Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fungsionalisme Struktural dalam Agenda HUT BRI Ke-125
29 Desember 2020 13:25 WIB
Tulisan dari Raditia Yoke tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika masyarakat dianalogikan dengan organ tubuh, maka setiap organ pasti memiliki fungsinya masing-masing. Tidak akan normal tubuh manusia, jika ada satu organ saja yang tidak sehat. Begitu sederhananya teori fungsionalisme ini bekerja. Melihat agenda HUT BRI ke-125 tahun 2020 ini, maka itu adalah perwujudan fungsi organ yang sehat. Kenapa bisa begitu? Mari kita bedah. Kita akan mulai terlebih dahulu dari penjelasan apa itu fungsionalisme struktural dan di mana kita bisa melihat teori tersebut terwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sedikit melihat awal mula teori ini terbentuk, Durkheim sebenarnya dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte dan Herbert Spencer, yang merupakan tokoh Sosiologi fenomenal, di mana pemikirannya adalah mengenai analogi organismik. Lalu berkembang dan dihubungkan antara masyarakat dengan organisme oleh Durkheim. Dalam bukunya, The Division of Labor in Society (1893), Durkheim mengatakan jika masyarakat berkembang lebih kompleks, tatanan sosial bertransisi dari mekanik menuju organik. Menurut teori tersebut, ujung positif dari peran yang bekerja secara organik adalah stabilitas dan keseimbangan sistem. Durkheim melihat bahwa masyarakat merupakan kesatuan yang memiliki bagian yang berbeda-beda. Setiap bagian memiliki fungsinya masing-masing dan mengarah kepada keseimbangan sistem.
Fungsionalisme struktural merupakan istilah yang dikenalkan pertama kali oleh Emile Durkheim tahun 1858-1917, seorang tokoh Sosiologi. Durkheim memandang bahwa di masyarakat terdapat interaksi antar berbagai komponen yang relatif bertahan lama karena terorganisasi dengan baik di masyarakat. Setiap individu dalam masyarakat pasti memiliki status, setiap status memiliki peran, setiap peran memiliki hak dan kewajiban masing-masing.
ADVERTISEMENT
Dengan itu, jika melihat di era saat ini, masyarakat terlihat semakin kompleks perannya, entah di perekonomian, kesehatan, politik, ataupun di unsur lainnya. Hal ini menunjukkan jika pembagian peran harus semakin dioptimalkan. Spesifik pada era pandemi virus corona di Indonesia, budaya gotong royong setiap elemen masyarakat itu semakin sangat diperlukan.
Pemerintah menjalankan fungsinya sebagai pembuat kebijakan, dokter berperan menjadi garda terakhir penyelesaian covid-19, peneliti melakukan penelitian untuk mencari solusi terbaik di era pandemi, relawan terjun di lapangan dengan memberikan edukasi dan pelayanan secara langsung ke masyarakat, lembaga zakat menghimpun zakat untuk kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan, dan masih banyak lagi unsur serta peran setiap organ di masyarakat.
Agenda HUT BRI ke-125 16 Desember lalu adalah bentuk optimalisasi peran yang luar biasa dari organ masyarakat. Di dalamnya terdapat agenda-agenda yang langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Tidak hanya di satu kota, namun berbagai kota di Indonesia. Tidak hanya puluhan juta, tapi hingga ratusan juga dana yang disalurkan. Sehingga ini menjadi obat yang sangat manjur di tengah-tengah masyarakat yang sedang sakit.
ADVERTISEMENT
Contoh lain yang menunjukkan fungsi organ berjalan dengan baik adalah ketika pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo dan Kementerian Kesehatan RI memberikan bantuan sosial langsung kepada masyarakat terdampak virus corona di Indonesia senilai triliunan rupah.
ADVERTISEMENT