Konten dari Pengguna

Psikologi Pendidikan: Konstruktivisme dalam Teori Perkembangan Jean Piaget

Rafa Herda Oktaviani
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 Oktober 2024 13:07 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafa Herda Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
people-1560569_640 from pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
people-1560569_640 from pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teori Piaget mewakili konstruktivisme, yakni suatu pandangan mengenai perkembangan kognisi yang menekankan peran aktif pelajar dalam membangun pemahaman mereka sendiri tentang realitas. Dalam pandangan ini, anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dengan terus-menerus mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi baru. Menurut Piaget kecerdasan atau kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas, yang dicirikan oleh kemunculan kemampuan-kemampuan baru dan cara mengelola informasi, karena Piaget percaya bahwa semua anak yang dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memahaminya. Menurut Piaget, ketika bayi baru menemukan objek baru, mereka akan menggunakan skema (pola mental yang menuntun perilaku) yang telah mereka kembangkan dan akan mengetahui apakah objek tersebut suara yang keras atau lembut ketika dibanting, seperti apa rasanya, apakah objek tersebut menghasilkan susu, dan apakah objek tersebut berguling atau hanya mengeluarkan suara ketika dijatuhkan saja. Adapun empat tahap menurut Piaget, yakni:
ADVERTISEMENT
1. Tahap sensorimotor (bayi lahir hingga usia 2 tahun)
Tahap ini mrupakan tahap paling awal, karena bayi dan anak kecil mulai mempelajari dan menjelajahi dunia mereka dengan indera dan kemampuan motor (fisik) mereka. Piaget percaya bahwa bayi memiliki perilaku bawaan yang disebut gerakan refleks (reflex). Contohnya ketika ada jari yang mendekat ke mulut, bayi pasti akan refleks menghisap atau ketika ada tangan yang mendekat, maka bayi akan menggenggam salah satu jari-jemari tangan tersebut. Bayi menggunakan refleksi ini untuk menghasilkan pola perilaku yang menarik dan intensional. Menurut Piaget, tahap akhir sensorimotor, yakni anak-anak telah melangkah dari pendekatan uji coba mereka sebelum ke pendekatan yang lebih terencana terhadap pemecahan masalah. Untuk pertama kali mereka dapat melambangkan objek dan peristiwa dalam pikiran.
ADVERTISEMENT
Pertanda sesorimotor lainnya ialah perkembangan pemahaman tentang ketetapan objek. Menurut Piaget, anak-anak harus belajar bahwa objek adalah stabil secara fisik dan tetap ada sekalipun objek tersebut tidak ada dalam kehadiran fisik anak itu.
2. Tahap praoperasional (Usia 2 hingga 7 tahun)
Anak-anak praoperasional mempunyai kecakapan yang lebih luas untuk memikirkan segala sesuatu dan dapat menggunakan simbol untuk melambangkan objek dalam pikiran. Selama tahap praoperasional, bahasa dan konsep anak-anak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa. Namun, banyak pemikiran mereka tetap sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat melalui salah satu penemuan Piaget yang paling awal dan terpenting, bahwa anak-anak kecil tidak memiliki interpretasi mengenai prinsip konservasi. Misalnya, ketika seseorang menuangkan susu dari wadah yang tinggi dan sempit ke dalam wadah yang pendek dan lebar di hadapan seorang anak praoperasional, anak tesebut akan benar-benar yakin bahwa gelas yang tinggi tadi terisi lebih banyak susu, karena anak tersebut berpusat pada satu aspek (ketinggian susu) dan mengabaikan semua hal lain serta tidak dapat mengetahui jumlah susu itu tidak berbeda.
ADVERTISEMENT
Segenap aspek pemikiran praoperasional membantu untuk menjelaskan kesalahan pada tugas konservasi. Salah satu karakteristiknya adalah keterpusatan (centration), yakni memberikan perhatian hanya pada satu aspek situasi. Contohnya, anak-anak mungkin berpendapat bahwa susu sudah berkurang setelah dituangkan karena mereka terpusat pada ketinggian susu tersebut dengan mengabaikan kelebarannya. Pemikiran anak prasekolah juga dapat dicirikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dibalik. Reversibilitas adalah aspek pemikiran yang sangat penting, menurut piaget, hal ini hanya berarti kemampuan mengubah arah pemikiran seseorang, sehingga orang dapat kembali ke titik semula. Sebagai orang dewasa, misalnya, mngetahui bahwa 7 + 5 = 12, maka 12 - 5 = 7. Apabila menambahkan 5 benda ke 7 benda dan kemudian mengambil 5 benda tadi (membalik apa yang telah kita lakukan), maka akan tersisa 7 benda. Andaikan anak-anak opraperasional dapat berpikir seperti ini, maka mereka dapat berpikir dan memeroses menuang susu tadi dan menyadari kalau susu tersebut dituang kembali ke gelas yang tinggi jumlahnya tetaplah sama.
ADVERTISEMENT
3. Tahap operasional konkret (Usia 7 hingga 11 tahun)
Pada tahap perkembangan ini, anak-anak mulai menunjukkan kemampuan bernalar logis dan memahami konsep konservasi, tetapi mereka hanya dapat menerapkan kemampuan ini dalam situasi yang sudah dikenal. Meskipun perbedaan antara kemampuan mental anak-anak prasekolah dan siswa sekolah dasar yang berada pada tahap operasional konkret cukup mencolok, anak-anak pada tahap ini belum berpikir seperti orang dewasa. Mereka sangat terikat pada kenyataan sehari-hari dan mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak. Pada tahap operasional konkret, individu menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang praktis dan konkret, terfokus pada realitas yang dapat dipahami di sekitarnya. Istilah "operasional konkret" mencerminkan cara berpikir yang berbasis pada objek dan situasi yang sudah dikenal, di mana anak-anak pada tahap ini dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah dalam konteks yang mereka kenal.
ADVERTISEMENT
Selama periode sekolah dasar, kemampuan kognitif anak-anak mengalami perubahan yang signifikan. Mereka tidak lagi menghadapi kesulitan dengan masalah konservasi karena telah memahami konsep reversibilitas. Sebagai contoh, mereka kini bisa mengerti bahwa jumlah susu dalam wadah yang pendek dan lebar sama dengan jumlah susu dalam wadah yang tinggi dan sempit, karena mereka dapat membayangkan bahwa susu tersebut, jika dituangkan kembali ke wadah tinggi, akan kembali ke tingkat yang sama seperti semula. Anak-anak pada tahap ini mampu membayangkan proses tersebut dan memahami konsekuensinya, kemampuan yang tidak dimiliki oleh anak-anak prasekolah.
4. Tahap operasional formal (Usia 11 hingga dewasa)
Pada tahap ini, seseorang sudah dapat menghadapi keadaan hipotesis dengan abstrak, dapat bernalar secara logis, dan membayangkan situasi yang belum terjadi dan merencanakan masa depan. Kemampuan-kemampuan ini akan terus berkembang hingga masa dewasa. Eksperimen pendulum adalah contoh sederhana untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak pada remaja. Anak-anak dan remaja diberikan suatu pendulum yang terdiri atas tali bersama beban di ujungnya. Mereka dapat mengubah panjang tali tersebut, jumlah bebannya, ketinggian yang merupakan tempat melepas pendulum tersebut, dan kekuatan yang digunakan untuk mendorong pendulum tersebut. Dalam eksperimen ini, remaja diberikan tugas untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi kecepatan ayunan pendulum. Dengan memanipulasi berbagai variabel seperti panjang tali, berat beban, dan ketinggian pelepasan, remaja diharapkan dapat berpikir secara sistematis, menyusun hipotesis, dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.
ADVERTISEMENT
Remaja yang telah mencapai tahap operasional formal memungkinkan mereka untuk melakukannya dengan sedikit efisien, dengan setiap kali mengubah satu faktor (misalnya, membiarkan talinya dengan panjang yang sama dan mencoba beban yang berbeda). Misalnya, dalam eksperimen Inhelder dan Piaget, seorang anak yang berusia 15 tahun memilih 100 gram dengan tali yang panjang dan tali yang sedang panjangnya, kemudian 20 gram dengan tali yang panjang dan pendek, dan akhirnya 200 gram dengan tali yang panjang dan pendek dan menyimpulkan, "Panjang tali itulah yang membuatnya berayun lebih cepat dan lebih lambat; bebannya tidak memainkan peran apa pun". Sebaliknya, anak yang berusia 10 tahun (yang dapat dianggap berada dalam tahap operasional konkret) melakukanınya dengan kacau, dengan mengubah banyak faktor pada saat yang sama dan berpegang erat pada konsep sebelumnya. Seorang anak laki-laki mengubah sekaligus beban dan impetus (dorongan); kemudian beban, dorongan, dan panjangnya; kemudian dorongan, beban dan ketinggiannya; dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008.