Peluang dan Tantangan di Era Disrupsi Bagi Industri Penerbitan

Raden Dhafin Muhammad Fadhlur Rahman
Seorang mahasiswa Jurusan Manajemen yang berkuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
29 November 2022 13:23 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raden Dhafin Muhammad Fadhlur Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret salah satu buku PT. Penerbit Erlangga yang berada di Indonesia International Book Fair 2022. Foto: Raden Dhafin M.F.R/ Internship Erlangga
zoom-in-whitePerbesar
Potret salah satu buku PT. Penerbit Erlangga yang berada di Indonesia International Book Fair 2022. Foto: Raden Dhafin M.F.R/ Internship Erlangga
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat persaingan semakin kompetitif. Semua sektor industri dan bisnis didorong terus untuk melakukan inovasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang terus berkembang, hal ini menimbulkan peluang dan tantangan bagi industri, dan bagi pemain yang bertahan dengan cara lama akan kalah dalam persaingan global.
ADVERTISEMENT
Era disrupsi diibaratkan seperti pedang bermata dua. bagi industri yang bisa memanfaatkannya akan mendapatkan keuntungan yang besar, salah satu keuntungan terbesarnya adalah inovasi yang tak berujung, inovasi produk yang canggih dan modern akan menjadi keunggulan perusahaan yang tak ternilai. Sebaliknya, jika tidak bisa dimanfaatkan maka industri tersebut akan tertinggal dan mengalami kemunduran, dan pada akhirnya mengalami kerugian yang besar.
Salah satu industri yang terdampak adalah industri penerbitan, sebagai salah satu penerbit buku terbesar di Indonesia yang berdiri sejak 30 April 1952, PT. Penerbit Erlangga harus melakukan penyesuaian pada produknya. Era disrupsi tidak hanya mempengaruhi kepada inovasi saja, tetapi juga kepada perilaku konsumen (Consumer Behaviour).
Perubahan perilaku konsumen di era digital yang paling terasa adalah munculnya konsumen online. Penjualan online menawarkan kemudahan bagi konsumen dengan hanya menggunakan internet dan smartphone, seseorang sudah bisa membuka situs jual beli online, banyaknya promo dan diskon hingga layanan "gratis" menambah daya pikat konsumen untuk membeli secara online.
ADVERTISEMENT
Optimalisasi website dan aplikasi penjualan menjadi hal yang krusial, dengan adanya website yang mudah dipakai dan desain UI/UX yang simpel akan menambah kepuasan konsumen ketika sedang memilih produk. Dengan adanya website juga akan mempermudah melakukan pengambilan data konsumen, data konsumen ini merupakan informasi penting perusahaan untuk menganalisis perilaku konsumen, dengan adanya informasi ini perusahaan bisa mengambil keputusan yang tepat untuk merumuskan strategi marketingnya.
Bahkan saking berharganya data konsumen yang didapat dari website dan aplikasi penjualan sampai disebut "data is the new oil", bukan hanya minyak saja yang bisa ditambang, tetapi data juga dapat di tambang. Hal ini membuat banyak perusahaan penyedia Software as Service (SaS) semakin agresif menawarkan jasa mereka.
ADVERTISEMENT
PT. Penerbit Erlangga cukup berhasil dalam kemajuan ini. Terdapat produk Erlangga Online yang berisikan 2 produk didalamnya yaitu E-Library Erlangga dan eBook Erlangga. E-Library adalah aplikasi untuk membaca eBook yang diterbitkan oleh PT. Penerbit Erlangga berbasis buku digital, seperti perpustakaan kita bisa meminjam, membaca, dan mengembalikan eBook Erlangga seperti layaknya perpusatakaan konvensional. Berbeda dengan produk eBook, kita harus membelinya terlebih dahulu dan kita bisa memiliki produknya. Kedua produk tersebut merupakan solusi cerdas untuk mengatasi era disrupsi saat ini, karena dimasa kini orang-orang tidak bisa lepas dari gadget mereka, dan dengan penggunaan eBook kita juga bisa mengurangi penggunaan kertas, yang artinya kita dapat menekan angka penebangan pohon.
Dengan teknologi yang canggih melahirkan inovasi tanpa batas. teknologi akan terus berkembang sejalan dengan berkembangnya zaman, inovasi merupakan peluang terbesar bagi para penerbit, Ada beberapa tahapan dalam proses adopsi inovasi ke dalam konsumen. Everett Rogers mendefinisikan proses difusi inovasi (Innovation Diffusion Process) sebagai penyebaran ide baru dari sumber penemuan atau kreasinya kepada pengguna atau pengadopsi akhir, pengadopsi produk baru bergerak melalui lima tahap:
ADVERTISEMENT
1. Kesadaran – konsumen menyadari inovasi, tetapi kekurangan informasi tentang inovasi.
2. Minat – konsumen terdorong untuk mencari informasi tentang inovasi.
3. Evaluasi – konsumen mempertimbangkan apakah mereka akan mencoba inovasi baru.
4. Percobaan – konsumen mencoba inovasi untuk meningkatkan perkiraan nilainya.
5. Adopsi – konsumen memutuskan untuk menggunakan inovasi secara penuh dan teratur.
Tantangan perusahaan adalah untuk mencapai adopsi, penerbit perlu melakukan riset dan pendalaman karakteristik masyarakat, pendalaman karakteristik masyarakat diperlukan agar mudah menerima perubahan.
Tidak hanya di sisi eksternal saja, dalam internal juga diperlukan digitalisasi dan reformasi model bisnis. Kedepannya, bisnis akan sangat bergantung pada data, ibarat kata data is the new oil, artinya, diperlukan divisi atau tenaga kerja yang memiliki kompetensi dalam bidang data digital dan cyber security. Pemerintah juga harus ikut turut serta dalam kemajuan ini, terutama dalam merancang kebijakan yang berhubungan dengan teknologi, sehingga pelanggaran hak cipta atau peretasan sistem dapat diantisipasi dengan adanya divisi yang memiliki kompetensi sesuai dengan harapan, mereka akan tahu apa yang dibutuhkan kedepannya dan melakukan strategi yang efektif agar masyarakat menerima perubahan yang ada.
ADVERTISEMENT
#mbkmumy #manajemenumy #FEBUMY #UMYogya