Menulis supaya Kaya Raya

PRIYANDONO
Tinggal di Gresik. Menulis di berbagai majalah, koran dan media online. Buku terbarunya: Berbisnis dengan Tuhan (2018). Guru Pengangkut Air (2018).
Konten dari Pengguna
16 Mei 2021 6:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PRIYANDONO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Menulis Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menulis Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Gerakan guru menulis buku harus terus dikampanyekan. Para guru harus diberi ruang yang luas agar dapat menghasilkan karya buku. Ada banyak manfaat yang didapat dari menulis buku.
ADVERTISEMENT
Pada suatu kesempatan menikmati kerak telor di kota lama Batavia beberapa waktu lalu, dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta Sam, Mukhtar Chaniago, mengatakan pada saya setidaknya ada enam manfaat menulis.
Sam Mukhtar Chaniago (Sumber: Facebook Sam Mukhtar Chaniago)
Pertama, terapi. Menulis dapat menjadi terapi bagi orang dari penyakit stresnya. ha...ha...ha.... Sebagian orang merasa stres karena begitu besar beban yang ditanggungnya. Nah, kalau dia mau menuliskan beban tersebut di atas kertas, maka sebagian akan merasa lebih ringan bebannya. Ketika dia menuliskan masalah-masalah yang dirasanya, oh, ternyata cuma 30 masalah. Kalau tidak dituliskan, rasanya seperti ratusan banyaknya.
Kedua, kaya raya. Seseorang bisa mengumpulkan pundi pundi kekayaan karena dari menulis. Misalnya Andrea Hirata, Habiburrahman El Shirazy. Kedua penulis tersebut mampu meraup miliaran rupiah hanya dengan satu novel saja.
ADVERTISEMENT
Ketiga, terkenal. Popularitas seseorang salah satunya dibangun karena menulis. Sudah tidak terhitung jumlahnya, orang terkenal karena menulis. Sebut saja Dee Lestari, Tere Liye, dan lain-lain.
Keempat, ibadah. Menulis itu mengeluarkan ide dan gagasan. Menulis itu mengobarkan api. Menulis itu mengucurkan darah. Ketika pembaca terinspirasi, terlecut semangatnya dan produktif, serta mendapatkan manfaat, maka tulisan tersebut bernilai ibadah
Kelima, bukti pernah ada. Buku atau karya tulis yang lain menjadi penanda track record penulisnya. Namanya abadi. Melegenda. "Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari," kata Pramoedya Anantara Toer
Keenam, batu loncatan. Ini terkait dengan kerjaan tambahan lain yang akan diperoleh setelah kita rajin menulis atau ketika kita sudah menjadi penulis. Banyak tadinya dikenal sebagai penulis kolom akhirnya sekarang lebih dikenal sebagai narasumber di layar kaca.
ADVERTISEMENT
Profesi sebelumnya cuma penulis cerpen akhirnya lebih dikenal sebagai penulis skenario, atau sebagai sutradara atau pemain film. Misalnya penulis Lupus. Banyak sekali contoh untuk ini. Awalnya hanya sebagai penulis kemudian lebih banyak aktivitasnya sebagai yang lainnya.

Pahami Kebutuhan Pembaca

Saya jarang sekali selfie di medsos dengan menenteng buku. Sebab karya buku saya tidak banyak. Cuma sedikit. Bisa dihitung dengan jari. Tidak sampai puluhan, apalagi ratusan. Profesi saya memang guru, namun kadang-kadang juga menulis.
Sebagai penulis pemula, saya selalu diliputi rasa was-was. Apakah tulisan atau buku saya bisa diterima publik dan menjadi bacaan yang bermanfaat? Pertanyaan seperti itu terus menghujam benak saya.
Junaidi Gafar pada suatu kesempatan ngopi bersama saya menyarankan agar sebelum menerbitkan buku alangkah baiknya memahami terlebih dahulu kebutuhan pembaca. Bang Jun, begitu saya biasa menyapa mengungkapkan," setidaknya ada 5 hal yang dibutuhkan pembaca, yakni: solution, hiding facts, guidance, fulfillness of emotional need, dan coriousity,".
Junaidi Gafar (Sumber Facebook Junaidi Gafar)
Tak seorang pun manusia yang lepas dari sebuah persoalan. Masalahnya pun tentu berbeda-beda. Mereka pada umumnya membaca buku sebagai salah satu alternatif menyelesaikan persoalan yang melilitnya (solution). Berawal dari sini, guru berpeluang menyusun buku yang bisa menjadi penawar masalah seputar pendidikan.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, pembaca buku pada umumnya didorong karena ingin mengetahui secara terang benderang terkait fakta yang tersembunyi (hiding facts). Untuk menyusun buku ini diperlukan data yang lengkap dan detail. Oleh karena itu penulis harus melakukan observasi, survei, penelitian, bahkan investigasi. Sehingga buku yang dihasilkan dapat memberikan deskripsi secara utuh tentang sebuah fakta.
Buku memberikan sayap-sayap baru yang akan membawa pembacanya terbang ke taman-taman pengetahuan, memberikan panduan melakukan aktivitas dengan benar (guidence). Setelah itu, mereka melakukan semua yang telah dibaca dalam konteks sosiologis yang sebenarnya. Penulis dapat menjawab kebutuhan pembaca ini dengan menyusun buku yang berisi tips, resep masakan, panduan travelling, hobi dan sebagainya.
Pada dasarnya manusia memiliki 3 kebutuhan emosional, yaitu rasa aman, mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengontrol. Dengan membaca buku, maka fullfilnes of emotional need akan terpenuhi. Terkait kebutuhan ini, guru bisa menyusun buku dengan tema psikologi dan buku buku hiburan lainnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, manusia pada umumnya memiliki rasa ingin tahu (coriousity) Terutama terhadap fenomena yang dianggap aneh dan hal hal yang ganjil. Nah, dengan membaca buku diharapkan rasa keingintahuannya dapat terpenuhi. Buku buku tentang piring terbang (UFO), kekalahan Amerika dalam perang Vietnam berpeluang menjawab rasa ingin tahu pembaca.