Konten dari Pengguna

Menemukan Diri di Tengah Kegagalan

raden adzka
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Brawijaya
21 April 2025 9:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari raden adzka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
People Girl Face (Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
People Girl Face (Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kegagalan sering kali datang seperti tamu tak diundang, membuyarkan harapan, memukul ego, dan meninggalkan rasa perih yang sulit dijelaskan. Kegagalan bukan hanya perihal target yang melesat atau rencana yang hancur, tetapi juga tentang perasaan kehilangan arah dan meragukan diri sendiri. Namun, justru dalam kegagalan itulah, kita dapat menemukan siapa diri kita sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Di tengah segala tekanan untuk selalu berhasil, kita sering lupa bahwa manusia bukanlah mesin pencetak prestasi, bukan juga makhluk yang sempurna tanpa adanya cela. Kita adalah makhluk yang belajar, tumbuh, dan terkadang jatuh. Kita semua pasti pernah berada di titik terendah dalam hidup, ketika apa yang kita bangun dengan penuh semangat runtuh begitu saja. Rasanya seperti semua usaha kita sia-sia. Tapi, di sanalah proses refleksi diri kita dimulai.
Kegagalan memaksa kita untuk berhenti dan menengok ke dalam diri. Siapa saya jika semua pencapaian itu hilang? Apakah nilai saya hanya diukur dari hasil yang terlihat? Apakah jika semua yang saya bangun hancur maka saya tidak bernilai apa-apa? Pertanyaan-pertanyaan itu menyakitkan, tapi juga menyelamatkan. Mereka membuka ruang bagi kita untuk melihat bahwa ada sesuatu yang lebih penting dari sekadar “berhasil”, yakni kejujuran terhadap diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Saya belajar bahwa gagal bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari sebuah perjalanan yang panjang. Kegagalan adalah jeda yang memungkinkan kita memahami makna dari setiap langkah. Ia mengajarkan kerendahan hati, keberanian untuk bangkit, dan kekuatan untuk memulai kembali meskipun dengan tangan yang gemetar.
Refleksi dari kegagalan membuat saya lebih mengenal batasan, tetapi juga potensi yang selama ini tersembunyi. Ia mengikis ambisi yang kosong dan menggantinya dengan tujuan yang lebih bermakna. Saya tak lagi mengejar validasi orang lain, melainkan berusaha menjadi versi terbaik dari diri saya, untuk diri saya sendiri.
Pada akhirnya, menemukan diri di tengah kegagalan bukan tentang menghapus luka, tetapi berdamai dengannya. Ini tentang memahami bahwa perjalanan hidup bukan hanya tentang puncak tertinggi, tapi juga lembah terendah yang mengajarkan kita banyak hal. Dan justru di lembah terendah itulah, saya bertemu dengan diri saya yang paling jujur, paling rapuh, dan paling kuat.
ADVERTISEMENT