Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Inovasi Inkubator Multifungsi Karya Mahasiswa Teknik Elektro dan Kedokteran UB
20 September 2020 13:57 WIB
Tulisan dari Rafa Raihan Fadilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Empat mahasiswa Teknik Elektro dan dua mahasiswa Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) menggagas Inkubator Bayi Multifungsi Berbasis Internet (IoT) yang ditujukan khususnya fasilitas kesehatan primer. Adapun pelaksanaan program berlangsung saat pandemi. Akan tetapi, pandemi ini tidak menyurutkan semangat tim dalam merancang konsep alat yang dilakukan secara daring. Memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, tim ini berusaha untuk menanggulangi kasus bayi prematur dan bayi kuning di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Disampaikan pada Rakerkesnas tahun 2019, Indonesia terdapat kematian bayi sekitar 185 per hari, dengan angka kematian neonatus sekitar 15/1000 bayi hidup. Beberapa faktor kematian bayi baru lahir di Indonesia yaitu prematuritas 34%, hipotermia 7%, dan ikterus (bayi kuning) 6%.
Berbekal data di atas, Rafa Raihan Fadilla, Ajeng Kusuma Dewi, Mochammad Rofi Sanjaya, dan Muhammad Yogi Nurrohman dari Fakultas Teknik serta Andi Nurul Isri Indriany Idhil dan Monika Ayu Puji Anggraini dari Fakultas Kedokteran membuat konsep inovasi inkubator multifungsi. Inovasi ini merupakan multifungsi berupa teknologi berbasis Internet of Things sehingga dapat mengontrol keadaan bayi secara optimal serta mengatasi kondisi bayi jika tidak normal.
Dibawah bimbingan Ibu Rahmadwati,S.T.,M.T.,Ph.D., tim membutuhkan waktu pengerjaan konsep sistem inovasi selama dua bulan, dimulai dari perencanaan sampai pembuatan desain alat.
ADVERTISEMENT
Kelebihan dari alat ini adalah mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai penghangat dan fototerapi. Selain itu, alat ini juga dilengkapi sensor suhu dan kelembapan. Menariknya, alat ini juga memiliki sistem ayunan mekanis yang ditujukan untuk menenangkan dan memberi kenyamanan pada bayi saat bayi menangis dan sistem monitoring melalui web. Tak lupa, alat ini juga dilengkapi dengan sistem error untuk mencegah terjadinya malfungsi dari alat ini.
Untuk penghangatnya, alat ini menggunakan lampu bohlam 25W yang otomatis menyala dan mati ketika suhu yang dideteksi sensor sesuai dengan pengaturan awal. Sehingga suhu di dalam inkubator stabil.
Ketika bayi kuning yang dimasukan ke inkubator, maka alat difungsikan sebagai fototerapi yaitu menghidupkan sinar blue light yang diperoleh dari lampu TL 20W/52 dan lampu daylight dengan kondisi hanya diberi penutup pada mata. Waktu fototerapi dapat di setting melalui web.
ADVERTISEMENT
Jika terjadi error, maka alat akan memberikan notifikasi pada pengguna melalui web dan juga ditampilkan pada LCD. Jika bayi menangis, maka sensor suara akan mendeteksi datangnya suara dan sistem akan memerintahkan ayunan untuk bekerja dan memberikan kenyamanan pada bayi.
“Harapannya semoga inkubator ini bisa benar-benar terealisasikan karena belum ada inkubator multifungsi yang dilengkapi dengan fototerapi dan ayunan mekanis serta dapat dimonitoring oleh smartphone dan personal computer melalui web sehingga alat ini dapat membantu bidan maupun petugas rumah sakit dalam memberikan penanganan pada bayi baik itu bayi normal, prematur, dan juga bayi kuning”, harapan dari mitra, Sari Nurhayati, S.ST, Seorang bidan sekaligus pemilik Praktek Mandiri Bidan Sari di Pasuruan.
“Rawat bayi setulus hati dengan inkubator multifungsi, Indonesia sehat abadi.” begitulah tagline tim Rafa Raihan Fadilla.
ADVERTISEMENT