Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Industrialisasi Perguruan Tinggi dan Dampaknya bagi Pendidikan Generasi Bangsa
11 September 2023 8:52 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Radinal Muhdar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perguruan tinggi telah lama dianggap sebagai pilar utama dalam pembangunan intelektual suatu bangsa. Mereka adalah tempat di mana pengetahuan diperoleh, ide-ide berkembang, dan pemimpin masa depan dibentuk.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena yang dikenal sebagai industrialisasi perguruan tinggi telah mengubah wajah pendidikan tinggi. Industrialisasi perguruan tinggi adalah proses di mana institusi pendidikan tinggi berfokus pada elemen-elemen ekonomi dan komersial, dengan mengesampingkan nilai-nilai intelektual tradisional.
Teori industrialisasi perguruan tinggi adalah konsep yang telah dikembangkan oleh sejumlah ahli dalam berbagai periode waktu. Salah satu teori terkenal tentang industrialisasi perguruan tinggi adalah “McDonaldization of Higher Education” yang dikemukakan oleh George Ritzer pada tahun 1996.
Teori ini merujuk pada konsep bahwa perguruan tinggi dan universitas semakin mengadopsi elemen-elemen industrialisasi yang ditemukan dalam restoran cepat saji seperti McDonald’s, seperti efisiensi, standarisasi, dan rasionalisasi.
Selain itu, terdapat konsep “Corporatization” yaitu konsep yang menyatakan bahwa perguruan tinggi semakin berperilaku seperti perusahaan bisnis dengan fokus pada pendapatan, pemangkasan biaya, dan perubahan budaya ke arah yang lebih komersial.
ADVERTISEMENT
Kritik terhadap konsep ini adalah bahwa pendekatan bisnis dalam pengelolaan perguruan tinggi dapat meningkatkan efisiensi, tetapi juga dapat mengorbankan misi pendidikan yang sejati.
Komersialisasi Pendidikan
Salah satu dampak utama dari industrialisasi perguruan tinggi adalah komersialisasi pendidikan. Sekarang, perguruan tinggi sering melihat siswa sebagai pelanggan yang membayar untuk layanan pendidikan. Akibatnya, pendidikan menjadi semacam komoditas yang dijual kepada yang tertinggi penawar.
Hal ini telah mengakibatkan kenaikan biaya pendidikan, yang membuat akses ke perguruan tinggi menjadi sulit bagi banyak keluarga. Generasi muda bangsa harus menghadapi beban utang yang tinggi untuk mendapatkan gelar, yang dapat memengaruhi masa depan keuangan mereka.
Mahasiswa Dijadikan sebagai Salah Satu Revenue Stream yang Menjanjikan
Dalam era industrialisasi perguruan tinggi, mahasiswa sering dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan bagi institusi pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
Banyak perguruan tinggi lebih berfokus pada jumlah pendaftaran mahasiswa, terutama mahasiswa internasional atau mahasiswa kedokteran atau lainnya yang membayar biaya kuliah yang lebih tinggi. Akibatnya, ada tekanan untuk meningkatkan pendaftaran mahasiswa demi mendapatkan pendapatan yang lebih besar.
Hal ini dapat mengarah pada sejumlah dampak negatif, seperti penurunan standar penerimaan mahasiswa dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan individual mahasiswa.
Mahasiswa sering dianggap sebagai pelanggan yang harus dilayani, bukan sebagai individu yang harus dibimbing dalam perjalanan pendidikannya. Akibatnya, pengalaman pendidikan menjadi lebih terfragmentasi dan berfokus pada pelayanan yang menguntungkan institusi pendidikan, daripada pengembangan pribadi mahasiswa.
Selain itu, pemikiran bahwa mahasiswa adalah sumber pendapatan dapat menghasilkan persaingan yang tidak sehat antara perguruan tinggi untuk menarik mahasiswa dengan janji-janji dan fasilitas mewah. Hal ini dapat mengesampingkan nilai-nilai pendidikan yang sejati dan fokus pada aspek komersial, yang tidak selalu menguntungkan generasi muda bangsa dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Penting bagi institusi pendidikan tinggi untuk menjaga keseimbangan antara menghasilkan pendapatan dan memberikan pendidikan yang berkualitas.
Mahasiswa seharusnya tidak hanya dianggap sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sebagai individu yang berpotensi untuk berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dalam konteks ini, penting untuk memprioritaskan kepentingan pendidikan yang sejati demi masa depan yang lebih baik bagi generasi muda bangsa dan masyarakat secara keseluruhan.
Penurunan Kualitas Pendidikan
Selain komersialisasi, industrialisasi juga dapat mengakibatkan penurunan kualitas pendidikan. Perguruan tinggi yang fokus pada aspek ekonomi sering mengabaikan pengembangan kurikulum yang seimbang dan pendekatan pengajaran yang efektif.
Mereka mungkin lebih cenderung mencari pendanaan dan keuntungan daripada memastikan siswa benar-benar memahami materi pelajaran. Akibatnya, generasi muda bangsa mungkin lulus dengan pengetahuan yang kurang memadai, yang dapat membahayakan kemampuan mereka untuk bersaing di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Pemusatan pada Hasil Sementara
Seiring dengan fokus pada ekonomi, industrialisasi perguruan tinggi cenderung menilai keberhasilan berdasarkan hasil sementara, seperti tingkat kelulusan dan penghasilan lulusan.
Hal ini dapat menghasilkan tekanan yang besar pada siswa untuk mencapai hasil yang tinggi dalam ujian dan pekerjaan, yang dapat merusak pengalaman pendidikan mereka.
Lebih dari itu, pendidikan yang hanya mengedepankan hasil sementara sering mengabaikan perkembangan karakter dan keterampilan sosial, yang merupakan aspek penting dalam membentuk generasi muda yang berkualitas.
Pengaruh Perusahaan Swasta
Industrialisasi perguruan tinggi juga telah membuka pintu bagi pengaruh perusahaan swasta yang besar dalam dunia pendidikan. Perusahaan-perusahaan ini sering memiliki kepentingan ekonomi dalam pendidikan, yang dapat memengaruhi kebijakan dan kurikulum universitas.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat mengancam kemandirian dan otonomi perguruan tinggi dalam mengambil keputusan akademis yang sejalan dengan misi pendidikan.
Ketidaksetaraan Akses Pendidikan
Terakhir, industrialisasi perguruan tinggi dapat menghasilkan ketidaksetaraan akses pendidikan. Kenaikan biaya pendidikan dan tekanan untuk mencapai hasil yang tinggi dapat membuat pendidikan tinggi menjadi semakin sulit diakses oleh kelompok-kelompok masyarakat yang kurang mampu. Hal ini dapat memperkuat ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, yang merugikan generasi muda bangsa yang berasal dari latar belakang yang kurang beruntung.
Dalam upaya untuk menyiasati dampak negatif industrialisasi perguruan tinggi, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk kembali menekankan nilai-nilai intelektual, otonomi akademik, dan kesetaraan akses pendidikan.
Generasi muda bangsa adalah aset berharga bagi masa depan negara, dan pendidikan tinggi harus tetap menjadi wadah yang memungkinkan mereka berkembang secara holistik. Dengan demikian, kita dapat menghindari dampak negatif yang dapat merugikan generasi muda dan masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT