Cornel Simanjuntak Maestro dari Indonesia

rafael natael
Nama: Gregorius Rafael TTL: Malang, 2 Januari 2002 Pekerjaan: Belum bekerja Pendidikan: Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
12 November 2020 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari rafael natael tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cornel Simanjuntak Seorang Maestro dari Indonesia
Cornel Simanjuntak, musik dan Bangsa Indonesia adalah dua hal yang sangat melekat dalam dirinya. Gelar pahlawan yang disematkan padanya adalah suatu bentuk penghormatan bangsa Indonesia atas sumbangsihnya untuk Indonesia dalam dunia musik. Lagu “Maju tak Gentar” dan “Sorak Sorai Bergrmbira” ciptaannya mengingaktkan suasana perjuangan bangsa Indonesia dalam masa kemerdekaan. 10 November selalu kita peringati sebagai hari pahlawan sebagai bentuk penghormatan Indonesia kepada para pahlawan. Cornel Simajuntak seorang maestro Indonesia adalah seorang pahlawan yang tidak bisa dilupakan di hati rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Cornel Simanjuntak adalah pria kelahiran Pematang Siantar tahun 1921. Ia menempuh Pendidikan di HIS St. Fransiscus (Medan) dan lulus pada 1937 lalu melanjutkan pendidikannya di sekolah HIK Xaverius College Muntilan, Jawa Tengah pada tahun 1942 yang sekarang namanya berubah menjadi SMA Pangudi Luhur Van Lith. Di tempat inilah terdapat guru music yang terampil bernama J.Schouten. Berkat usaha beliau, di sekolah HIK Xaverius memiliki grup orkes simfoni yang berisi 60 orang. Grup ini sering memainkan lagu karya dari pencipta-pencipta lagu hebat di dunia seperti Beethoven, Strauss, Wagner, dll.
Saat tahun 1943, Cornel pergi ke Kota Jakarta untuk memperoleh pengalaman di dunia kerja. Di Jakarta Cornel bekerja di suatu Kantor Kebudayaan Jepang. Di tempat ini Cornel berteman dengan seorang pembuat lagu yang berasal dari Jepang bernama Nobuo Lida. Cornel ditugasi untuk menciptakan lagu propaganda. Banyak lagu yang ia ciptakan, seperti ”Hancurkan Musuh Kita”, “Asia Sudah Bangun”, dan “Mars Pasukan Sukarela”. Walaupun, Cornel bekerja pada Jepang ia tetap memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Pada saat itu di Indonesia hanya mengenal 5 tangga nada yang seharusnya terdapat 7 tangga nada di dunia.Cornel bercita-cita untuk mengajarkan musik modern kepada seluruh rakyat Indonesia melalui lagu-lagu ciptaannya. Hal ini terbukti dalam percakapnnya dengan Asrul Sani yang seorang komposer juga ia berkata “Saya hendak membawakan perasaan music modern ke dalam hati rakyat lihatlah hasilnya telah sampai ke lapisan masyarakat kita yang paling bawah”.
ADVERTISEMENT
Pada masa Revolusi tahun 1945, Cornel terjun langsung di medan perang dengan memegang senjata. Saat dikirim untuk bertempur menjadi seorang militer ke Yogyakarta di kota inilah Cornel menghasilkan karya-karya berupa lagu yang membakar semangat perjuangan rakyat, seperti Tanah Tumpah Darah, Maju Tak Gentar, dan Indonesia Tetap Merdeka.
Selain menciptakan lagu mars perjuangan Cornel juga menciptakan lagu yang condong kea rah seni seperti lagu “Kemuning” dan “Citra”. Di luar Cornel yang memiliki jiwa patriotik Cornel juga memiliki jiwa romantic, melankolis, dan dramatis. Hal ini terlihat dari lagu yang diciptakannya yakni “Kemuning”. Berbeda dengan lagu yang bernuansa perjuangan lagu ini memliki makna kerinduan kepada seseorang.
Sayang sekali di usia yang masih sangat muda Pada 15 September 1946, di usia yang masih berumur 25 tahun. Cornel meninggal dunia akibat penyakit TBC yang dideritanya. Ia dimakamkan di Pemakaman Kerkop Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Melalui karya-karya Cornel dengan lagu-lagu yang membakar semangat dan memberikan inspirasi untuk kita, di masa pandemi ini kita juga bisa melakukan sesuatu sebagai pahlawan-pahlawan di lingkungan sekitar kita. Dengan cara membantu sesama dari hal yang kecil seperti membagi makanan, mendonasikan uang, dll.
Terlebih lagi di masa pandemi ini perjuangan kita berbeda dengan para pahlawan terdahulu yang sudah gugur. Mereka berjuang dengan memegang senjata dan mempertaruhkan nyawanya. Sedangkan kita sekarang berjuang dengan cara saling membantu satu sama lain.
Ditulis oleh: Gregorius Rafael mahasiswa Universitas Airlangga