Konten dari Pengguna

Psikologi Pendidikan: Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik

Rafa Herda Oktaviani
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Oktober 2024 11:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafa Herda Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
classroom-7874429_1280 Sumber: https://pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
classroom-7874429_1280 Sumber: https://pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Psikologi pendidikan perlu dipelajari oleh seorang pendidik. Hal tersebut dikarenakan agar pendidik dapat mengetahui kesiapan peserta didik dari segi fisik maupun mental. Jika pendidik tidak mengetahui kesiapan peserta didiknya untuk mengikuti kegiatan pemebelajaran secara fisik dan mental, maka hal tersebut perlu untuk diperhatikan. Hal tersebut tentunya memerlukan pengetahuan dari teori yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Teori yang dapat diterapkan dalam praktiknya di kegiatan pembelajaran adalah teori belajar behavioristik dan teori belajar humanisme.
ADVERTISEMENT
Teori Behavioristik
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikologi behavioristik, para ahli yang mengemukakan sering disebut dengan contemporary behavior atau S-R psychologist. Para ahli ini berpendapat bahwa perilaku atau tingkah laku menusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcment) dari lingkungan. Para ahli yang mengembangkan teori ini adalah J.B. Watson, E.R. Guthrie, Thorndike dan Pavlov. Prinsip teori behavioristik ada tiga, yakni perubahan dan tingkah laku, stimulus dan respon, serta reinforcement.
Dengan berkembangnya secara beruntun dari periode ke periode, maka bermunculan teori belajar, yang secara garis besar dikelompokan pada dua teori belajar, yaitu teori belajar conditing dan teori belajar connectionism.
a. Teori Belajar Connectionism (Thorndike)
Teori belajar Thorndike disebut connection atau bisa disebut trial-and-error learning karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons.
ADVERTISEMENT
Teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini memiliki ciri-ciri:
1) Ada motif pendorong aktivitas;
2) Ada berbagai respon terhadap situasi;
3) Ada eleminasi respons-respons yang gagal atau salah;
4) Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitian yang dilakukan Thorndike, dapat ditemukan beberapa hukum-hukum, yaitu:
a. law of readiness: apabila reaksi yang diberikan kepada stimulus didukung atas kesiapan untuk bertindak, maka reaksi itu dikatakan memuaskan.
b. law of exwecise: semakin banyak praktik dilakukan, maka stimulus akan semakin kuat dan juga praktik ini perlu disertai dengan reward.
c. law of effect: apabila terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan disertai dengan state of affairs yang memuaskan, maka hubungannya akan menjadi kuat. Namun, apabila hubungan dibarengi state of affairs yang mengganggu, maka kekuatan hubungannya akan menjadi berkurang.
ADVERTISEMENT
b. Teori Belajar Conditioning
1) Ivan Pavlov
Teori ini menganalisis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut. Dalam eksperimennya, moncong anjing dibedah sehingga kelenjar ludahnya berada di luar pipinya dan dimasukan di kamar gelap serta ada sebuah lubang di depan moncong tempat menyodorkan makanan atau menyemprotkan cahaya. Pada moncong anjing tersebut dipasang selang yang dihabungkan ke luar ruangan agar mengetahui keluar atau tidaknya air liur pada waktu percobaan. Hasil dari eksperimen mengatakan bahwa gerakan reflek itu dapat dipelajari dan dapat dirubah karena mendapatkan latihan, dan dapat dibedakan refleks menjadi dua bagian, yaitu refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari, yaitu keluarnya air liur karena menerima atau bereaksi terhadap cahaya atau terhadap bunyi tertentu. Teori ini sering disebut contemporary behavioris atau S-R Psychologist yang memiliki pandangan, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.
ADVERTISEMENT
2) Jhon B. Watson
Watson berpendapat bahwa belajar adalah proses terjadi refleks atau respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Watson melakukan eksperimen dengan beberapa refleks dan reaksi emosional manusia, yaitu berupa takut, cinta, dan marah. Penelitian yang dilakukannya tentang perasaan takut objeknya adalah seorang anak, tikus, dan kelinci. Hasil yang di dapat bahwa perasaan takut seorang anak bisa diubah atau dilatih.
3) Guthrie
Teori ini adalah teori yang memperluas penemuan dari John B. Waston mengenai belajar yang memaparkan bagaimana cara untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik berdasarkan teori conditioning. Menurut Guthrie, untuk menggunakan kebiasaan yang tidak baik harus dilihat dalam rentetan deretan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan unit tingkah lakunya berikutnya dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Teori Humanistik
Pendekatan dalam teori belajar humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan berorientasi pada kebutuhan. Menurut pendekatan ini materi atau bahan ajar harus dilihat sebagai suatu totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata-mata. Para ahli yang mengembangkan teori humanistik adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers.
1) Teori Need (Abraham Maslow)
Teori ini menggambarkan bahwa manusia memiliki sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi secara berurutan, mulai dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks. Teori Need atau kebutuhan terdiri dari psyichological Need, Safety Need, Love and Belongingness, Self Esteem, dan Self-actualization.
2) Teori Berpusat Pada Subjek (Carl Rogers)
Teori berpusat pada subjek ini menekankan pada potensi dan pengalaman individu sebagai pusat pembelajaran. Rogers percaya setiap individu memiliki kapasitas untuk belajar dan tumbuh jika diberikan kondisi yang tepat. Pokok penting dalam teori ini yakni Unconditional Positive Regard, Tidak mengevaluasi klien-dalam hal ini peserta didik, sympathetic ears, serta terapis (pendidik) berperan sebagai reflective mind.
ADVERTISEMENT