Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Import Energi dan Pangan dari AS: Strategi Cerdas atau Ancaman Ketergantungan?
28 April 2025 9:50 WIB
ยท
waktu baca 2 menitTulisan dari raffaela wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Langkah Indonesia untuk meningkatkan impor energi dan produk pertanian dari Amerika Serikat membuka ruang debat strategis di tengah dinamika ekonomi global. Di satu sisi, ini bisa menjadi strategi cerdas memperkuat hubungan bilateral, membuka akses teknologi pertanian modern, dan memastikan pasokan energi yang stabil. Namun, di sisi lain, keputusan ini berisiko memperdalam ketergantungan pada negara besar dan memperlemah kemandirian ekonomi nasional.

Dalam kerangka strategi korporasi internasional, memperbanyak sumber impor dari AS bisa dianggap sebagai diversifikasi pemasok untuk mengurangi risiko politik global. Apalagi, dalam konteks energi dan pangan, diversifikasi adalah langkah krusial. Amerika dikenal sebagai eksportir energi dan hasil pertanian berkualitas tinggi, dan Indonesia dapat memanfaatkan keunggulan ini untuk memperkuat stok nasional.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, perlu diingat, hubungan perdagangan ini harus dikelola secara asimetris, bukan hanya menjadi pasar konsumtif. Pemerintah seharusnya memastikan bahwa peningkatan impor disertai dengan transfer teknologi, investasi sektor hulu, serta kemitraan industrialisasi di dalam negeri. Jangan sampai, impor ini justru membunuh produktivitas lokal di sektor pertanian dan energi terbarukan.
Lebih jauh, dalam dunia bisnis global, ketergantungan jangka panjang terhadap satu negara sumber adalah kelemahan strategis. Indonesia harus tetap memperkuat produksi dalam negeri, meningkatkan ekspor bernilai tambah, dan membangun jaringan mitra dagang alternatif di kawasan seperti Asia Timur dan Afrika. Meningkatkan impor dari AS hanya akan menjadi langkah strategis bila dikelola sebagai batu loncatan menuju kemandirian ekonomi, bukan sebagai jalan pintas yang akhirnya menjebak dalam ketergantungan jangka panjang.
ADVERTISEMENT