Konten dari Pengguna

Generasi Delay Gratification vs Generasi si Paling Mental Health

Radinal Muhdar
Master of Human Resources Management - Pemerhati Pengembangan Manusia Indonesia
21 Oktober 2023 21:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Radinal Muhdar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perbedaan generasi. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perbedaan generasi. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, kita sering mendengar banyak generasi muda yang mengeluhkan tentang work life balances, mental health dan sangat mudah untuk sakit hati, drama dan mudah menyerah ketika menghadapi tantangan, tekanan atau persoalan.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan seniornya yang 90an menganggap bahwa setiap tantangan dalam proses adalah hal yang biasa dan patut untuk dijalani dengan sabar dan menikmatinya. Lalu apa faktor yang membuat adanya GAB yang begitu terlihat akhir-akhir ini di antara kedua generasi ini, mari kita bahas bersama.
Pada suatu waktu yang tidak begitu lama yang lalu, anak-anak di tahun 90-an tumbuh dalam era yang berbeda. Mereka adalah bagian dari generasi yang menghadapi tantangan khusus yang membentuk mental mereka dengan cara yang berbeda.
Salah satu aspek yang mendasar dalam perbedaan tersebut adalah pengalaman terkait "delay gratification" atau menunda kepuasan. Mari kita melihat bagaimana perbedaan ini memengaruhi generasi 90-an dan generasi saat ini, serta bagaimana peran orang tua dalam membentuk mental generasi mendatang.
ADVERTISEMENT

Generasi Milenial 90-an: Delay Gratification dan kontrol diri

Pernahkah Anda mengingat saat-saat ketika menunggu adalah suatu hal yang biasa dalam hidup kita? Generasi 90-an, dengan berbagai permainan dan hiburan terbatas yang mereka miliki, telah mengembangkan kemampuan untuk menunda kepuasan.
Nonton film kartun, misalnya, adalah salah satu hiburan utama, tapi itu hanya terjadi saat hari Minggu. Mereka harus menunggu sepekan penuh untuk menikmati kartun favorit mereka. Tidak ada akses ke YouTube atau streaming sepanjang waktu.
Begitu pula dengan membeli baju baru, momen spesial adalah saat Lebaran atau perayaan lainnya. Beli mainan yang diinginkan? Itu hanya bisa terjadi setelah menabung dan memecahkan celengan mereka. Bahkan untuk mengakses internet di warnet, kita tetap dibatasi oleh gambar ikan lumba-lumba yang muncul sebagai pengingat berakhirnya waktu sewa.
ADVERTISEMENT
Dalam proses ini, generasi 90-an telah terlatih dalam menunda kepuasan. Mereka telah belajar bahwa kesabaran adalah kunci untuk mencapai hal-hal yang mereka inginkan dalam hidup. Mereka tahu arti menunggu, bekerja keras, dan mengendalikan diri.

Generasi Zaman Now: Instant Gratification dan Ketidaksabaran

Sekarang kita beralih ke generasi saat ini, yang dibesarkan dalam dunia yang penuh dengan teknologi, koneksi internet cepat, dan layanan on-demand. Anak-anak hari ini dapat menonton film, video, atau konten apa pun kapan saja dengan sekali sentuh pada layar gadget mereka. Mereka dapat berbelanja online dan memesan makanan melalui aplikasi ojek online dengan mudah. Semua hal ini dapat mereka dapatkan dengan sangat cepat.
Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan tersendiri. Generasi saat ini jarang mengalami pengalaman menunda kepuasan seperti yang dialami generasi sebelumnya. Mereka tidak perlu menunggu hari Minggu untuk menonton film kartun, tidak perlu menunggu Lebaran untuk mendapatkan baju baru, dan tidak perlu menabung selama berbulan-bulan untuk membeli mainan impian mereka. Semuanya ada di ujung jari mereka.
ADVERTISEMENT
Tantangan ketidaksabaran mulai muncul ketika hal-hal tidak terjadi secepat yang mereka inginkan. Mereka mungkin menjadi lebih cenderung frustasi saat menghadapi hambatan atau menunggu sesuatu. Kemampuan untuk mengendalikan diri dan bersabar menjadi lebih sulit ketika dunia serba cepat dan instan.

Peran Orang Tua dalam Membentuk Mental Generasi Mendatang

Dalam konteks ini, peran orang tua menjadi sangat penting. Orang tua memiliki kekuatan besar dalam membentuk mental anak-anak mereka. Mereka bisa membantu anak-anak memahami arti menunda kepuasan dan mengembangkan kemampuan kontrol diri.
1. Mengajarkan Nilai-nilai Kesabaran:
Orang tua dapat mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya menunggu dan bekerja keras untuk mencapai tujuan. Ini bisa dilakukan melalui contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti menabung uang untuk sesuatu yang mereka inginkan.
ADVERTISEMENT
2. Batasi Akses Terhadap Teknologi:
Sementara teknologi adalah bagian integral dari kehidupan modern, orang tua dapat membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar. Membatasi waktu layar akan membantu anak-anak menghargai waktu mereka di luar dunia digital.
3. Fasilitasi Aktivitas Tradisional:
Mengenalkan anak-anak pada aktivitas tradisional seperti bermain di luar, membaca buku, atau bermain permainan papan dapat membantu mereka belajar untuk bersenang-senang tanpa perlu teknologi yang selalu ada.
4. Diskusi dan Pengertian:
Orang tua dapat berbicara dengan anak-anak tentang perbedaan antara ingin sesuatu segera dan menunggu untuk mendapatkannya. Ini adalah kesempatan untuk berbicara tentang pengendalian diri dan manfaatnya dalam hidup.
5. Menjadi Contoh yang Baik:
Orang tua adalah panutan utama bagi anak-anak. Mereka harus menunjukkan kesabaran dan kemampuan kontrol diri dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Generasi mendatang akan membentuk masa depan negara dan bangsa kita. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membantu mereka menghadapi tantangan ini. Ketika kita memahami perbedaan antara generasi 90-an yang terlatih dalam menunda kepuasan dan generasi saat ini yang hidup dalam dunia instan, kita dapat lebih bijaksana dalam membantu generasi mendatang tumbuh menjadi individu yang kuat dan berdaya untuk menghadapi dunia yang selalu berubah.
Dengan bimbingan dan dukungan yang tepat, kita dapat membantu mereka menemukan keseimbangan antara teknologi dan kemampuan kontrol diri, sehingga mereka dapat menjadi generasi yang tangguh dan bijaksana serta mampu tahan banting dalam menghadapi setiap proses dan tantangan dalam menjalani kehidupannya.