Traveling Bareng Bayi, Busui yang Hamil, sambil Angkut Stok ASIP

Konten dari Pengguna
8 Maret 2020 15:16 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Terry Subagja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu membawa bayi saat traveling dengan pesawat Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu membawa bayi saat traveling dengan pesawat Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Duh Gustii, mudah-mudahan lancar sampe tujuan.”
Itu kalimat yang gak berhenti saya ucapkan dalam hati atau sambil komat-kamit kalo emang sempet. Gimana enggak? Ketika itu kami sekeluarga akan terbang selama 26 jam dari Jakarta ke Panama City dengan sekali transit di Amsterdam. Dan pemirsa, 26 jam ini adalah durasi di pesawatnya doang, gak termasuk transit. Mungkin buat sebagian orang, penerbangan sepanjang ini biasa aja. Tapi ini adalah pengalaman pertama kami sekeluarga yang komplit nan istimewa banget.
ADVERTISEMENT
Saya ditugaskan untuk berangkat sebagai diplomat di KBRI Panama City kira-kira 7 bulan sebelum keberangkatan. Saat itu, istri tercinta tengah mengandung anak pertama kami dan memasuki usia kehamilan 33 minggu. Kami pun coba menyusun persiapan dengan bayangan akan pindah ke Panama yang ada di Benua Amerika bagian tengah dengan membawa bayi berusia kira-kira 5 bulan. Nah, 3 bulan sebelum keberangkatan, kami menerima kabar yang bikin bubar persiapan yang udah dilakukan. Eng ing eng... Istri positif hamil (lagi). “Duh Gustii... Alhamdulillah.” Bersyukur mah udah pasti, tapi bukan berarti kami gak pusing.
Persiapan pun disusun ulang. Jumlah bagasi berkembang dengan tambahan berbagai peralatan tempur untuk persiapan lahiran di Panama City nanti. Selain itu, sebagai pejuang ASI, kami juga gak rela meninggalkan hasil jerih payah pumping ASI selama 5 bulan terakhir ditinggal begitu saja. Walhasil, berangkatlah saya penugasan ke Panama City ditemani ibu hamil dan bayi berusia 5 bulan serta 23 kg ASIP beku. Komplit gak tuh?
ADVERTISEMENT
Karena ini pengalaman istimewa buat saya, maka saya ingin bagikan strategi, tips, dan hal-hal yang kudu diperhatikan jika menghadapi situasi maha rempong seperti pengalaman kami.

Itinerary dan Airlines

Rencana perjalanan dan maskapai penerbangan adalah hal pertama yang harus diperhatikan. Ada banyak detail yang harus dipastikan. Usahakan untuk melakukan riset jauh-jauh hari sebelum waktu keberangkatan. Sebelum melakukan riset, ada baiknya untuk menyusun hal-hal khusus yang mungkin dibutuhkan selama perjalanan sehingga bisa dipastikan kalau hal-hal tersebut bisa terakomodir dalam rencana perjalanan. Beberapa hal umum yang harus diperhatikan adalah:
1. Pilih jam penerbangan dengan durasi penerbangan yang paling sesuai dengan kebutuhan kita.
Dalam kasus saya, saya memilih penerbangan yang berangkat malam hari karena paling pas dengan jam tidur anak. Informasi jam dan durasi penerbangan juga menentukan jumlah popok dan pakaian ganti bayi yang dibawa ke kabin pesawat. Untuk menjaga stamina bayi dan istri yang sedang hamil sekaligus menyusui, ketika itu kami memutuskan untuk menginap satu malam saat transit di Amsterdam. Inilah sebabnya kita juga perlu melakukan riset mengenai fasilitas bandara transit. Bandara Schiphol Amsterdam termasuk bandara dengan fasilitas sangat lengkap yang mempunyai fasilitas hotel di dalam terminal bandara. Namun untuk alasan efisiensi anggaran, kami memutuskan untuk keluar bandara dan menginap di rumah rekan diplomat yang tengah ditugaskan di KBRI Den Haag. Alhamdulillah, gratis. Indahnya silaturahmi.
ADVERTISEMENT
2. Maskapai penerbangan mempunyai kebijakan bagasi yang berbeda-beda.
Pastikan untuk melakukan riset yang lengkap mengenai baggage allowance maskapai yang akan kita gunakan. Cari tahu dengan jelas kebijakan maskapai mengenai checked in baggage dan cabin baggage khususnya mengenai barang yang dilarang dan diperbolehkan untuk dibawa. Jika kita menggunakan maskapai yang berbeda dalam satu rangkaian perjalanan, pastikan kebijakan bagasinya sesuai supaya kita bisa terhindar dari kerempongan membongkar dan menata ulang bagasi di bandara transit. Satu hal penting yang harus diingat adalah membeli bagasi tambahan secara online selalu lebih murah daripada membeli di check in counter.
Ilustrasi: Konsultasikan dengan dokter kandungan sebelum melakukan penerbangan jauh. Sumber Foto: pixabay.com

Terbang saat hamil

Secara umum, terbang saat hamil itu gak masalah. Tapi tentu ada resiko yang harus kita ketahui supaya bisa diantisipasi dengan baik. Sebelum terbang, hal pertama yang harus dilakukan adalah konsultasi dengan dokter kandungan. Karena tiap-tiap kehamilan tuh beda dan dokter kandungan adalah orang yang paling tahu riwayat dan kondisi kehamilan secara khusus. Selain itu, beberapa tips yang bisa dilakukan adalah:
ADVERTISEMENT
1. Bawalah 'Surat Keterangan Dokter' yang menyatakan bahwa anda dalam kondisi hamil.
Untuk penerbangan internasional, ada baiknya surat keterangan tersebut juga dibuat atau diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Lebih penting lagi, pastikan suratnya ditik, jangan pake tulisan tangan dokternya. Pastikan surat ini disimpan di dalam kompartemen khusus dalam tas agar mudah dicari. Selalu nyatakan kondisi kehamilan setiap kali berkomunikasi dengan pihak bandara atau maskapai termasuk pramugari supaya para petugas tahu bagaimana harus memperlakukan Anda seperti saat melewati pemeriksaan mesin x-ray atau memberikan bantuan atau fasilitas khusus yang anda butuhkan.
2. Kram dan bengkak pada kaki, terutama bagian mata kaki, adalah hal yang paling umum dialami oleh ibu hamil, khususnya untuk penerbangan lebih dari 3 jam.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, gunakan pakaian yang nyaman dan sepatu yang agak longgar. Kalo punya flight socks bisa dipake juga. Tapi yang paling penting, jika memungkinkan, lakukan stretching, berdiri atau jalan-jalan di dalam pesawat tiap satu atau dua jam sekali. Khusus buat para suami, jangan bangunin istrinya hanya untuk stretching walaupun dia udah tidur lebih dari satu jam. Percaya deh.
3. Gunakan sabuk pengaman di bawah perut dan pilih tempat duduk di Aisle atau lorong untuk memudahkan jika ingin ke toilet.
Apalagi, kalo janin sudah mulai aktif nendang-nendang kantung kemih karena kemungkinan besar frekuensi ke toilet akan cukup sering. Untuk mencari kursi yang sesuai dengan preferensi kita, bisa coba kunjungi www.seatguru.com.
ADVERTISEMENT

Terbang dengan Bayi

Penerbangan panjang dengan bayi bisa jadi perjalanan yang sangat menantang. Kalo persiapannya minim, jangan harap bisa tidur di pesawat. Panduan utama untuk mengatasi tantangan ini adalah memastikan kenyamanan bayi. Kalo Bos Bayi happy, dijamin deh, orang tuanya juga pasti bahagia. Seperti penerbangan dengan ibu hamil, hal pertama yang harus dilakukan sebelum terbang dengan bayi adalah konsultasi ke dokter anak dan pastikan bayi kita sehat sebelum terbang. Kalo pas mau terbang tiba-tiba bayi kita pilek misalnya, mending perjalanan ditunda deh. Makanya, disarankan booking tiket yang open alias tiket yang bisa dijadwal ulang. Kalau bayi kita udah oke untuk penerbangan panjang, maka ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.
ADVERTISEMENT
1. Laporlah ke petugas saat anda tiba di gate pesawat.
Beberapa maskapai tertentu akan memberikan fasilitas priority boarding bagi penumpang yang membawa bayi. Maklum, peralatan kita yang segambreng kadang bikin susah penumpang lain juga kalo boarding ke pesawatnya barengan sama penumpang biasa.
2. Saat kita terbang dengan bayi, salah satu hal utama yang harus kita perhatikan adalah perubahan tekanan pada kabin pesawat.
Hal ini terjadi saat pesawat lepas landas dan mendarat. Orang dewasa aja kadang sampe berasa pengang telinganya, apalagi bayi. Kalo sampai bayi kita gak nyaman atau bahkan kesakitan gara-gara perubahan tekanan ini, bisa dipastikan dia akan rewel sepanjang perjalanan. Untuk mengatasi hal ini, pastikan bayi melakukan gerakan menelan saat proses lepas landas atau mendarat. Caranya bisa dengan menyusui atau memberi empeng atau pacifier. Proses mendarat perlu mendapatkan perhatian lebih yah, karena perubahan tekanan pada kabin pesawat akan mendorong udara masuk ke dalam telinga, sehingga kemungkinannya lebih besar buat bayi kita kesakitan atau merasa tidak nyaman gara-gara perubahan tekanan. Upayakan untuk menjadikan 2 jam sebelum mendarat sebagai waktu terakhir untuk bayi kita makan atau menyusui.
ADVERTISEMENT
3. Cari tahu tentang fasilitas bassinets/carrycot atau keranjang bayi di pesawat.
Biasanya untuk bayi yang berusia dibawah 6 bulan, bisa menggunakan fasilitas ini. Sebagai bayangan, untuk maskapai yang kami gunakan saat itu, berat maksimal bayi yang dapat menggunakan fasilitas ini adalah 10 kg dengan tinggi maksimal 65 cm. Nah, yang harus diingat adalah; fasilitas bassinets ini terbatas dan hanya tersedia untuk kursi yang terletak di barisan depan. Jadi, lakukan reservasi jauh-jauh hari. Kalo jumlah bayi dalam penerbangan melebihi jumlah fasilitas bassinets, maka fasilitas akan diberikan atas dasar first come first serve.
4. Jangan bawa banyak mainan, cukup satu atau dua mainan kesayangan atau mainan yang paling menarik perhatian bayi kita.
ADVERTISEMENT
Beberapa maskapai tertentu, kadang malah ada yang ngasih mainan juga. Jika anda memiliki portable console, masukin aja ke bagasi, gak usah dibawa ke kabin, gak akan kepake. Percaya deh.
5. Siapkan jumlah baju ganti dan popok yang cukup untuk bayi, sesuaikan juga dengan iklim dan cuaca kota tujuan kita.
Jangan lupa siapkan tas atau kompartemen khusus pada tas kabin untuk menyimpan baju kotor. Buat orang tuanya, jangan lupa siapkan kaos ekstra untuk mengantisipasi kemungkinan bayi kita gumoh. Daripada di pesawat pake singlet doang kan yah?
6. Pastikan ganti popoknya secara reguler supaya bayi tetep nyaman.
Antrian toilet sebelum mendarat pada penerbangan jauh biasanya cukup panjang. Makanya, pastikan untuk memeriksa dan mengganti popok, satu jam sebelum mendarat.
ADVERTISEMENT
7. Mengingat kenyamanan bayi adalah yang utama, mandikan bayi sebelum terbang bila memungkinkan.
Ini akan membantu bayi untuk merasa nyaman di pesawat. Aaamiin.
Penggunaan bassinets bayi dalam pesawat. Sumberfoto: koleksi pribadi.

Terbang dengan membawa ASI

Membawa ASI ke dalam pesawat sangat mungkin untuk menjadi pengalaman buruk. Tapi jangan kemudian jadi parno. Kita bisa antisipasi dengan melakukan riset mengenai ketentuan maskapai dan ketentuan negara tujuan. Bila perlu, konsultasikan langsung dengan pihak maskapai dan selalu laporkan kepada petugas kalo kita membawa ASI, dengan atau tanpa bayi. Informasi utama yang harus kita tahu tentang membawa ASI ke dalam pesawat adalah.
1. ASI harus disimpan secara terpisah dari cairan lain kecuali gel pack untuk mendinginkan ASI.
Laporkan ke petugas jika anda membawa ASI lebih dari 100 ml. Pada dasarnya, tidak ada batasan berapa banyak ASI yang bisa kita bawa.
ADVERTISEMENT
2. Laporkan ke awak kabin bahwa anda membawa ASI dan minta agar anda dapat menyimpan ASI di dalam fasilitas pendingin bila ada.
3. Bawalah kain penutup atau cover untuk dipakai saat pumping atau menyusui.
Usahakan jangan pernah pumping di toilet pesawat. Pumping di kursi kita aja. Gak usah khawatir soal suara pompa ASI karena suaranya akan tenggelam kalah sama suara mesin pesawat.
4. Jika anda membawa ASIP beku dalam bagasi, pastikan anda mengemasnya secara baik.
Pastikan seluruh ruang di dalam styrofoam atau cooler box terisi semuanya. Gunakan kain handuk atau koran untuk memenuhi sisa ruangan di dalam styrofoam atau cooler box untuk menyimpan ASIP. Tempatkan gel pack pendingin secara merata dengan perbandingan jumlah gel pack dengan ASIP beku kira-kira 1:4.
ADVERTISEMENT
5. Jika anda menggunakan dry ice atau biang es, pastikan cooler box tidak dalam kondisi kedap.
Hal ini karena dry ice pada dasarnya adalah karbondioksida padat yang akan langsung menyublim. Jangan biarkan kemasan ASIP bersentuhan langsung dengan dry ice. Jangan lupa untuk mencari informasi ketentuan dan kebijakan maskapai mengenai membawa dry ice. Umumnya, satu orang penumpang dapat membawa 2,5 kg dry ice di dalam bagasinya. Selalu laporkan pada petugas check in bahwa anda membawa dry ice di dalam bagasi.
Nah, itulah hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita traveling dengan bayi, ibu hamil, dan menyusui. Yang paling penting sih sebenernya team work antara ayah dan ibu. Saling bantu supaya masing-masing bisa sempet tidur dan istirahat di pesawat. Seperti wejangan @id_ayahasi yang selalu saya ingat, “Bikinnya berdua, ngurus anaknya juga berdua”.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah, perjalanan dari Jakarta ke Panama City yang ditempuh selama lebih dari 40 jam, dapat dilalui dengan banyak cerita. Dengan tampang kuyu, kantung mata tebal dan punggung panas akibat begadang berkepanjangan, kami menyusuri garbarata sambil bergumam “Alhamdulillaah, sampe juga akhirnya.” Di ujung garbarata, kami disambut sesosok lelaki mengenakan batik. “Selamat datang di Panama City Mas, kita langsung ke lounge, kebetulan Bu Menteri sedang transit,” sambutnya sambil mengambil alih stroller yang sedang saya dorong. Saya pun tersenyum sambil ngelus dada, “Duh Gustii...”.