Konten dari Pengguna

Mpox: Bisakah Afrika Selatan Mengatasi Ancaman Ganda?

Rafael Morgan Daya
Mahasiswa Hubungan Internasional, di Universitas Kristen Indonesia
25 Oktober 2024 14:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafael Morgan Daya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Monkeypox / Sumber: shutterstock.com/id/g/karacacen
zoom-in-whitePerbesar
Monkeypox / Sumber: shutterstock.com/id/g/karacacen
ADVERTISEMENT
Afrika Selatan tengah bergulat dengan ancaman kesehatan baru yang serius, yaitu wabah penyakit kulit yang dikenal dengan Monkeypox (Mpox). Mpox atau cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus orthopoxvirus, yang terkait dengan virus variola penyebab cacar. Mpox terbagi dalam dua klad utama, yaitu klad I dan klad II, dengan masing-masing memiliki beberapa turunan.
ADVERTISEMENT
Gejala dan Cara Penularan Mpox
Mpox termasuk penyakit menular yang dapat menyebabkan ruam yang terasa sakit, pembengkakan kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, dan kelelahan. Meski kebanyakan orang bisa sembuh total, beberapa orang bisa mengalami kondisi yang lebih serius. Mpox menyebar antar manusia terutama melalui kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi, termasuk orang-orang dalam satu rumah. Kontak erat ini mencakup kontak langsung kulit ke kulit (seperti bersentuhan atau berhubungan seksual) serta kontak mulut ke mulut atau mulut ke kulit. Selain itu, mpox juga dapat menyebar ketika kita berbicara atau bernapas dalam jarak dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
Wabah Global dan Penyebaran di Afrika Selatan
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2022, wabah Mpox yang disebabkan oleh klad IIb mulai menyebar secara global dan masih berlanjut hingga saat ini, dengan beberapa negara di Afrika menjadi pusat penyebaran. Sementara itu, wabah klad I, yang terutama mempengaruhi negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, juga menjadi perhatian. Mpox pada umumnya ditularkan melalui hubungan seksual, dengan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki menjadi kelompok yang paling berisiko. Upaya vaksinasi dan perubahan perilaku telah membantu mengendalikan penyebaran wabah, meskipun infeksi baru terus dilaporkan.
Perkembangan wabah Mpox di Afrika Selatan
Afrika Selatan mencatatkan lima kasus Mpox pada tahun 2022 dan 24 kasus hingga Agustus 2024. Namun, jumlah infeksi yang sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, mengingat keterbatasan pelaporan dan akses layanan kesehatan di beberapa wilayah. Meskipun hingga kini belum ada kasus klad I yang terdeteksi, kekhawatiran terkait munculnya strain baru yang lebih berbahaya (Clade I) terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Pada awal September 2024, 10.000 dosis vaksin pertama yang diharapkan dapat membantu menanggulangi wabah direncanakan tiba di Afrika Selatan. Meski vaksin telah tersedia di lebih dari 70 negara, keterlambatan pengirimannya ke Afrika menunjukkan ketidaksetaraan dalam layanan kesehatan global yang masih belum sepenuhnya teratasi, sebuah pelajaran yang diambil dari pandemi COVID-19.
Departemen Kesehatan Nasional telah mendukung rekomendasi vaksin mpox dari Kelompok Kerja Teknis National Advisory Group on Immunization (NAGI) untuk Afrika Selatan. Saat ini, masih berlangsung diskusi tentang opsi pengadaan vaksin yang tersedia. WHO dan mitranya turut membantu dalam menyusun rencana vaksinasi darurat serta berdiskusi mengenai uji klinis obat-obatan dan vaksin.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Phaahla juga baru-baru ini mengonfirmasi bahwa negara tersebut sedang mengatur sumbangan vaksin dari persediaan global untuk menangani krisis kesehatan yang semakin memprihatinkan. Namun, ia memperingatkan bahwa proses distribusi ini mungkin memakan waktu, dengan kemungkinan vaksin baru tiba dalam "beberapa hari atau minggu" ke depan.
ADVERTISEMENT
Prioritas Kelompok Berisiko
Vaksin yang akan diterima nanti akan diprioritaskan untuk empat kelompok yang paling berisiko. Kelompok pertama yang akan menerima vaksin adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, diikuti oleh pekerja seks, pekerja laboratorium, dan petugas kesehatan. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk melindungi kelompok-kelompok rentan yang lebih mudah terpapar penyakit ini.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Afrika Selatan dapat memperkuat upaya pencegahan dan secara signifikan mengurangi risiko penyebaran penyakit. Namun, tantangan logistik dan waktu yang dibutuhkan untuk distribusi tetap menjadi perhatian utama dalam menghadapi wabah ini.