Sedihnya Tidak ada Bukber Tahun Ini

Raden Muhammad Wisnu Permana
Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93
Konten dari Pengguna
7 Mei 2020 16:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raden Muhammad Wisnu Permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Buka Bersama
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Buka Bersama
ADVERTISEMENT
Saya kira, Ramadhan kali ini akan jadi Ramadhan yang paling suram yang pernah dialami oleh umat Muslim di seluruh dunia. Ramadhan kali ini, shalat berjamaah di mesjid, termasuk shalat tarawih akan ditiadakan. Dan jika pandemik corona ini tidak juga berakhir, kemungkinan besar Shalat Idul Fitri pun akan ditiadakan. Terlebih, tahun ini juga kita tidak bisa mudik ke kampung halaman, hanya untuk sekedar bercengkrama dengan keluarga. Tahun ini juga, tidak akan ada buka bersama. Semuanya gara-gara virus corona.
ADVERTISEMENT
Ya. Sejak SMP, saya sangat suka dan hampir selalu hadir untuk mengikuti ritual buka bersama. Mulai dari circle pertemanan saat SD, SMP, SMA, hingga teman-teman kuliah, teman satu hobi, teman satu organisasi, hingga teman-teman kantor. Setidaknya saya menghabiskan setengah dari bulan Ramadhan untuk buka puasa di luar bersama mereka.
Bahkan beberapa di antarnya saya secara sukarela untuk mengorganisir acara tersebut, dari booking tempat, mengatur keuangan, hingga list daftar tamu yang akan hadir. Mengapa saya repot-repot melakukan hal tersebut? Karena hanya pada momen tersebutlah saya bisa bertemu dengan circle pertemanan yang sudah saya sebutkan di atas. Paling tidak, satu tahun sekali saat bulan Ramadhan. Saya rela menghabiskan sejumlah uang sdan waktu yang saya miliki hanya untuk buka bersama dengan mereka, hanya untuk bertemu mereka, mengetahui kabar mereka, dan bercengkrama dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Seringkali, saya juga bisa bertemu dengan kecengan saya saat sekolah yang sudah menikah dan memiliki anak, yang tentu saja saya kecewa dengan hal tersebut, karena sejak bersekolah hingga saat ini saya tidak berhasil merebut hatinya. Namun, serius. Tidak jarang pula, saya berkesempatan berbisnis dengan teman lama karena pertemuan tersebut.
Saat saya bersekolah atau berkuliah, setidaknya lebih dari 30 teman saya hadir saat buka bersama. Beberapa di antaranya sudah standby di lokasi buka bersama sejak pukul lima sore. Namun, seiring berjalannya waktu, dari circle teman sekolah atau kuliah, tentu saja banyak yang sudah bekerja, menikah, hingga memiliki anak. Ada juga yang bekerja di luar kota atau di luar negeri, sehingga, beberapa tahun belakangan, buka bersama saat Ramadhan setidaknya hanya diikuti oleh 10 orang saja. Itu pun berlangsung singkat karena mereka kerap kali membawa istri dan anak mereka.
ADVERTISEMENT
Selepas makan-makan dan berfoto, hanya empat atau lima teman saya saja dari masing-masing circle yang melanjutkan perbincangan setidaknya hingga pukul sembilan malam. Sampai pukul sebelas malam jika buka bersama tersebut dilaksanakan pada akhir pekan. Bercerita tentang indahnya masa lalu kami, kabar masing-masing, hingga gosip tidak jelas. Kami bisa tertawa bersama seperti yang kami lakukan di masa lalu. Ya, itulah indahnya Ramadhan.
Beberapa hari menjelang Ramadhan, saya sangat sedih bukan karena tidak bisa beribadah di Mesjid. Mohon maaf, saya pun bukanlah orang yang relijius layaknya para ulama. Saya sedih karena Ramadhan tahun ini kami tidak memiliki kesempatan untuk tertawa bersama saat buka puasa bersama.
Teman-teman saya tinggal sedikit seiring berjalannya waktu, karena kesibukan berkeluarga dan bekerja yang mereka lakukan. Setidaknya, satu kali di bulan Ramadhan, saya bisa bertemu mereka meski hanya berlangsung beberapa jam saja. Saya betul-betul sibuk pada bulan Ramadhan karena undangan buka bersama yang kian menumpuk seiring berjalannya waktu. Beberapa diantaranya terjadi di saat yang bersamaan, dan tentu saja saya lebih memprioritaskan teman-teman sekolah dan teman-teman kuliah alih-alih buka puasa di kantor karena rekan di kantor saya temui setiap hari kerja, sedangkan teman-teman sekolah atau kuliah barangkali hanya saya temui setidaknya satu tahun sekali, yakni saat momen buka puasa bersama.
ADVERTISEMENT
Tapi, tahun ini, hal tersebut hampir mustahil untuk terlaksana. Sebenarnya, bisa saja sih saya melakukan acara buka bersama di rumah makan atau rumah salah satu teman saya. Tapi ya, saya tidak ingin terus memperpanjang rantai penyebaran virus corona dengan berkumpul-kumpul. Terlebih, PSBB yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah Jawa Barat untuk memutus rantai penularan virus corona.
Ya,daripada mengeluh tidak jelas seperti ini, marilah kita semua berdoa kepada Tuhan agar pandemik corona ini cepat berakhir agar kita semua dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Marilah kita semua terus menjaga kesehatan dengan terus makan makanan bergizi, berolahraga secara rutin dan istrihat yang cukup. Dan terus melakukan physical distancing, rutin mencuci tangan dengan sabun, memakai masker (minimal masker kain) serta menerapkan etika batuk dan flu. Ya, mudah-mudahan pandemik ini dapat segera berakhir agar kita semua dapat kembali beraktivias seperti sedia kala.
ADVERTISEMENT