Konten dari Pengguna

MENABUR ANGIN MENUAI BADAI

7 April 2018 9:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmat Hidayat Majalengka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
MENABUR ANGIN MENUAI BADAI
Sebelum ini, berkali kali angin dihembuskan, banyak diantara sebagian kita yang merasa gerah. Kini tiupan tiupan itu telah menjadi letupan, dan akan menjadi badai.
ADVERTISEMENT
Tidak melulu kita harus menunjukan kebiasaan tabiat. Sekali mungkin bisa, dua kali masih 'tidak apa apa tidak apa apa'. Tentu jangan ada tiupan tiupan berkelanjutan. Selalu ada takaran dan ukuran yang bisa ditimbang. Karena kegaduhan ibarat bunyi 'grompyang' yang meriuhkan.
Perlu kehatihatian dalam melempar tutur. Karena ada batas yang tak bisa kita melintas. Ada halaman yang tak bisa diinjak, karena dapat merusak. Ketika tutur menusuk, terkadang maaf saja bukan solusi. Tak seperti mudahnya kita menyantap sarapan.
Kita memang tak pernah tahu tentang akhir sebuah kesudahan. Waktu kadang mendesak dan berkejaran dengan segala keinginan kita. Hanya doa yang kita pinta, semua akan baik dan indah pada akhirnya. Tentu apa yang telah, menjadi pembelajaran bagi kita.
ADVERTISEMENT