Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sejarah Singkat Yodel, Dari Teriakan Gembala hingga Seni Vokal Warisan Global
11 Maret 2025 9:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Radiyah Mutmainnah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kamu pernah mendengar suara nyanyian yang melompat-lompat dari nada rendah ke tinggi dengan cepat, seperti teriakan yang berpadu dengan melodi? yup, itulah Yodel!

Apa itu NyanyianYodel (Yodeling)?
Pernah dengar lagu "saya ini si gembala sapi..."? lagu ceria yang sempat populer tahun 2000-an ini punya vokal unik yang terdengar seperti suara melompat-lompat di antara nada. Teknik bernyanyi ini disebut "Yodel" dan ternyata sudah digunakan sejak ratusan tahun lalu di berbagai belahan dunia. Dari pegunungan Alpen hingga musik country Amerika, Yodel berkembang menjadi seni vokal yang khas dan penuh energi. Tapi, ada yang menarik mengenai asal usul dari teknik bernyanyi ini.... apakah kamu penasaran?
ADVERTISEMENT
Yodel memiliki sejarah yang kaya dengan melibatkan banyak budaya di seluruh dunia. Teknik ini awalnya berkembang di daerah pegunungan Eropa, khususnya di Swiss, Austria, dan Jerman, sebagai sarana komunikasi jarak jauh, sering digunakan oleh penggembala untuk memanggil kawanan ternak atau untuk berkomunikasi antara desa-desa yang terpisah oleh medan pegunungan yang sulit dijangkau. Selain itu, yodeling juga digunakan sebagai metode untuk menyeberang dari satu lembah ke lembah lainnya, menggantikan komunikasi biasa karena kesulitan medan yang ada.
Seiring waktu, yodeling mulai menjadi bagian dari tradisi musik rakyat Alpen. Di Swiss, yodeling bukan hanya sekadar cara untuk berkomunikasi, tetapi juga berkembang menjadi bentuk seni vokal yang khas. Dalam musik rakyat Swiss, yodeling sering disertai dengan suku kata tanpa makna (nonsense syllables) yang disebut Jodlers, yang muncul di bagian awal, tengah, atau akhir lagu. Yodeling juga digunakan dalam berbagai perayaan dan festival, menggambarkan hubungan erat antara musik, budaya, dan kehidupan sehari-hari masyarakat pegunungan.
Yodeling mulai dikenal di dunia
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat, yodeling diperkenalkan oleh imigran Swiss dan Jerman pada abad ke-17 hingga ke-19, dan segera menjadi bagian dari musik country dan folk. Salah satu tokoh yang mempopulerkan yodeling di dunia internasional adalah Jimmie Rodgers, seorang musisi country yang dikenal dengan "blue yodel"-nya. Pada tahun 1928, Rodgers memperkenalkan teknik yodeling yang menggabungkan elemen musik blues Afrika dengan gaya yodeling tradisional Eropa, yang membawa yodeling ke panggung musik populer di seluruh dunia. Selain itu, yodeling juga muncul dalam musik country, rock, dan pop, dipopulerkan oleh artis-artis seperti Hank Williams, Dolly Parton, dan Jewel.
Namun, meskipun yodeling telah bertransformasi menjadi bagian dari musik global, akar tradisionalnya tetap kuat. Di Swiss dan Austria, yodeling terus dipraktikkan dan dilestarikan, bahkan dianggap sebagai simbol identitas budaya mereka. Setiap tahun, Swiss menyelenggarakan berbagai festival yodeling yang merayakan teknik vokal ini, termasuk kompetisi dan pertunjukan di desa-desa pegunungan. Yodeling juga masih digunakan oleh masyarakat pegunungan lainnya, seperti di Tiongkok dan Amerika Selatan, yang menunjukkan betapa luasnya penyebaran tradisi ini.
Yodeling memang punya perjalanan yang menarik, mulai dari teriakan para gembala di pegunungan Alpen, hingga akhirnya menjadi seni vokal yang dikenal di seluruh dunia. Dari sekadar cara berkomunikasi antar desa, kini yodeling sudah menjadi bagian dari banyak genre musik dan terus menginspirasi berbagai generasi. Ini bukti bahwa budaya bisa bertahan, berkembang, dan tetap relevan meski zaman terus berubah.
ADVERTISEMENT
Jadi, saat kamu mendengarkan yodeling, coba pikirkan betapa kaya dan uniknya sejarah yang ada di balik suara itu. Yodeling bukan hanya milik satu negara atau budaya, tapi milik dunia. Tertarik untuk mempelajari teknik yodeling? Siapa tahu, kamu juga tertarik untuk mencoba dan merasakan sendiri keseruannya~
Referensi:
Seattle Times (2008). A brief history of yodeling. Tersedia di: https://www.seattletimes.com/life/lifestyle/a-brief-history-of-yodeling/
Szyper, A (2021). Swiss Yodeling, Yes, But Why? A Brief History. Tersedia di: https://www.untours.com/blog/swiss-yodeling-yes-but-why-history
Neubauer, S (2022). What You didn't Know about the History of Yodeling. Tersedia di: https://manandculture.com/2022/01/what-you-didnt-know-about-the-history-of-yodeling/
BIGMOUTH Chorus (2019). A brief history of Yodelling. Tersedia di: http://bigmouthchorus.com/research-article-based-news/a-brief-history-of-yodelling/
Switzerland Tourism (2025). Yodeling – it’s All in the Voice. Tersedia di: https://www.myswitzerland.com/en/planning/about-switzerland/custom-and-tradition/yodeling-its-all-in-the-voice/
ADVERTISEMENT
Tracy, L (2021). JOURNAL EXCERPT: A History of Yodeling in Roots Music. Tersedia di: https://nodepression.com/journal-excerpt-a-history-of-yodeling-in-roots-music/