Konten dari Pengguna

Agama Kuno di Jepang dan Budaya Menyambut Tahun Baru yang Jarang Dikenali

Raditya Cahya Putra
Mahasiswa Universitas Airlangga, Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya
31 Oktober 2023 20:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raditya Cahya Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
"First Shrine Visit of the Year" https://pixabay.com/photos/shrine-682362/
zoom-in-whitePerbesar
"First Shrine Visit of the Year" https://pixabay.com/photos/shrine-682362/
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak kenal dengan Jepang, negara yang dikenal dengan budaya dan tradisi yang unik, dan salah satu unsur paling menarik adalah agama Shinto (神道) yang kuno dan perayaan Hatsumode (初詣) yakni tradisi penyambutan tahun baru yang terkait dengan Shinto. Shinto adalah agama asli Jepang yang telah ada selama berabad-abad dan memiliki pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Sementara itu Hatsumode adalah budaya merayakan awal tahun baru dan salah satu peristiwa yang paling dinantikan di Jepang. Disini saya akan membantu anda untuk menjelajahi akar agama Shinto dan mempelajari bagaimana perayaan Hatsumode mempengaruhi kehidupan dan budaya di Jepang.
"Upacara Kuil Okinawa" https://pixabay.com/photos/okinawa-temple-ritual-japan-646179/
zoom-in-whitePerbesar
"Upacara Kuil Okinawa" https://pixabay.com/photos/okinawa-temple-ritual-japan-646179/
Shinto (神道) yang dituliskan dalam bahasa jepang menggunakan kanji 神 atau dibaca “kami” yang memiliki arti dewa, dan kanji 道 atau dibaca “michi” yang memiliki arti jalan, sehingga jika disatukan memiliki arti sebagai “Jalan Dewa” atau “Jalan Ilahi”. Merupakan agama asli dari jepang yang memiliki akar sejarah yang dalam dan kuat. Agama ini berfokus pada penghormatan terhadap roh-roh alam, leluhur, dan dewa-dewa. Shinto memandang alam sebagai tempat tinggal dewa-dewa, dan ini tercermin dalam penghormatan terhadap gunung, sungai, pohon, dan berbagai elemen alam lainnya
ADVERTISEMENT
Salah satu aspek penting dalam agama Shinto adalah kepercayaan pada roh leluhur dan dewa-dewa yang mendiami tempat-tempat suci. Shinto percaya bahwa roh-roh ini dapat memberikan berkah dan perlindungan, oleh karena itu penghormatan terhadap mereka menjadi salah satu bagian integral dari kehidupan di Jepang. Kuil Shinto adalah tempat utama untuk melakukan ritual dan persembahan kepada roh-roh, leluhur, dan dewa-dewa tersebut.
"Festival Hatsumode" https://pixabay.com/photos/festival-new-year-645642/
Hatsumode (初詣) yang dituliskan dalam bahasa jepang menggunakan kanji 初 atau dapat dibaca “hatsu/hajimeru” yang memiliki arti pertama kali atau awalan, dan kanji 詣 yang dibaca “kei-suru/mai-ru” yang memiliki arti mengunjungi kuil, sehingga disatukan memiliki arti yakni “kunjungan pertama ke kuil”. Hatsumode adalah perayaan yang merayakan awal tahun baru di Jepang. Acara ini merupakan salah satu peristiwa yang paling dinanti dan yang paling penting dalam kalender Jepang, ribuan orang akan memadati kuil-kuil Shinto di seluruh negeri untuk merayakannya. Hatsumode adalah momen untuk memulai tahun baru dengan doa, harapan, dan penghormatan kepada dewa-dewa, roh alam, dan para leluhur.
"Kunjungan kuil dengan kimono" https://pixabay.com/photos/japan-tokyo-smiling-japanese-218631/
Pada tahun baru kebanyakan keluarga di Jepang akan menjalankan tradisi 大掃除 atau dibaca “oosouji” dimana seluruh anggota keluarga berkumpul untuk membersihkan rumah bersama-sama. Hal lain yang dilakukan oleh warga Jepang dalam rangka menyambut tahun baru adalah memasang しめ飾りatau dibaca “shimekazari”, yakni hiasan dari tali jerami yang ditempel pada pintu masuk rumah yang berfungsi sebagai penangkal roh jahat dari memasuki rumah. Hiasan tersebut biasanya akan dicopot paling lambat pada tanggal 15 Januari. Selain Oosouji dan Shimekazari orang orang juga biasanya saling mengirim “Nengajyou” yakni kartu pos kepada saudara, keluarga, maupun teman yang berisikan harapan serta berbagai doa. Saat acara Hatsumode sedang berlangsung orang-orang akan mengenakan pakaian yang khusus untuk kesempatan ini, seringkali adalah kimono atau pakaian tradisional lainnya. Orang-orang akan mendatangi kuil-kuil Shinto untuk menghadapkan diri kepada dewa pelindung dan berdoa untuk kesehatan, keberuntungan, dan kebahagiaan di tahun yang masih baru.
"Ema" https://pixabay.com/photos/japan-shrine-kyoto-ema-travel-956072/
Orang-orang yang merayakan Hatsumode tidak hanya berdiam diri di dalam kuil. Masih ada beberapa kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh pengunjung kuil agar doa bisa maksimal dan terkabulkan. Yang pertama, orang-orang akan membawa jimat dan kertas ramalan di tahun sebelumnya, lalu mereka akan membakar jimat dan kertas ramalan untuk diganti jimat yang baru untuk tahun yang baru juga. Yang kedua adalah menulis doa di Ema, “Ema” adalah sebutan untuk kayu yang memiliki motif dan dapat ditulis dengan doa, dipercaya bahwa menulis doa di Ema dan menggantungnya maka harapan tersebut dapat dikabulkan. Yang kertiga adalah mengambil “Omikuji”, yakni sebuah kertas ramalan yang dimasukkan kedalam kotak kecil, setiap orang dapat mengambilnya secara acak, kemudia membaca apa yang tertulis. Dan yang terakhir adalah membeli jimat baru atau “Omamori”, Omamori merupakan jimat yang didedikasikan kepada dewa shinto serta roh leluhur, dan membawa Omamori dipercaya akan memberikan berbagai bentuk keberuntungan dan perlindungan sepanjang tahun.
"Chozu-ya" https://pixabay.com/photos/autumnal-leaves-shrine-sacred-water-7567191/
Ketika orang-orang datang ke kuil Shinto dan bertemu gerbang Torii (Gerbang kuil), mereka diwajibkan menghadap ke gerbang tersebut dan menundukkan kepala sebagai penghormatan kepada dewa dewi sebelum menapakkan kaki melewati gerbang tersebut. Setelah memasuki kuil orang-orang diwajibkan untuk pergi ke tempat penyimpanan air suci atau biasa disebut 手水社 yang bisa dibaca sebagai “Chozu-ya atau temizu-ya” yang dialirkan melalui bambu. Di situ kita akan menggunakan gayung yang terbuat dari bambu yang disebut sebagai 手水鉢 atau dibaca “chouzu bachi” yang digunakan untuk membersihkan dan menyucikan diri kita dengan mencuci tangan dan berkumur di air suci yang mengalir dari air mata suci lalu mengembalikan gayung bambu tersebut seperti posisi semula. Ini adalah langkah yang penting dalam membersihkan diri secara fisik dan spiritual sebelum melaksanakan doa di kuil.
"Masakan Osechi" https://pixabay.com/photos/japanese-new-years-food-7006580/
Selain ritual di kuil, Hatsumode juga memengaruhi banyak tradisi lainnya. Selama acara ini berlangsung, orang-orang senantiasa merayakannya bersama keluarga dan teman-teman mereka. Makanan khas juga menjadi bagian integral dari perayaan ini. Masakan yang disebut “Osechi-ryori”, yakni hidangan khusus yang disiapkan untuk merayakan Tahun Baru. Osechi-ryori terdiri dari berbagai macam hidangan yang memiliki simbolisme khusus, seperti kembang kol yang melambangkan kebahagiaan dan ikan teri yang melambangkan keselamatan.
ADVERTISEMENT
"Kuil Shinto Kyoto" https://pixabay.com/photos/kyoto-shrine-japan-kyoto-prefecture-363636/
Hatsumode merupakan momen untuk melepaskan tahun yang lalu dan memulai yang baru dengan semangat yang baru juga. Ini merupakan waktu untuk merenungkan berbagai macam suka duka, pencapaian, dan pengalaman tak terlupakan dari tahun yang sebelumnya, dan untuk merencanakan tujuan dan harapan di masa yang akan datang. Dalam budaya Jepang, perayaan ini membantu mempertahankan hubungan yang kuat antara manusia dan alam, dewa-dewa shinto, serta penghormatan pada roh leluhur.
Shinto dan Hatsumode merupakan bagian yang bersifat integral dari budaya dan tradisi di Jepang. Shinto adalam agama asli jepang yang menghormati alam dan berbagai roh yang mendiaminya. Sementara itu Hatsumode adalah perayaan yang merayakan awal tahun baru dengan berbagai macam tradisi khusus, budaya, ritual, dan doa. Ini merupakan waktu yang tepat untuk membersihkan diri, menghormati roh roh leluhur, dan merayakan semangat yang baru untuk menyambut tahun yang baru. Dengan akar sejarah yang dalam dan makna yang mendalam, Shinto dan Hatsumode akan terus menjadi bagian penting dalam kehidupan dan budaya Jepang.
ADVERTISEMENT
Raditya Cahya Putra, Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
Daftar Pustaka
1. Kezia Aprilia Pardede (2023, Universitas Sumatra Utara) Perayaan Tahun Baru di Jepang
2. Tanaka, H. (2018). Shinto: The Way of the Gods. Japan Publishing Trading
3. Wikipedia. Hatsumode. Wikipedia Bahasa Indonesia.