Konten dari Pengguna

75 Tahun Hubungan Indonesia dan Russia

rafi al ezzra
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Kristen Indonesia
18 Januari 2025 17:19 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari rafi al ezzra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah Keharmonisan yang Erat dalam Geopolitik, Sosial Budaya dan Solidaritas Rakyat.
Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Freepik.com
Selama 75 tahun, Indonesia dan Rusia telah menjalin hubungan diplomatik yang penuh dinamika, berkembang dari semangat anti-imperialisme menjadi hubungan multidimensional yang mencakup aspek geopolitik, sosial budaya, dan solidaritas masyarakat. Hubungan ini telah dibangun di atas rasa saling menghormati, kepentingan bersama, serta komitmen untuk mempromosikan perdamaian dan kerja sama di kawasan dan dunia. Kontribusi kedua negara dalam membangun kemitraan yang kuat dan langgeng sangat signifikan dalam konteks global saat ini.
ADVERTISEMENT
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Uni Soviet dimulai pada 3 Februari 1950, ketika Uni Soviet menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Pada pertengahan 1950-an hingga awal 1960-an, hubungan kedua negara mencapai puncaknya. Presiden Sukarno melakukan beberapa kunjungan ke Moskow pada tahun 1956, 1959, dan 1961, yang mempererat hubungan bilateral. Uni Soviet memberikan dukungan signifikan kepada Indonesia, termasuk bantuan militer dan pembangunan infrastruktur. Bantuan militer tersebut mencakup pengiriman kapal selam, pesawat tempur, dan peralatan militer lainnya yang digunakan dalam upaya Indonesia merebut Irian Barat dari Belanda. Dukungan ini membuat indonesia menjadi negara dengan kekuatan militer yang besar di Asia dan menjadi salah satu negara dengan kekuatan militer yang diperhitungkan di dunia pada saat itu. Selain itu, Uni Soviet berperan dalam pembangunan proyek-proyek penting seperti Stadion Gelora Bung Karno, Monumen Nasional (Monas), dan Rumah Sakit Persahabatan melalui pinjaman lunak yang menguntungkan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan jatuhnya Presiden Sukarno, hubungan Indonesia dengan Uni Soviet mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto yang anti-komunis menyebabkan hubungan dengan Uni Soviet menjadi renggang. Kebijakan luar negeri Indonesia pada masa ini lebih condong ke negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Dampaknya, kerja sama di bidang militer dan ekonomi dengan Uni Soviet menjadi terbatas. Meskipun begitu, pada akhir 1980-an, perubahan dinamika geopolitik global dan kebijakan glasnost serta perestroika di Uni Soviet membuka peluang untuk meredakan ketegangan antara kedua negara. Upaya untuk memperbaiki hubungan dimulai dengan kunjungan Presiden Soeharto ke Moskow pada September 1989, di mana ditandatangani Pernyataan mengenai Dasar-Dasar Hubungan Persahabatan dan Kerja Sama antara Indonesia dan Uni Soviet. Kunjungan ini menandai langkah awal rekonsiliasi diplomatik dan membuka ruang untuk kerja sama yang lebih luas di masa depan.
ADVERTISEMENT
Setelah pembubaran Uni Soviet pada Desember 1991, Indonesia secara resmi mengakui Federasi Rusia sebagai penerus Uni Soviet. Hubungan bilateral ini terus berkembang dalam berbagai aspek. Di bidang ekonomi, perdagangan antara Indonesia dan Rusia mengalami peningkatan signifikan, terutama pada sektor energi, pertanian, dan teknologi. Indonesia juga menjadi salah satu mitra strategis Rusia di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2003, Indonesia membeli peralatan militer dari Rusia, termasuk pesawat tempur Sukhoi dan helikopter militer, sebagai bagian dari diversifikasi sumber alutsista. Langkah ini memperkuat posisi Indonesia dalam mengurangi ketergantungan terhadap satu sumber pemasok militer. Selain itu, hubungan kedua negara semakin erat dengan penandatanganan perjanjian kemitraan strategis pada tahun 2016 yang mencakup berbagai bidang seperti perdagangan, investasi, pendidikan, pariwisata, dan pertahanan. Kolaborasi di sektor energi juga terus berlanjut, termasuk rencana pembangunan infrastruktur energi baru dan terbarukan di Indonesia dengan dukungan teknologi Rusia. Dalam bidang pendidikan dan budaya, program pertukaran pelajar dan kerja sama antar universitas turut menjadi pilar penting hubungan ini. Semua ini menunjukkan bahwa hubungan Indonesia dengan Federasi Rusia tetap solid dan berorientasi pada kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Hubungan Indonesia dan Rusia terus berkembang hingga saat ini, dengan kedua negara berkomitmen untuk memperkuat kemitraan strategis serta kerja sama di berbagai sektor. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat tantangan dalam perjalanan hubungan kedua negara, kedua negara ini tetap memiliki visi jangka panjang untuk saling mendukung dalam menghadapi isu-isu global. Selama perjalanan hubungan diplomatiknya, Indonesia dan Rusia telah membangun hubungan geopolitik yang signifikan. Kerja sama ini ditandai dengan kolaborasi dalam berbagai isu global. Kedua negara aktif dalam organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), G20, dan ASEAN. Dalam forum-forum tersebut, mereka berkolaborasi untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas, serta kepentingan bersama.
Dalam bidang pertahanan dan keamanan, kerja sama militer antara Indonesia dan Rusia telah berlangsung sejak era Uni Soviet. Kerja sama ini mencakup pengadaan peralatan militer serta pelatihan personel yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pertahanan Indonesia. Selain itu, dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, kedua negara menunjukkan komitmen melalui partisipasi dalam forum internasional serta implementasi kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan.Namun demikian, dinamika geopolitik global seperti konflik Rusia-Ukraina mempengaruhi hubungan bilateral ini. Indonesia berupaya menjaga keseimbangan diplomatis dengan mendorong penyelesaian konflik secara damai sambil mempertahankan hubungan baik dengan Rusia.
ADVERTISEMENT
Hubungan diplomatik ini juga diperkaya oleh interaksi seni dan budaya yang erat antara kedua bangsa. Seni menjadi medium yang menyatukan kedua negara dengan cara yang unik. Bangsa Rusia menunjukkan kekaguman terhadap seni Indonesia; hal ini tercermin dalam antologi puisi Image of Nusantara karya Vladimir I. Braginsky dan Elena M. Diakonova yang memuat puisi-puisi tentang keindahan Borobudur, wayang kulit, gamelan, serta alam Nusantara.Sebaliknya, karya sastra Rusia juga sangat dihargai di Indonesia. Sastrawan besar seperti Fyodor Dostoevsky dan Leo Tolstoy memiliki pengaruh mendalam terhadap sastra Indonesia. Pramoedya Ananta Toer misalnya mengadopsi gaya Tolstoy dalam mengangkat isu keadilan sosial melalui novel-novelnya. Drama karya Anton Chekhov sering dipentaskan oleh kelompok teater modern Indonesia seperti Studiklub Teater Bandung (STB), menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya Rusia di tanah air.
ADVERTISEMENT
Pertukaran budaya terus dilakukan melalui acara-acara besar yang melibatkan kedua negara. Di Rusia, acara “Indonesia-Russia Friendship” pada Februari 2023 di Moskow menampilkan tarian tradisional, pencak silat, serta kolaborasi musikal antara seniman dari kedua negara. Sebaliknya, “Days of Russian Culture” pada September 2024 di Bali memperkenalkan seni dan tradisi Rusia kepada masyarakat Indonesia.
Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya memperkuat pemahaman tetapi juga penghargaan budaya antara kedua bangsa. Keanekaragaman budaya yang dirayakan bersama melalui berbagai acara ini tidak hanya memperkuat ikatan antara kedua negara tetapi juga memperkaya kehidupan masyarakatnya secara keseluruhan.
Dimensi emosional dari hubungan antara Indonesia dan Rusia terlihat jelas dari solidaritas rakyat Indonesia terhadap Rusia dalam berbagai isu global. Dalam konteks konflik Rusia-Ukraina misalnya, publik Indonesia menunjukkan sentimen positif terhadap Rusia. Data dari Evello—sebuah platform monitoring digital—mencatat jutaan interaksi terkait konflik ini di media sosial seperti YouTube, Instagram, TikTok, serta Twitter.Mayoritas masyarakat Indonesia cenderung mendukung Rusia; mereka melihat Vladimir Putin sebagai pemimpin yang kuat mirip dengan Sukarno dalam semangat anti-Baratnya. Dukungan ini juga meluas ke dunia olahraga; ketika Rusia mendapat sanksi dari FIFA dan UEFA akibat konflik politik internasional tersebut, masyarakat Indonesia menyuarakan ketidakadilan melalui media sosial dengan menekankan pentingnya memisahkan politik dari olahraga.
ADVERTISEMENT
Pertukaran antar masyarakat seperti pertukaran pelajar, pariwisata, kunjungan budaya serta kemitraan bisnis telah membantu membangun jembatan antara kedua negara. Hal ini memupuk rasa solidaritas serta mempererat persahabatan di antara warganya. Solidaritas ini semakin diperkuat dengan dukungan kuat dari pemerintah kedua negara untuk pembangunan serta kemakmuran satu sama lain. Semangat solidaritas dan kerja sama ini telah berperan penting dalam menjaga hubungan yang kuat dan abadi antara kedua bangsa selama bertahun-tahun.Selama 75 tahun perjalanan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rusia telah berkembang dari kemitraan strategis menjadi hubungan emosional yang mendalam. Seni, budaya serta solidaritas rakyat menjadi pilar utama yang memperkuat persahabatan ini. Penghargaan Rusia terhadap seni Nusantara serta antusiasme Indonesia terhadap karya sastra Rusia merupakan contoh nyata bahwa hubungan ini melampaui sekadar kepentingan geopolitik belaka. Dimensi emosional juga memainkan peran penting dalam menjaga ikatan antara kedua negara tersebut. Sentimen positif rakyat Indonesia terhadap Rusia baik dalam konteks konflik global maupun olahraga menunjukkan bahwa hubungan ini didasarkan pada nilai-nilai persahabatan yang abadi.
ADVERTISEMENT
Indonesia dan Rusia memiliki peluang besar memperkuat hubungan bilateral menghadapi tantangan abad ke-21, seperti perubahan iklim dan ketidakpastian ekonomi global. Keanggotaan Indonesia dalam BRICS membuka peluang mendalam untuk kerja sama ekonomi dan politik dengan Rusia. Melalui BRICS, kedua negara dapat mendorong perdagangan mata uang lokal, pembangunan infrastruktur, dan teknologi ramah lingkungan.
Dalam bidang ekonomi, hubungan perdagangan dapat diperluas melalui diversifikasi produk ekspor dan impor. Selain energi dan pertanian, kerja sama di sektor teknologi informasi, keamanan siber, dan inovasi industri perlu ditingkatkan. Investasi Rusia di bidang infrastruktur dan energi di Indonesia juga mendukung pembangunan nasional, sementara Indonesia dapat meningkatkan ekspor produk unggulan seperti kelapa sawit dan tekstil.
Secara politik, kolaborasi di forum internasional seperti PBB, G20, dan BRICS dapat memperkuat posisi kedua negara dalam mempromosikan dunia multipolar. Sebagai negara berpengaruh di kawasan masing-masing, Indonesia dan Rusia dapat memediasi konflik global dan mendukung stabilitas kawasan. Hubungan budaya, termasuk pertukaran pelajar dan kerja sama seni, memperkuat pemahaman antarbangsa. Dengan komitmen pada kerja sama ekonomi, politik, dan budaya, hubungan Indonesia dan Rusia berpotensi besar menciptakan masa depan inklusif dan berkelanjutan untuk komunitas global.
ADVERTISEMENT