Konten dari Pengguna

Badai di Eropa, Peluang Emas bagi Industri Otomotif Indonesia?

Raditya Satria Wibawa
Seorang Mahasiswa Universitas Airlangga, fakultas ilmu sosial dan politik, jurusan hubungan internasional
11 Oktober 2024 12:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raditya Satria Wibawa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

sumber: REUTERS/Arnd Wiegmann
zoom-in-whitePerbesar
sumber: REUTERS/Arnd Wiegmann
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penurunan penjualan pada sektor industri otomotif yang terjadi di Eropa menjadi permasalahan yang cukup serius, terutama pada tahun 2024. Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan penjualan otomotif di Eropa mengalami penurunan, antara lain kondisi perekonomian yang melemah, perubahan terhadap kebijakan subsidi, dan perubahan permintaan dari konsumen. Salah satu penyebab utama terjadinya penurunan penjualan adalah kenaikan suku bunga terhadap daya beli konsumen. Dilansir dari data Asosiasi Produsen Mobil Eropa, penjualan mobil di Eropa turun 2,8% pada Maret 2024, dengan total penjualan menyentuh angka 1,38 juta unit. Penurunan ini bertepatan dengan libur paskah, yang biasanya meningkatkan aktivitas pembelian pada bidang otomotif. Namun selain faktor musiman, munculnya tekanan dari pabrikan besar seperti Volkswagen dan Stellantis yang ikut mempersulit dalam memenuhi target penjualan.
ADVERTISEMENT
Naiknya harga kendaraan juga menjadi sebuah masalah. Pakar industri otomotif Ferdinand Dudenhoeffer mengungkapkan bahwa produsen mobil berusaha untuk melakukan kompensasi kerugian dengan menaikkan harga produk mereka. Ferdinand mencatat bahwa model bensin paling populer kini terjual sebesar 10% lebih banyak. Fenomena tersebut membuat konsumen semakin ragu untuk melakukan pembelian mobil baru, apalagi dengan kondisi perekonomian yang sedang tidak stabil. Selain itu, penghapusan subsidi terhadap kendaraan listrik juga memberikan dampak negatif bagi penjualan mobil energi terbarukan. Penjualan mobil listrik di negara-negara Eropa seperti Jerman dan Italia mengalami penurunan yang siginifikan, masing-masisng sebesar 29% dan 34%. Karena, konsumen menunggu kemungkinan adanya subsisi baru. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian konsumen.
ADVERTISEMENT
Dampak dari terpuruknya industri otomotif di Eropa bagi Indonesia cukup signifikan, terutama dalam konteks pasar dan investasi. Turunnya angka penjualan mobil di Eropa yang diperkirakan akan mengalami penurunan hingga 17,5% pada tahun 2024, berdampak pada produsen mobil yang beroperasi di Indonesia. Misalnya, perusahaan seperti Volkswagen dan Peugeot sedang kesulitan dalam memasarkan produknya di negaranya yang pangsa pasarnya sangat rendah. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil Eropa di Indonesia mengalami penurunan, dengan Volkswagen turun sebesar 68,7% dan Peugeot turun 80,1% pada Januari hingga Juli 2024. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak konsumen di Indonesia yang beralih untuk membeli mobil Jepang yang dinilai lebih irit dan terjangkau.
Dalam situasi seperi ini, Volkswagen memiliki sebuah rencana untuk membangun industri baterai kendaraan listrik di Indonesia melalui anak perusahaannya yang bernama PowerCo. Menurut Bhima Yudhistira dari Pusat Penelitian Ekonomi dan Hukum mengungkapkan, jika pabrik VW di Jerman tutup, Indonesia beresiko untuk semakin bergantung pada Cina dalam pasokan nikel olahan yang digunakan pada baterai kendaraan listrik. Ia menekankan pentingnya diversifikasi pasar nikel agar tidak hanya terkonsentrasi di satu negara saja, apalagi dengan mempertimbangkan adanya potensi pasar Eropa yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Meski penuh tantangan, masih terdapat peluang bagi industri otomotif indonesia. Penjualan mobil listrik di Indonesia memang menunjukkan tren positif, meningkat 177,32% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pasar mobil konvensional menurun, namun permintaan terhadap kendaraan ramah lingkungan semakin meningkat. Beberapa produsen mobil seperti Citroën bahkan mempertimbangkan untuk berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia, yang menunjukkan potensi pertumbuhan bahkan dalam konteks pasar global yang sulit. Oleh karena itu, meskipun kemerosotan industri otomotif Eropa memberikan tantangan bagi pasar otomotif Indonesia, namun hal ini juga membuka peluang baru bagi inovasi dan investasi di sektor kendaraan listrik, dimana sektor ini semakin digemari oleh konsumen lokal.
Situasi industri otomotif di Eropa dan dampaknya terhadap Indonesia menunjukkan transformasi besar yang terjadi di sektor ini dalam skala global. Penurunan penjualan di Eropa menunjukkan peralihan ke kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan yang tidak bisa dihindari, meskipun ada tantangan jangka pendek. Dalam konteks ini, peran kebijakan pemerintah menjadi sangat penting, terutama dalam hal subsidi dan regulasi yang mendukung transisi menuju mobilitas berkelanjutan. Menariknya, penurunan pasar Eropa bisa membuka peluang bagi pasar berkembang seperti Indonesia. Produsen mobil global mungkin semakin memusatkan perhatiannya pada pasar yang masih memiliki potensi pertumbuhan signifikan. Namun kasus Volkswagen juga mengingatkan kita akan pentingnya mendiversifikasi perekonomian dan mitra dagang kita. Indonesia harus berhati-hati untuk tidak terlalu bergantung pada satu negara atau perusahaan mana pun dalam mengembangkan industri strategis, seperti produksi baterai untuk kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
Meski penuh tantangan, tren positif penjualan mobil listrik di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat peluang yang sangat besar untuk dimanfaatkan. Pemerintah dan perusahaan industri harus memanfaatkan momentum ini untuk menarik investasi dan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang kuat. Hal ini juga menyoroti pentingnya inovasi dan adaptasi bagi produsen mobil, yang harus terus menyesuaikan strategi mereka agar sesuai dengan perubahan preferensi konsumen. Turunnya penjualan mobil Eropa di Indonesia dapat menjadi peluang bagi produsen lokal dan regional untuk memperkuat posisi pasar mereka. Namun hal ini juga menuntut pemerintah Indonesia untuk merancang kebijakan yang mendukung perkembangan industri otomotif lokal, khususnya sektor kendaraan listrik, dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.
Meskipun terdapat tantangan, rencana investasi perusahaan seperti Volkswagen dan Citroën menunjukkan pentingnya kerja sama internasional dalam mengembangkan industri otomotif yang kuat dan berkelanjutan. Indonesia harus bersiap menghadapi perubahan tren global di sektor ini, termasuk kemungkinan penurunan permintaan kendaraan konvensional dan peningkatan fokus pada teknologi ramah lingkungan. Dengan strategi yang tepat, Indonesia mempunyai peluang untuk memanfaatkan situasi ini, fokus pada inovasi dan memperkuat posisinya dalam lanskap otomotif global yang terus berubah.
ADVERTISEMENT