Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Seni Drama: Dramatic Reading dan Persiapan Pementasannya
4 November 2021 12:45 WIB
Tulisan dari Rafa Nadia Farahani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan


ADVERTISEMENT
Sudah pernahkah kamu mendengar istilah dramatic reading? Jika kamu belum pernah mendengarnya, dan belum mengetahui sedikit pun tentang dramatic reading, yuk, kita kupas bersama tentang dramatic reading serta apa saja yang dilakukan sebelum melakukan pementasan dramatic reading!
ADVERTISEMENT
Pengertian Dramatic Reading
Perlu diketahui, dramatic reading termasuk bagian dari seni drama, sama halnya seperti teater. Tetapi, dramatic reading dan teater memiliki perbedaan. Dramatic reading merupakan pementasan drama sebagaimana pementasan teater, yang mana terdapat unsur-unsur pementasan, seperti : artistik, setting panggung, kostum, tata rias, dan musik. Perbedaannya, pementasan dramatic reading dilakukan hanya dengan membaca dialog naskah tanpa melakukan akting seperti dalam pementasan teater. Meskipun begitu, pemain harus mampu menggambarkan atau menghidupkan suasana adegan melalui tekanan ucapan (tekanan dinamik, tekanan tempo, dan tekanan nada) dari lakon yang diperankannya (Agus, 2019: 1088). Tidak hanya itu, di dalam pementasan dramatic reading tidak diperlukan gerakan yang terlalu banyak. Hanya diperbolehkan melakukan beberapa gerakan, seperti : berpindah posisi dari duduk menjadi berdiri atau sebaliknya, berpindah langkah ke kanan atau kiri, masuk ke kawasan pertunjukkan atau keluar dari kawasan pertunjukkan, serta menggerakkan tangan sebagai penghias/pemanis/penekanan dalam berdialog. Kemudian, ketika berdialog disarankan untuk tidak menatap lawan bicara dan fokus pada naskah yang akan dibaca.
ADVERTISEMENT
Persiapan dalam Pementasan Dramatic Reading
Melakukan sebuah kegiatan seperti dramatic reading, sudah pastinya memiliki persiapan hingga dapat melakukan sampai tahap puncak (pementasan). Sekarang, mari kita bahas apa saja persiapan yang harus dilakukan para pemain sebelum melakukan pementasan dramatic reading. Berikut ini adalah persiapan yang dilakukan sebelum pementasan dramatic reading, antara lain :
1. Berdoa
Ketika ingin melakukan suatu kegiatan, sudah seharusnya kita memulainya dengan berdoa, begitu juga yang kita lakukan sebelum melakukan pelatihan dramatic reading. Berdoa dapat menjadi hal pokok yang tertanam dalam diri kita sebelum melakukan suatu kegiatan.
2. Olah Fisik
Setelah berdoa usai, para pemain melakukan kegiatan olah fisik yang dipimpin oleh satu orang sebagai pemandu. Kegiatan olah fisik dapat dilakukan dengan melakukan beberapa gerakan pemanasan yang dimulai dari kepala, dilanjutkan ke tangan, disusul ke bagian kaki, pengaturan napas, dan yang terakhir ialah berlari. Ketika berlari, dianjurkan agar dapat mengatur napas secara benar dan teratur, yaitu: menghisap dari hidung, lalu membuangnya melalui mulut. Tujuan adanya olah fisik ini, ialah untuk menjaga stamina dan mengatur pernapasan ketika berdialog dalam pementasan dramatic reading.
ADVERTISEMENT
3. Berjalan Mengisi Ruang
Yang dimaksud, berjalan mengisi ruang di sini ialah mengelilingi area yang sudah dibentuk menjadi persegi panjang. Area ini dapat dikatakan sebagai ruang. Setelah usai mengelilingi lapangan, dilanjutkan dengan berjalan kecil mengisi ruang dan disarankan agar tidak melewati batas yang sudah ditetapkan sebelumnya. Teknik berjalan di tahap ini ialah bebas atau tidak beraturan. Boleh bergerak ke mana saja sesuka hati, tidak diharuskan mengelilingi area secara utuh. Dan posisi di tahap ini ialah badan tegak, pandangan ke depan, dan tidak bersentuhan satu sama lain dengan pemain lainnya.
Tahap mengisi ruang ini bertujuan untuk memberi bayangan kepada kita ketika di panggung dalam pementasan. Kita harus mengetahui area pementasan, agar tetap terlihat oleh penonton. Tahap ini, dapat dilakukan kapan saja dan tidak mengharuskan dilakukan setelah mengelilingi lapangan, akan tetapi dapat dilakukan dalam satu pertemuan utuh. Misalnya, di dalam suatu pertemuan tersebut dapat memaksimalkan tahapan berjalan mengisi ruang yang mana tingkatannya lebih tinggi dari yang sebelumnya. Maksud dari tingkatan yang lebih tinggi di sini, ialah bukan hanya berjalan bebas, tetapi berjalan sesuai tempo yang diperintah (tempo pelan, normal, atau cepat) sembari memeragakan sebuah keadaan melalui ekspresi. Sebagai contoh : pelatih meminta para pemain untuk berjalan dengan tempo pelan sembari memeragakan kondisi kita ketika sedang marah. Setelah diperintah seperti itu, para pemain harus dapat mengekspresikan kondisi marah tersebut sembari berjalan mengisi ruang dengan tempo yang pelan.
ADVERTISEMENT
4. Duduk Santai
Setelah olah fisik dan mengisi ruang telah usai, pelatih mempersilakan para pemain untuk duduk dengan menyelonjorkan kaki agar tidak mengalami keram pada otot kaki. Biasanya, ini dilakukan sebelum reading naskah dimulai. Dan tahapan ini juga dapat dilakukan kembali setelah melakukan reading naskah. Tujuan adanya tahapan ini agar para pemain merasa rileks dan tidak bosan.
5. Olah Pikir
Tahapan ini cukup dilakukan sekali dalam seminggu. Olah pikir di sini bertujuan agar melatih konsentrasi para pemain, menenangkan pikiran para pemain dan tentunya para pemain akan merasakan rileks dan menghindari stres. Olah pikir dalam dramatic reading tidak hanya menghirup napas lalu membuangnya, tetapi pelatih memanfaatkan olah pikir di sini sebagai tahapan pemvisualisasian para pemain terhadap ucapan pelatih. Pada praktiknya, pelatih akan memerintah para pemain duduk senyaman mungkin. Setelah itu, pelatih menyuruh para pemain untuk memejamkan mata dan tidak boleh membukanya sebelum ada instruksi membuka mata dari pelatih. Contoh olah pikir tersebut, ialah: pelatih menyuruh para pemain mendengarkan tiga bunyi yang ada di sekitar. Tiga bunyi tersebut ialah bunyi yang terdengar di jangkauan para pemain dengan jarak yang dekat, sedang, dan yang paling jauh. Setelah itu, pelatih dapat secara bergantian memfokuskan para pemain pada satu bunyi yang diperintah oleh pelatih. Selain itu, pelatih juga dapat mengembangkan visualisasi para pemain dengan menceritakan sebuah kejadian/situasi yang mana para pemain nantinya akan membayangkan kejadian/situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
6. Olah Vokal
Persiapan selanjutnya adalah olah vokal. Olah vokal bertujuan untuk memaksimalkan pengucapan dalam berdialog. Jadi, dalam berdialog para pemain harus dapat mengucapkan dialog naskah dengan baik. Pengucapan dialog harus jelas terdengar oleh penonton. Oleh karena itu, tahapan ini sangat penting dilakukan. Olah vokal di sini dapat dilakukan dengan cara penguasaan diksi, artikulasi, dan intonasi. Para pemain tidak diperbolehkan untuk membaca naskah secara terburu-buru, karena itu dapat menyebabkan kurangnya kualitas vokal yang dihasilkan dan membuat para penonton tidak dapat mendengar secara jelas. Pengucapan setiap diksi harus diucapkan dengan artikulasi yang sempurna. Selain diksi dan artikulasi, para pemain juga harus memperhatikan intonasi yang terdapat dalam dialog. Karena, dalam sebuah naskah dramatic reading, akan terjadi naik-turunnya keadaan, seperti berubahnya sikap marah menjadi sedih. Nah, para pemain harus pintar mengatur intonasi dari nada tinggi ke nada rendah atau sebaliknya untuk menghasilkan pengucapan yang sempurna.
ADVERTISEMENT
7. Penguasaan Naskah
Selain mengolah vokal, para pemain dalam pementasan dramatic reading harus menguasai keseluruhan naskah, terutama pada dialognya masing-masing. Penguasaan naskah di sini berupa mengingat saat giliran berdialog untuk menghindari kesenjangan waktu ketika membalikkan naskah ke halaman selanjutnya. Jadi, ketika sudah berada di ujung dialog naskah pada halaman pertama, harus mengingat apakah kita berdialog setelah ini atau tidak. Karena, jika kita tidak mengingat bahwa setelah dialog tersebut adalah bagian dari dialog kita, maka terjadilah kesenjangan waktu. Dan itu sangat disayangkan sekali, karena dapat mengurangi kualitas pementasan dramatic reading.