Senang Ada Jokowi di Ciawi

Lifeatkumparan
Konten dari Pengguna
21 Juni 2017 20:22 WIB
Tulisan dari User Dinonaktifkan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Senang Ada Jokowi di Ciawi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kawasan Ciawi tiba-tiba tadi pagi mendadak tertib. Tak ada mobil omprengan UKI-Cawang. Tak banyak angkot ngetem. Lalu lintas begitu tertib, tak boleh ada yang menyalip. Ada apa?
ADVERTISEMENT
Rupanya, ketika saya melintas ada rombongan Pak Presiden Joko Widodo. Beliau sedang membagikan sembako di sebuah lahan kosong yang biasa dijadikan area parkir bus Lorena, yang juga menjadi jalur menuju tol Bocimi. Saat itu, Pak Jokowi juga kebetulan sedang ulang tahun. Istri dan anak-anaknya ikut dalam acara pembagian tersebut.
Sungguh pemandangan indah melihat seorang presiden, istri dan anak-anaknya tiba-tiba memarkirkan kendaraan dan truk sembako di lahan kosong yang sekarang jadi arena parkir ‘Pasar Malam’ alias Dufan cap RT, lalu membagikan sembako kepada warga sekitar. Tak hanya warga sekitar, mungkin karena arena itu tidak terlalu dekat permukiman warga, yang datang mengantre sembako adalah para pemotor yang melintas.
Senang Ada Jokowi di Ciawi (1)
zoom-in-whitePerbesar
Tapi bukan itu yang mau saya bahas. Yang menarik adalah bagaimana suasana lalu lintas di lokasi pagi itu jadi lebih tertib. Tak ada angkot Monster yang nyalip ke kanan. Tak ada motor yang lawan arus. Tak ada PKL jualan di dekat pasar. Tak ada angkot ngetem.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang paling keren adalah tak ada mobil omprengan jurusan UKI yang ngetem. Ya, tak ada mobil omprengan yang ngetem di perempatan! Sebuah fenomena langka yang tak mungkin terjadi setiap hari.
Polisi tiba-tiba meluber di mana-mana. Ada Polantas, ada Sabhara, ada intel mungkin. Mereka menjaga titik-titik rawan macet yang biasa terlihat di Ciawi. Saya yang biasa membawa motor di lajur tengah, dilarang oleh polisi. Harus ikut mengantre. Arus lalu lintas memang tetap padat tapi lebih tertib.
Senang Ada Jokowi di Ciawi (2)
zoom-in-whitePerbesar
Ciawi bagi saya adalah kawasan yang abu-abu. Wilayah yang tak begitu jelas tuannya. Memang agak berlebihan kedengarannya. Tapi ya itu pandangan pribadi.
Walaupun kadang masih ada polisi yang berjaga, petugas dishub yang menertibkan angkot, tak sedikit juga satpol PP yang razia PKL, namun itu seperti terlihat formalitas aja. Setelah ditertibkan sesaat, semua akan balik lagi mengganggu kelancaran lalu lintas.
ADVERTISEMENT
Kenapa ini terjadi? Menurut saya, karena daerah itu adalah kawasan perbatasan. Di daerah perbatasan mana pun saya kerap melihat ada semacam ‘kebingungan’ otoritas, ini masuk wilayah situ atau saya. Ciawi adalah daerah yang diapit oleh Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Sisi sebelah utara jalan atau daerah patung macan itu masuk kawasan Kota Bogor, sementara seberangnya adalah kawasan Kabupaten Bogor yang sebentar lagi akan punya pemimpin baru, kemungkinan haji Lulung, sang penguasa Tanah Abang.
Pernah saya melihat sebuah kecelakaan. Truk itu datang dari arah Sukabumi menabrak angkot, lalu menabrak tiang yang letaknya berada di seberang jalan. Peristiwa awal tabrakan pertama, kendaraan itu ada di wilayah kota Bogor, namun posisi akhir kendaraan ternyata ada di wilayah Kabupaten Bogor. Polisi kota yang datang lebih dulu saat saya hendak wawancara, tak mau memberi keterangan, karena kejadian itu bukan masuk dalam wilayahnya. Sementara saat itu, polisi kabupaten belum datang. Akhirnya data kecelakaan tak saya dapatkan dalam waktu cepat. Untung penanganan korban oleh pihak rumah sakit, yang tidak memandang wilayah mana.
ADVERTISEMENT
Saya membayangkan betapa banyaknya kejadian serupa, untuk berbagai isu berbeda, hanya gara-gara wilayah siapa. Satu lagi cerita, ada lampu lalu lintas di perempatan ciawi yang sejak tiga minggu lalu sampai sekarang tak berfungsi. Saya nggak tahu kenapa masalahnya, tapi sepertinya sulit sekali mencari solusinya. Bisa jadi orang yang bertugas memperbaiki masih sibuk berdebat: ini pake anggaran siapa? ini lampu merah masuk wilayah mana?
Lalu solusinya apa, Bos? Sepertinya harus ada pembagian tanggung jawab yang jelas dan tegas mengenai hal-hal yang harus diselesakan di Ciawi antara kabupaten dan kota. Batas-batas dan sekat kewilayahan harus didobrak demi kepentingan masyarakat. Mungkin ada anggaran bersama yang bisa dicairkan secara fleksibel demi perbaikan-perbaikan dan pengawasan di area tersebut. Jangan hanya sibuk mencari duit pajak dari reklame di sana, tapi juga tolong pikirkan solusi dari permasalahan yang ada. Begitulah kira-kira kasarnya.
ADVERTISEMENT
Semoga pak Jokowi melihat ini saat ke Ciawi tadi… atau tidak?