Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ingin Melanjutkan S3 ke Luar Negeri? Ini 5 Hal yang Perlu Kamu Ketahui
18 November 2019 17:32 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Raditya Kusumaningprang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melanjutkan kuliah, termasuk hingga jenjang S3 ke luar negeri (Doctor of Philosophy / PhD) merupakan cita-cita banyak orang. Bagi sebagian, sekolah merupakan tuntutan pekerjaan, bagi sebagian lainnya kesempatan ini merupakan opsi untuk menikmati hidup dan mencari pengalaman di luar negeri. Namun ada juga yang menjadikan sekolah sebagai jalan keluar dari kejenuhan di kantor sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Apa pun alasannya, pilihan untuk melanjutkan pendidikan hingga ke tingkat S3 membutuhkan persiapan yang matang dan terencana. Mari simak beberapa tips bagi yang ingin memulai petualangan tersebut.
Program PhD rata-rata memakan waktu 3 hingga 5 tahun. Bukan waktu yang singkat. Oleh karenanya, pastikan topik riset yang dipilih sesuai minat dan passion kamu. Karena itulah yang akan kamu kerjakan sehari-hari sepanjang waktu tersebut.
Mulailah dengan menyiapkan proposal singkat mengenai topik riset kamu. Hal-hal yang perlu kamu perhatikan adalah: Latar belakang topik yang dipilih, mengapa isu tersebut penting, dan bagaimana pendekatan (metodologi) yang akan kamu ambil dalam melakukan riset.
Kamu dapat menggunakan dokumen ini untuk aplikasi beasiswa, universitas, mau pun mendekati calon dosen pembimbing.
ADVERTISEMENT
Program PhD sangat mahal dan hampir tidak ada orang yang mengambil program tersebut dengan biaya sendiri. Saat ini, terdapat banyak beasiswa yang ditawarkan oleh berbagai lembaga baik oleh Pemerintah Indonesia, negara pemberi beasiswa maupun universitas. Masing-masing beasiswa memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta persyaratan yang beragam.
Pelajari dengan saksama persyaratan program beasiswa yang ingin kamu ambil. Siapkan dokumen yang dibutuhkan sedini mungkin dan jangan lupa catat tanggal-tanggal penting.
Sebagian besar tahapan penerimaan beasiswa melewati proses wawancara. Siapkan jawaban atas berbagai pertanyaan yang mungkin dapat ditanyakan, latihan dulu sebelum maju khususnya bagi kamu yang jarang berbicara di muka umum. Biasanya pertanyaan difokuskan pada latar belakang kehidupan kamu, motivasi untuk mengambil PhD dan bagaimana kontribusi kamu terhadap negara, atau bidang keilmuan, setelah lulus nanti.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa cara untuk mencari pembimbing yang tepat. Pertama, coba cari topik riset kamu di beberapa jurnal ilmiah dan lihat beberapa peneliti yang kerap menulis tentang hal tersebut. Lihat track-record mereka; apa latar belakang mereka, seberapa sering menulis, dan seberapa sering dikutip.
Cara lain adalah dengan menjelajahi situs universitas yang kamu tuju. Setiap universitas memiliki daftar dosen dan peneliti yang terafiliasi dengan mereka beserta area kajian yang mereka dalami dan latar belakangnya.
Tips lainnya yaitu pembimbing yang senior dan bergelar profesor akan memiliki jam terbang yang tinggi dalam riset. Namun biasanya memiliki tingkat kesibukan yang tinggi pula. Pelajari berapa banyak siswa yang telah menjadi bimbingannya. Semakin banyak jumlahnya, semakin tinggi pengalamannya. Cari tahu juga rencana jangka menengahnya, siapa tau mereka akan cuti besar, melakukan penelitian di lapangan atau pun akan pensiun dalam waktu dekat. Hal ini akan berdampak pada rencana studimu.
ADVERTISEMENT
Jangan malu-malu untuk menghubungi mereka secara langsung. Kirim email dengan mencantumkan proposal yang telah kamu siapkan, dan utarakan niat dan rencanamu. Sebagian besar dosen sangat terbuka dan akan dengan senang hati menjawab pertanyaanmu.
Setiap universitas memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam membina mahasiswa S3-nya. Kita juga memiliki kebutuhan dan fokus yang berbeda-beda. Oleh karenanya, sangat penting agar kamu mendalami persyaratan, pendekatan, dan fasilitas yang diberikan oleh masing-masing universitas.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih universitas, yakni fasilitas yang diberikan kepada mahasiswa PhD: Apakah universitas memberikan meja atau ruang kerja khusus untuk setiap siswa, atau harus berbagai dengan siswa lainnya? Bagaimana dengan fasilitas perpustakaannya? Atau bagi kamu yang di fakultas teknik dan sains, bagaimana dengan fasilitas lab-nya?
ADVERTISEMENT
Perlu diingat bahwa beberapa universitas memilih mahasiswa yang sudah memiliki pengalaman riset yang cukup dan dukungan yang terbatas kepada para siswanya. Ada pula universitas yang memberikan dukungan penuh kepada para siswanya, termasuk pelatihan mengenai metodologi riset, penulisan, hingga dukungan-dukungan psikologi.
Ada baiknya kita jujur dengan diri sendiri mengenai kebutuhan selama menjalani riset, pertimbangkan universitas dan fasilitasnya untuk mendukung kebutuhan tersebut. Jangan hanya mempertimbangkan ranking universitas tersebut.
Oh iya, proses mencari universitas, pembimbing, dan beasiswa tidak perlu dilakukan secara berurutan, namun dapat dijalankan secara paralel.
Perhitungan akan kebutuhan hidup sehari-hari selama studi S3 di luar negeri sangat penting, apalagi bagi kamu yang sudah berkeluarga. Coba cek beberapa fasilitas umum yang kita butuhkan untuk menunjang kehidupan sehari-hari kita dan keluarga.
ADVERTISEMENT
Perhitungkan berapa biaya tempat tinggal, akses transportasi, biaya makan, dan belanja per bulan juga fasilitas publik lainnya yang mungkin diperlukan, seperti rumah sakit terdekat tempat tinggal. Bagi kamu yang akan membawa keluarga dan anak-anak, pastikan kamu paham atas persyaratan sekolah yang diwajibkan di kota setempat. Jangan lupa pastikan berapa biayanya, karena di beberapa negara sekolah anak tidak gratis.
Sebagai mahasiswa, pendapatan kita akan terbatas apabila hanya ditunjang oleh stipend. Jangan malu, memiliki pekerjaan sampingan adalah sesuatu yang lazim. Banyak sekali lowongan pekerjaan yang tersedia mulai dari menjadi penerjemah, tutor, loper koran, hingga cleaning service. Sebelum memulai kerja, pastikan kamu juga memenuhi syarat administratif imigrasi. Dan yang paling penting, jangan sampai pekerjaan tambahan ini mengganggu perkuliahan dan riset.
Terakhir, Jangan lupa untuk having fun!
ADVERTISEMENT
Riset membuktikan bahwa program doctoral memiliki tingkat stres yang tinggi (Dolin, 2005). Percayalah, kamu akan mengalami banyak masa surut dan kebuntuan. Oleh karenanya, kamu harus memiliki support system dan hobi yang dapat menjadi pelarian disaat kamu sedang mengalami kesulitan dengan thesis.
Bagi yang sudah berkeluarga, ada baiknya kamu berteman dengan sesama siswa senasib di universitas atau kota tersebut. Bagi yang masih jomlo, carilah hobi.
Kelompok ibadah keagamaan, serta organisasi masyarakat Indonesia juga dapat menjadi salah satu obat kangen di perantauan.
Meskipun banyak tantangan dan hambatan yang pasti akan kamu hadapi, kebanggaan yang akan kamu rasakan pada saat menerima gelar PhD (conferment) sebanding dengan perjuangan dan pengorbanan yang kamu lakukan.
ADVERTISEMENT
Selamat mencoba dan semoga berhasil!
Live Update