Konten dari Pengguna

PILKADA 2018 : GENDERANG PERANG SANG PEMENANG

27 Maret 2018 6:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmat Hidayat Majalengka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hitung mundur 90 hari kedepan, ruang publik akan dibisingkan oleh gelegar politik yang meriuhkan semesta Indonesia. Suksesi kepemimpinan daerah memang amanat konstitusi, agar kekuasaan dapat berestafet secara demokrasi.
ADVERTISEMENT
Akan ada polarisasi kekuatan politik dalam pertarungan head to head. Aliran dukung mendukung pun akan berarus bermuara kepada para kandidat. Keriuhan akan memeriahkan pesta berdemokrasi di 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kotamadya.
Publik memang akan terbelah tapi bukan terpecah. Saling berkubu tapi bukan untuk beradu. Rivalitas dalam kualitas bukan melulu kuantitas. Ini memang realita takdir politik. Hingga pada 27 Juni 2018, ketika rakyat menjadi hakim tertinggi, dalam sidang Indonesia Pilkada. Pasca pilkada, sejatinya kita kembali dalam keIndonesiaan bhinneka tunggal ika.
Usah gagah karena suara melimpah, usah merasa rendah bila pun kalah. Amarah harus punah, agar dendam bisa diredam. Karena siapa pun yang terpilih pada saatnya, dia adalah bukan pemimpin saya, bukan pemimpin anda, bukan pemimpin mereka, tetapi pemimpin kita bersama.
ADVERTISEMENT
Kelak tangan kembali saling berjabat, silaturahmi kembali direkat, maaf untuk segala hujat kata mengumpat, jarak harus kembali dekat, ikrar pun dibuat dalam sepakat. Doa pun kita panjat, semoga pejabat kita bermartabat, agar rakyat makmur dan kuat.