Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Saatnya Film Anak Kembali Bersinar di Indonesia
10 April 2025 19:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Raditya WH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada yang merasa Lebaran kemarin tidak biasa? Antrian begitu panjang di bioskop, media sosial dipenuhi berbagai komentar positif, dan obrolan grup keluarga yang seketika ramai.
ADVERTISEMENT
Iya, ternyata baru saja film animasi anak “Jumbo” rilis.
Sepertinya antusiasme ini sudah lama tidak dirasakan. Mungkin terakhir kali di tahun 1990-2000an, saat anak-anak tidak sabar menunggu tayangnya film kartun dan animasi di setiap akhir pekan.
Nah, kenapa ya rilisnya film Jumbo menjadi angin segar bagi industri perfilman Indonesia? Yuk kita simak bersama.
Tren di Indonesia: Film Dewasa Mendominasi
Selama 20 tahun terakhir, industri perfilman Indonesia didominasi oleh film-film dewasa.
Ada beberapa film anak tetapi dapat dihitung dengan jari. Seperti Petualangan Sherina, Keluarga Cemara, dan Nussa.
Berdasarkan penelusuran GoodStats, lebih dari 40% produksi film Indonesia di tahun 2023 didominasi genre horror. Penelitian Kompas juga menyebutkan bahwa genre drama, horror, dan komedi romantis merajai industri sejak 2007 hingga 2024.
ADVERTISEMENT
Tetapi di balik tingginya minat genre tersebut, film anak sebenarnya memiliki pasar yang besar. Menurut statistik BPS, populasi anak berusia 5-14 tahun mencapai hampir 45 juta jiwa di tahun 2023.
Maka apabila lebih banyak lagi film-film anak yang edukatif dan menyenangkan, industri film dapat meraup pasar yang besar di Indonesia.
Kenapa Film Anak Penting?
Banyak penelitian menyebutkan bahwa film anak yang menghibur dan edukatif bisa menjadi guru yang seru bagi tumbuh kembang anak.
Melansir Greater Good Magazine, film dapat membantu perkembangan psikologis anak-anak. Mengapa? Karena mereka cenderung meniru apa yang dilihat.
Hal ini diperoleh melalui studi terhadap anak-anak usia 4-15 tahun setelah menonton animasi Disney berjudul “Inside Out”, sebuah film yang memperkenalkan 5 jenis emosi manusia melalui karakter yang lucu.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, film animasi dengan cerita yang menarik dapat menjadi sumber pembelajaran moral dan nilai-nilai kehidupan bagi anak-anak. Terlebih apabila film mengkisahkan karakter yang jujur, pantang menyerah, dan peduli sosial.
Lalu bagaimana dampak jangka panjangnya?
Ternyata nilai-nilai film dapat tertanam hingga dewasa. Anak-anak yang tumbuh dengan film-film berkualitas dapat memiliki resiliensi yang lebih tinggi saat dewasa.
Jumbo: Angin Segar Perfilman Indonesia
Rilisnya animasi Jumbo menjadi harapan di tengah kelangkaan film-film anak. Seminggu tayang, jumlah penonton sudah melampaui 1 juta orang!
Saya yang hanya penikmat film merasa bangga atas capaian ini. Terlebih film Jumbo merupakan karya anak bangsa.
Namun kenapa animo pecinta film begitu besar?
Sepertinya banyak penonton yang sudah lama merindukan tontonan anak yang seru tapi juga membawa pesan moral dan sosial. Terutama apabila pesan-pesan tersebut bisa mempererat hubungan antara orang tua dan anak.
ADVERTISEMENT
Kisah karakter utama Don yang sudah tidak memiliki orang tua dan harus menghadapi perundungan. Namun, dia justru bisa melewati kehilangan tersebut dengan keikhlasan. Hal ini menyisakan kesan yang mendalam.
Harapan ke Depan
Begitu besarnya animo masyarakat perlu menjadi momentum untuk menghadirkan lebih banyak film anak yang edukatif.
Ada kutipan sang sutradara yang menarik ketika menyebut Jumbo adalah film “untuk kita, untuk anak kita, dan untuk anak di dalam diri kita”.
Karena ternyata memang betul. Film anak yang berkualitas tidak hanya penting untuk mengedukasi anak, tetapi juga bisa membekas di hati penonton dewasa.
Semoga ke depan, kita bisa lebih banyak menyaksikan film-film berkualitas untuk tumbuh kembang anak Indonesia yang lebih baik ya!
ADVERTISEMENT