Konten dari Pengguna

Yang Harus Dilakukan Organisasi Mahasiswa Supaya Kaderisasinya Tidak Cupu

Raditia Yoke
Student at Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University
6 Februari 2021 7:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raditia Yoke tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kaderisasi yang diibaratkan dengan anak tangga. Gambar: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kaderisasi yang diibaratkan dengan anak tangga. Gambar: unsplash.com
ADVERTISEMENT
Tidak jarang, kaderisasi hanya berujung kepada senioritas dan itu norak banget. Di beberapa organisasi mahasiswa, bidang yang mengurusi terkait kaderisasi mahasiswa dinamakan PSDM atau dikenal dengan Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa. Ia bertugas mengurus proses penyampaian nilai-nilai kepada mahasiswa supaya dapat menjadi mahasiswa yang sesungguhnya, yaitu mahasiswa yang dapat menerapkan prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi—penelitian, pengabdian, dan pengajaran—dengan benar. Salah satu program strategis dari PSDM ini adalah terkait penyambutan mahasiswa baru yang masuk ke universitas tersebut.
ADVERTISEMENT
Saya melihat, di zaman sekarang masih ditemukan kasus program kaderisasi—terutama saat penyambutan mahasiswa berakhir dengan senioritas yang semakin kental. Selain itu, peserta kaderisasi tak jarang mengalami trauma terkait program-program kaderisasi tersebut, dan semua contoh kasus tersebut sangatlah memalukan dan cupu, apalagi di zaman sekarang. Maka dari itu, jika organisasi ingin program kaderisasinya tidak norak dan cupu, terapkan prinsip-prinsip ini:
#1 Ciptakan Program Jangka Panjang, Kurangi Kegiatan yang Bersifat One-Day Event
Esensi dari kaderisasi adalah target yang jangka panjang, maka agenda yang disusun jangan yang bersifat jangka pendek. Agenda jangka pendek itu contohnya konser, selebrasi, sosialisasi, dan lain semacamnya. Agenda tersebut orientasinya hanya untuk waktu itu saja atau bisa disebut one-day event.
ADVERTISEMENT
Tapi bagi pengurus di bidang kaderisasi wajib memiliki mindset yang lebih dari itu, orientasi jangka panjang—penanaman nilai, moral, prinsip, dan cara berpikir. Mindset itu wajib ia turunkan menjadi program-program yang relevan dan proporsional.
#2 Buku Panduan Kaderisasi atau Grand Design Kaderisasi
Dengan orientasi jangka panjangnya tersebut, kaderisasi wajib memiliki panduan yang bisa disalurkan ke generasi berikutnya. Panduan tersebut menjadi pembatas supaya jalan kaderisasi tidak berbelok dan mencapai tujuan kaderisasi.
Berbagai perbedaan latar belakang dan pemikiran para pengurus bidang kaderisasi tiap pergantian pengurus adalah kondisi rawan jika tidak diantisipasi. Rawannya seperti membelokkan fungsi kaderisasi; rawan mengurangi atau menambah nilai yang tidak relevan dengan esensi kaderisasi; dan rawan menciptakan kader yang kurang kompeten.
ADVERTISEMENT
#3 Kaderisasi Itu Bukan Ajang Memperkuat Senioritas
Kaderisasi bukan tempatnya memupuk budaya senioritas, biarkan itu hanya terjadi pada generasi orang tua dan sebelum kita. Saat ini, pola pikir tersebut harus dihilangkan, bukan sekadar dikurangi. Kepercayaan tidak akan terbangun melalui agenda senioritas seperti marah-marah dan membentak.
Kepercayaan itu sifatnya akumulatif—akumulasi dari value yang diterapkan. Menonjolkan sifat marah tidak sama sekali membuat senior menjadi wibawa, terlihat cerdas, dan kompeten. Sebaliknya, menonjolkan sifat tersebut justru malah membuktikan jika ia tidak memiliki value apapun sehingga hanya marah yang bisa ditonjolkan.
#4 Harusnya Menjadikan Orang Baru Merasa Diterima, Bukan Malah Membuat Merasa Semakin Berbeda dan Minder
Kaderisasi harus bisa melontarkan pertanyaan ini: "How can i help you so that you can achieve your intended goals?" sebagai pertanyaan prinsip, begitu kata Iman Usman Co-Founder Ruangguru. Pertanyaan tersebut adalah bentuk refleksi jika kaderisasi seharusnya menjadi wadah dan fasilitas belajar untuk tercapainya cita-cita, bukan menciptakan generasi tanpa kepercayaan diri karena senioritas. Kaderisasi, terutama di ranah mahasiswa, harus dapat memberikan wadah untuk belajar skill yang menunjang dunia perkuliahannya seperti public speaking, research, academic skill, critical thinking, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi penting juga di kaderisasi adalah proses interaksi dan terbentuknya networking. Beda bukan jika dibandingkan dengan one-day event? Kaderisasi harus memiliki intensitas kegiatan yang bisa terjalin interaksi yang erat dan berujung networking yang dapat mendukung kemajuan pribadi seseorang ke depannya.
Sehingga dari semua paparan di atas, kaderisasi itu sebetulnya sesederhana bisa terciptanya rasa senang ketika belajar; terbangunnya growth-mindset; bisa punya banyak teman yang positif; dan saling menghargai serta berempati. Kalau seperti itu kan jadinya tidak norak~