Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Crocodylus Raninus, Monster dari Sangatta
19 Juli 2018 13:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Raden Muhammad Wisnu Permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto penulis di Area Quatik Tanjung Bara Desa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur yang banyak dihuni oleh Buaya Sangatta
ADVERTISEMENT
Kota Sangatta adalah Ibu Kota dari Kabupaten Kutai Timur yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Untuk menuju Kota Sangatta, dapat ditempuh dengan dua cara. Yakni jalur darat dan jalur udara. Jalur darat dapat ditempuh dengan waktu 4 jam dari Kota Samarinda, dan 8 jam dari Kota Balikpapan. Sedangkan untuk jalur udara dapat ditempuh dalam waktu 50 menit perjalanan dari Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Kota Balikpapan untuk mendarat di Bandar Udara Tanjung Bara di Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Bandar Udara Tanjung Bara ini dimiliki oleh PT Kaltim Prima Coal.
Kantor Pemerintah Kabupaten Kutai Timur yang berada di Kota Sangatta (Dilansir dari www.suarakutim.com)
ADVERTISEMENT
Dalam waktu 2 bulan ini, penulis sudah dua kali mengunjungi Kota Sangatta karena urusan pekerjaan dengan PT Kaltim Prima Coal. Begitu banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang penulis alami sendiri. Kali ini penulis akan menceritakan monster terkenal dari Sangatta, yaitu cerita tentang Crocodylus Raninus, Monster dari Sangatta yang sudah sangat terkenal itu. Dalam bahasa awam, monster ini dikenal sebagai Buaya Sangatta.
Dalam sebuah perjalanan ke tempat pertemuan kami di area PT Kaltim Prima Coal, salah satu karyawan PT Kaltim Prima Coal, Yusuf Muhammad menceritakan beberapa serangan buaya di Sangatta yang sudah sangat sering terjadi. Maka kami diberi pengingatan untuk berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar sungai maupun muara karena ancaman serangan buaya yang sering tersebut. Buaya Sangatta itu besar-besar dan sangat ganas. Banyak korban yang terluka parah hingga tewas diserang oleh mereka. Buaya Sangata terkenal dengan keganasannya karena sering menyerang dan memangsa manusia.
ADVERTISEMENT
Cerita tersebut pada mulanya tidak terlalu menarik perhatian penulis, karena suasana begitu panas dan penulis agak mengantuk. Namun, ketika lulusan Institut Teknologi Bandung tersebut menceritakan hal yang berbau mistis dan di luar nalar logika manusia, rasanya langsung melek seketika.
Cerita ini diawali dengan salah satu warga Sangatta yang iseng membunuh seekor buaya, kemudian memposting video dan foto-foto terbunuhnya seekor buaya tersebut di media sosial, yang tentu saja langsung viral. Keesokan harinya, warga Sangatta yang membunuh seekor buaya tersebut ditemukan sudah tidak menghembuskan nafasnya lagi dalam keadaan berdiri, dengan lengan yang sedang melihat postingan yang viral tersebut. Ketika dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya, tubuh warga Sangatta tersebut tidak kaku dan masih hangat. Padahal, jika manusia sudah meninggal dunia, tubuhnya biasanya kaku dan bersuhu dingin. Secara medis dokter sudah mengatakan bahwa Ia telah tiada, namun keluarga masih tidak terima, karena tubuhnya masih hangat.
ADVERTISEMENT
Tidak lama setelah itu, salah satu perawat rumah sakit kesurupan. Kemudian, ia berkata, "Saya adalah buaya yang kamu bunuh. Saya tidak terima foto dan videonya disebarluaskan seperti itu. Jika saya membahayakan nyawa manusia, saya rela dibunuh. Saya tidak akan lepaskan kamu (pelaku) sebelum keluarga kamu minta maaf pada keluarga saya di sungai tempat kamu bunuh saya."
Kemudian pria berkacamata lulusan Kampus Ganesha itu meneruskan ceritanya, "Keluarganya kemudian melakukan sebuah ritual untuk meminta maaf pada keluarga buaya tersebut di sungai tadi. Setelah ritual tersebut dilakukan, barulah jenazah warga Sangatta yang membunuh buaya tersebut meninggal dunia seutuhnya dan dapat dimakamkan."
Buaya Sangatta (dilansir dari portalbalikpapan.com)
Pada dasarnya buaya tidak akan memilih manusia sebagai makanannya. Namun karena keserakahan manusia yang sudah mengambil mangsa dan habitatnya, maka buaya menyerang manusia. Dan seringkali, ketika buaya memangsa manusia, buaya akan "merasa bersalah" dengan menampakkan diri di tempat terbuka agar mudah ditemukan baik sang buaya tersebut dan jenazah manusia di dalam perutnya. Seolah-olah buaya tersebut pasrah untuk dihakimi manusia karena bersalah karena telah memangsa manusia. Entah benar atau tidak, tapi kisah tersebut membuktikan bahwa buaya "sangat manusiawi tindakannya".
ADVERTISEMENT
Secara nalar dan logika manusia, di tahun 2018 ini, tentu saja cerita tersebut sangat mengada-ngada dan tidak masuk akal. Namun, itu terjadi di Kota Sangatta. Sebelum pergi ke Pulau Kalimantan pun, banyak kerabat penulis yang menyuruh penulis untuk berhati-hati di Kalimantan, karena banyak hal di luar nalar dan logika manusia, yang membahayakan hidup penulis.
Contohnya, untuk jangan manin-main dengan gadis asal Kalimantan karena banyak kejadian seperti pria yang kehilangan akal sehatnya setelah memeprmainkan gadis Kalimantan. Singkat cerita, setelah menidurinya dan kemudian berjanji akan menikahinya, pria tersebut tidak menepati janjinya. Keluarganya yang marah kemudian menyantet pria tersebut yang akhirnya pria tersebut kehilangan akal sehatnya, atau dapat dikatakan gila, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit jiwa.
ADVERTISEMENT
Juga, cerita tentang salah satu anggota TNI yang kehilangan alat vitalnya setelah buang air kecil sembarangan di area yang tabu, yang sudah dilarang oleh "kepala suku" disana. Lalu setelah melapor pada "kelapa suku", secara ajaib alat vital pria tersebut kembali normal seperti sedia kala. Dan segudang kisah mistis di luar nalar dan logika manusia yang terjadi di tanah Kalimantan ini yang dapat diambil hikmahnya.
Pada kisah buaya tadi, dapat diambil pelajaran untuk jangan mengusik, apalagi membunuh hewan jika mereka tidak mengancam nyawa manusia. Usirlah secara halus tanpa menyakiti apabila memungkinkan, kecuali dalam situasi darurat. Sedangkan pada kisah yang kedua, janganlah main-main dengan gadis manapun, dengan segudang janji. Sang gadis dan keluarganya tentu akan sakit hati dengan perbuatan kita yang mempermainkan hati seorang wanita. Bayangkan jika itu terjadi pada anak gadis kita kelak atau pada adik perempuan kita.
ADVERTISEMENT
Dan yang ketiga, untuk menghormati segala larangan dari warga setempat, apapun larangan tersebut. Menghormati adat istiadat serta budaya setempat. Dan juga, secara keilmuwan agama, sains, buang air sembarangan itu tidak baik secara etika dan dari segi kesehatan.
Terakhir, izinkan penulis untuk mengitip apa yang pernah Mahatma Gandhi katakan untuk menutup tulisan ini, yaitu "Kebesaran sebuah negara bisa terlihat dari cara mereka memperlakukan hidup hewan."