Konten dari Pengguna

Work From Home, Apa Saja yang Dikerjakan Pustakawan ASN?

Rachelia Methasary
Seorang pustakawan di Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas RI). Memiliki hobby travelling dan menulis tentang perjalanannya. Saat ini masih fokus jelajah Indonesia, mungkin kalau ada kesempatan akan explore kancah internasional.
4 Juni 2021 11:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachelia Methasary tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 tak kunjung usai dan sudah satu tahun lebih sejak Maret 2020 virus berbahaya tersebut mengarungi ibu pertiwi. Wabah mematikan ini telah melahirkan aturan Work From Home (WFH) para pekerja di Indonesia, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN). Lantas, bagaimana kinerja ASN pelayan publik khususnya di perpustakaan saat WFH? Jika layanan tatap muka ditutup, apa yang dikerjakan para pustakawan selain “menjaga buku”?
Ilustrasi: Work From Home (WFH) di masa pandemi COVID-19. Foto: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Work From Home (WFH) di masa pandemi COVID-19. Foto: pexels.com
Saya adalah seorang ASN di Perpustakaan Nasional RI dan bertugas sebagai pelayan publik di Gedung Layanan Perpusnas RI, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Saat pertama kali penerapan WFH sekitar pertengahan Maret 2020, Perpusnas RI menutup layanan on site (tatap muka) selama hampir 3 bulan.
ADVERTISEMENT
Kami pun dengan segera menyusun rencana pekerjaan yang akan menjadi aktivitas rutin di rumah. Sempat merasa aneh dan janggal bekerja full di rumah namun ada kelegaan karena kami sebagai garda terdepan yang bertatapan langsung dengan orang banyak, akan terhindar dari serangan virus yang menular lewat droplet ini.
Sebagai pusat informasi dan literasi, perpustakaan tetap wajib memberikan layanan prima walaupun secara online. Masyarakat yang memerlukan referensi dari buku maupun non-buku sejatinya tidak akan “terkarantina” kebutuhannya hanya karena pandemi COVID-19.
Mungkin sebagian orang berpikir tidak ada yang dikerjakan oleh kami selain menjaga dan meminjamkan buku. Asumsi demikian adalah salah satu gambaran tupoksi kami sebagai pelayan publik di bidang kepustakawanan yaitu melalui peminjaman buku. Ribuan koleksi yang ada di perpustakaan pun harus diperhatikan keberadaannya, jangan sampai ada yang rusak maupun hilang.
ADVERTISEMENT
Namun, di saat wabah corona dengan banyaknya batasan seperti ini, saya dan teman pustakawan lain tidak ingin terjebak dalam zona nyaman WFH. Kami juga dituntut untuk tetap produktif dan menghasilkan output yang nantinya akan bermanfaat untuk warga Indonesia secara luas.
Berbagai pekerjaan kami lakukan demi terealisasinya pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka sebagai pelanggan utama
1. Penelusuran Jurnal dan Artikel via Online
Melakukan penelusuran informasi kompleks adalah salah satu tugas pokok seorang pustakawan. Pencarian jurnal atau artikel secara online tersebut mengandalkan website jurnal terbaik di antaranya E-Resources (e-resources.perpusnas.go.id), Indonesian Scientific Journal Database (isjd.pdii.lipi.go.id), Directory of Open Access Journals (doaj.org), Google Scholar, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pemustaka akan informasi dan literasi melalui tulisan ilmiah dengan subjek tertentu.
ADVERTISEMENT
2. Promosi Layanan Perpustakaan di Media Sosial
Media sosial (medsos) adalah wadah terbaik untuk mempromosikan segala hal yang positif termasuk layanan perpustakaan. Di masa pandemi, pustakawan gencar membuat promosi pustaka khususnya layanan digital yang nantinya akan menjadi sumber referensi pemustaka.
Perpusnas RI memiliki beberapa platform medsos yang aktif yaitu Instagram (IG), Twitter, dan Facebook (FB) dengan konten promosi koleksi Perpusnas RI khususnya produk digital seperti iPusnas (aplikasi membaca e-book), Indonesia One Search (database buku seluruh Indonesia), dan E-Resources (laman telusur jurnal/artikel).
3. Membuat Abstrak Koleksi Buku
Ikhtisar ataupun sinopsis sangat penting agar pembaca dapat mengetahui informasi singkat dari sebuah karya tulis dan buku yang akan dibaca. Selama WFH, saya membuat abstrak koleksi buku tentang kebudayaan Indonesia. Diharapkan pembuatan abstrak ini dapat memudahkan pengunjung bila mencari buku di perpustakaan tentang kebudayaan dengan mudah dan efisien.
ADVERTISEMENT
4. Rapat dan Webinar via Zoom Meeting
Situasi ini membuat ASN menjadi semakin khatam dengan perkembangan teknologi. Rapat dengan atasan serta seminar online (webinar) diadakan melalui aplikasi video conference buatan Eric Yuan, Zoom Meeting. Tentu saja merupakan awal yang sulit dan agak rumit dengan adanya kegiatan virtual tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, kami telah terbiasa dengan aktivitas kerja yang membutuhkan jaringan serta kuota internet yang memadai ini.
Perpusnas RI telah membuka kembali layanan tatap muka sejak 11 Juni 2020 lalu. Protokol kesehatan 3M yang ketat harus diterapkan dan jumlah pengunjung dibatasi hanya 2000 orang per hari nya.
Pemerintah masih terus memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro (PPKM Mikro) di wilayah DKI Jakarta sampai tanggal 14 Juni 2021 mendatang. Maka dari itu, sistem kerja dari rumah pun belum selesai diterapkan di banyak instansi pemerintah termasuk Perpusnas RI.
ADVERTISEMENT
Aturan pegawai yang kerja di kantor adalah 50% sedangkan sisanya mendapatkan jatah WFH disesuaikan dengan jadwal kerja yang telah dibuat oleh atasan. Saya pribadi pun merasa bosan jika terlalu banyak WFH karena tidak dapat berinteraksi dengan pemustaka dan rekan kerja. Namun di sisi lain, saya juga masih merasa was-was jika harus setiap hari masuk kantor bertemu orang banyak dan menggunakan transportasi umum saat menuju tempat kerja.
Tidak dipungkiri bahwa WFH membuat kita merasa nyaman dan semakin santai. Tetapi bukan berarti kita tidak menghasilkan apa-apa saat WFH apalagi seorang pustakawan yang seharusnya terus memberikan layanan prima terhadap pemustaka.
Dengan adanya pandemi ini, kita dituntut untuk terus berinovasi dan melahirkan kreativitas yang berguna bagi rakyat Indonesia. Pustakawan ASN diharapkan jangan sampai terlena dengan kenikmatan WFH yang dapat membuat kita tidak bisa mengalokasikan waktu dengan tepat.
ADVERTISEMENT
Sebagai pelayan publik, pustakawan ASN diharapkan mampu berkarya demi kelancaran pemenuhan kebutuhan informasi anak bangsa. Jangan sampai terhenti karena pandemi karena api literasi harus terus menyala walaupun kondisi yang membatasi.