Konten dari Pengguna

Mahasiswa Dulu dan Sekarang, Banyak Perbedaan?

Radit Bayu A
Mahasiswa Universitas PGRI Semarang, Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
25 Januari 2023 9:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Radit Bayu A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa di Yogyakarta. Foto: Deshana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa di Yogyakarta. Foto: Deshana/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada sebuah tulisan yang berbunyi, “Dulu, nama besar kampus disebabkan oleh karena mahasiswanya. Sekarang, mahasiswa ingin hebat karena nama besar kampusnya.”
ADVERTISEMENT
Tulisan tersebut dilansir dari seorang tokoh seniman bernama Pidi Baiq. Sontak, tulisan tersebut seperti mendobrak kesadaran kita sebagai mahasiswa.
Kehebatan seorang mahasiswa terbentuk tidak secara tiba-tiba. Tentu melalui proses yang sangat panjang dan penuh dengan lika-liku. Hal tersebut agar mahasiswa mengetahui passion dan potensi seperti apakah yang dimiliki dalam dirinya.

Mahasiswa Dulu dan Sekarang

Ilustrasi mahasiswa. Foto: shutterstock
Berdasarkan mulut ke mulut dari seorang rekan aktivis. Mereka sering mengungkapkan bahwa kegiatan di kampus tidak seramai dulu. Apabila telanjur ada, hanya untuk memenuhi target proker untuk laporan akhir tahun. Proker yang berjalan pun didominasi oleh proker warisan para leluhur mereka dan lemahnya dari segi daya tarik.
Terdapat banyak faktor mengapa mahasiswa tidak tergabung dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Salah satu faktornya mahasiswa ingin mendapatkan pengalaman dan keterampilan secara instan. Maka akibat yang ditimbulkan, mahasiswa mengabaikan unsur-unsur yang bersifat fundamental.
ADVERTISEMENT

Terbengkalainya Kegiatan di Kampus

Ilustrasi mahasiswa sedang mengerjakan tugas. Foto: StockImageFactory.com/Shutterstock
Munculnya program paid intership misalnya yang banyak digandrungi oleh para mahasiswa. Jadi, selain mendapatkan pengalaman juga mendapatkan bayaran. Namun, dampak dari program ini membuat daya kreativitas dan leadership mahasiswa menjadi lemah.
Kita harus mengingat bahwa mahasiswa merupakan elemen vital dari masyarakat. Maka, mental leadership sebelum mengikuti internship sangat diperlukan.
Bukannya ingin menyalahkan mahasiswa yang ingin mengikuti program paid intership, tetapi alangkah baiknya sesuai dengan tahap dan prosedur. Segalanya membutuhkan proses dan waktu agar kesiapan dalam diri terbentuk. Wajarnya, mengikuti kegiatan di kampus terlebih dahulu, baru menuju ke jenjang berikutnya.