Tuhan Selalu Punya Waktu yang Tepat

Raden Putri
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta - Jurusan Teknik Grafika Penerbitan
Konten dari Pengguna
8 Juli 2021 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raden Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi waktu yang akan berhenti dengan tepat. Sumber : https://unsplash.com/photos/ft0-Xu4nTvA
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi waktu yang akan berhenti dengan tepat. Sumber : https://unsplash.com/photos/ft0-Xu4nTvA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Tuhan selalu punya waktu yang tepat”, kalimat yang selalu aku percayai hingga saat ini. Kalimat yang sering diucapkan dan benar adanya. Kalimat ini juga menjadi pengingatku ketika ingin mengeluh atas sesuatu yang terjadi atau Tuhan berikan.
ADVERTISEMENT
Aku pernah mendengar ceramah dari seorang pemuka agama. Dia berkata, “Tuhan itu mengabulkan doa hamba-Nya dengan tiga cara. ‘ya, Aku kabulkan’, ‘tidak, Aku punya yang lebih baik’, dan ‘ya, Aku akan kabulkan nanti’. Kita tinggal tunggu, dengan cara yang mana Tuhan akan jawab doa kita.”
Kalimat itu membuatku sadar. Tangan yang selalu aku tengadahkan, tidak pernah kembali dalam keadaan kosong. Hanya saja aku belum menyadarinya.
Aku memiliki banyak mimpi. Mulai dari ingin menjadi abdi negara, berkuliah di perguruan tinggi negeri, hingga ingin berkuliah di Universitas Indonesia. Lalu, apakah doaku semuanya terkabul? Tentu saja. Namun dalam versi yang berbeda dan terbaik menurut-Nya.
Aku bermimpi untuk berkuliah Perguruan Tinggi Negeri, lebih tepatnya di Universitas Indonesia. Aku ingin berkuliah di luar Bogor dan menggunakan jaket kuning. Berbagai pendaftaran dan seleksi aku ikuti untuk mewujudkannya. Namun, apa yang aku terima? Kegagalan. Tanda merah pada setiap pengumuman.
ADVERTISEMENT
Aku pasrah dan mengikhlaskan semuanya. Aku mencoba mendaftar ke Politeknik Negeri Jakarta, sebagai upaya terakhirku berkuliah di perguruan tinggi negeri. “Setidaknya, jika bukan UI, aku harus tetap dapat Negeri”, kataku kala itu. Aku hanya mendaftar kampus yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumahku.
Tibalah aku pada hari pengumuman. Teman-temanku banyak yang tidak lulus dan membuatku merasa rendah diri. Aku membuka tautan pengumuman, dan tidak disangka, aku mendapatkan warna hijau dengan tulisan, “Lulus”. Aku terpaku dan tidak bisa berkata apa-apa. Aku bersyukur Tuhan masih memberiku kesempatan.
Inilah saat di mana mimpiku perlahan menjadi nyata. Setelah pengumuman itu, aku mencari tahu tentang Politeknik Negeri Jakarta. Hal yang membuatku tidak percaya adalah karena Politeknik Negeri Jakarta ini berada satu kawasan kampus dengan Universitas Indonesia, universitas yang menjadi impianku. Maka impianku berkuliah di luar Bogor terkabul.
ADVERTISEMENT
Politeknik Negeri Jakarta memiliki warna almamater kuning, sama dengan almamater Universitas Indonesia. Lagi-lagi doaku yang ingin memakai jaket kuning terkabul.
Setelah aku melakukan pendaftaran ulang, ternyata Politeknik Negeri Jakarta ini memiliki kebijakan, mahasiswa baru wajib mengikuti salah satu kegiatan pengenalan kampus di Rindam Jaya. Ini berarti, aku akan mendapatkan pendidikan semi militer. Dan lagi, mimpiku yang sempat ingin menjadi abdi negara terkabul dengan cara yang lebih sederhana. Ya, aku merasakan bagaimana pendidikan semi militer dan tinggal di asramanya selama beberapa hari.
Tuhan benar-benar mengabulkan doaku. Dengan cara apa? Dengan cara menggantinya dengan yang lebih baik menurut-Nya.
Aku ingin berkuliah di perguruan tinggi negeri, menggunakan jaket kuning, berada di luar Bogor dan menjadi abdi negara. Allah beri aku Politeknik Negeri Jakarta, yang merupakan kampus negeri, berada di luar Bogor, beralmamater kuning, dan memiliki kegiatan pengenalan kampus semi militer.
ADVERTISEMENT
Tuhan Maha Baik. Tuhan Maha Mendengar. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Tuhan selalu punya waktu yang tepat.
Raden Putri A. Ginanjar
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta