indonesia itu banyak detailnya dan bersanggul. Itu pengalaman seru dimana kita harus siap berganti dalam waktu 5-10 menit setiap pergantiannya.
ADVERTISEMENT
Tari apa yang sering ditampilkan saat pementasan dengan orang Rusia?
Tari Genjring, Tari Sintren, dan Tari Angguk.
Apakah merasa bahwa Anda telah melakukan diplomasi?
Pada dasarnya saya sangat senang sekali untuk mengajarkan tarian kepada siapa saja. Iya pastinya saya merasa melakukan diplomasi budaya dengan cara saya sendiri yaitu lewat tari.
Penampilan Tari Cendrawasih-Bali di kota Ivanovo, Rusia. Foto: Felix Kim
Apa harapan dan target Anda untuk Diplomasi Budaya Indonesia ke depannya di Rusia?
Harapan saya untuk budaya Indonesia dapat lebih dikenal di dunia internasional. Cinta budaya suatu negara maka akan membuat lebih mudah lagi membuat orang tersebut lebih mengenal dan mencintai negara Indonesia, lewat tari tradisi Indonesia membuat semakin erat hubungan persahabatan antar dua negara (Indonesia dan Rusia). Jika sudah saling mencintai maka lebih mudah untuk menjalin kerja sama dengan baik. Sehingga mampu memberikan keuntungan dan manfaat yang besar bagi negara Indonesia. #inidiplomasi
ADVERTISEMENT