Wujudkan Ekonomi Hijau, Pemerintah Indonesia Dorong Investasi EBT

Raditya Syafa
Mahasiswa Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2021
Konten dari Pengguna
27 November 2023 10:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raditya Syafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi dampak cuaca dan tsunami | sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi dampak cuaca dan tsunami | sumber : freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di tengah tantangan global terkait perubahan iklim, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengambil langkah progresif dalam membangun ekonomi hijau melalui peningkatan investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah merumuskan strategi holistik untuk memperkuat bauran EBT di Indonesia, yang mencakup peningkatan kapasitas pembangkit listrik dari sumber-sumber terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung.
ADVERTISEMENT
Pada paruh pertama 2023, bauran EBT Indonesia baru mencapai 12,5%, masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 17,9%. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang ambisius, yang tidak hanya berfokus pada peningkatan kapasitas tetapi juga memastikan operasional pembangkit EBT yang tepat waktu. Kegiatan ini juga didukung oleh upaya pemerintah dalam mempercepat proses pengadaan dan konstruksi infrastruktur EBT.
ilustrasi tiang listrik terisolasi | sumber : freepik.com
Selain pembangkit listrik skala besar, pemerintah juga menggarap program PLTS Atap dengan target kapasitas 3,37 Gigawatt pada tahun 2025. Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat dalam berpartisipasi aktif dalam penggunaan energi hijau. Melalui inisiatif ini, rumah tangga dan bisnis di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan listriknya sendiri, sekaligus mengurangi ketergantungan pada listrik dari sumber fosil.
ilustrasi tangan memagang pompa gas | sumber : freepik.com
Pada sisi lain, Indonesia juga memperkenalkan inovasi dalam sektor transportasi melalui penggunaan bahan bakar campuran B35 dan B40. Kedua jenis bahan bakar ini merupakan campuran biodiesel yang terbuat dari fatty acid methyl ester (FAME) minyak kelapa sawit, dengan kandungan minyak sawit berturut-turut sebesar 35% dan 40%. Langkah ini tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga meningkatkan kemandirian energi nasional.
ADVERTISEMENT
Investasi dalam EBT tidak hanya sebatas pada aspek lingkungan saja. Pemerintah Indonesia melihat ini sebagai kesempatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia berpotensi besar untuk
menjadi pemimpin dalam sektor energi terbarukan di Asia Tenggara. Oleh karena itu, pemerintah secara aktif mencari kerja sama dengan investor domestik dan internasional untuk mengembangkan lebih banyak proyek EBT di negara ini.
ilustrasi kesepakatan | sumber : freepik.com
Komitmen ini juga mencerminkan upaya Indonesia dalam memenuhi kesepakatan internasional terkait perubahan iklim. Dengan beralih ke energi terbarukan, Indonesia tidak hanya berkontribusi terhadap penurunan emisi global tetapi juga memperkuat ketahanan ekonominya terhadap volatilitas harga bahan bakar fosil.
Dalam konteks sosial, investasi EBT juga membuka peluang kerja baru dan mengembangkan keahlian dalam teknologi terbarukan. Ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa transisi energi berlangsung inklusif dan memberikan manfaat ekonomi yang luas bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Melalui serangkaian langkah strategis ini, Pemerintah Indonesia berupaya menunjukkan komitmennya dalam membangun ekonomi hijau yang berkelanjutan. Inisiatif ini tidak hanya menguntungkan Indonesia dalam jangka pendek tetapi juga meletakkan dasar bagi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.