Konten dari Pengguna

Uang Digital VS Uang Logam : Who Will Win?

Muhammad Rafi Alfariza
Mahasiswa Aktif Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret
1 Januari 2025 16:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rafi Alfariza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
uang Logam. source : sutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
uang Logam. source : sutterstock.com
ADVERTISEMENT
Dunia terus berubah, dan uang sebagai pusat dari setiap transaksi tidak luput dari perubahan. Ketika kita memasuki era di mana Bitcoin dan mata uang digital lainnya semakin mendapatkan perhatian, pertanyaan besar muncul, apakah uang logam, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia selama ribuan tahun, akan segera menjadi peninggalan sejarah?
ADVERTISEMENT
Bayangkan sejenak, ketika kita sedang berjalan melewati mesin penjual otomatis, tetapi alih-alih mencari koin di kantong, kita cukup memindai kode QR. Tak ada suara gemerincing logam, tidak ada beban tambahan di dompet. Sederhana, cepat, dan serba digital. Namun, apakah kenyamanan itu benar-benar menggantikan rasa nostalgia dan kepraktisan yang diberikan uang logam?
“Ciuhh" (sembari membuang ludah) "HEY BUNG! DENGAR YA!"(teriak lantang sembari melihat berita di televisi tabung) "Itu tidak benar, saya masih sering menggunakan uang receh apalagi untuk parkir dan membayar toilet, bahkan saya menyimpan banyak di celengan saya” ucap penjual wedangan dengan nada tinggi ketika melihat statement tersebut di sebuah berita stasiun televisi “Sruuptt” (suara sruputan kopi) “kalau semuanya digital? Kalau listrik mati, internet putus, apa kita nggak tetap butuh uang fisik?" tambah salah satu pembeli. “Setuju bung! Apalagi penjual seperti saya, mau 10 perak pun itu berharga bagi saya”. Jawab penjual wedangan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, di sebuah kantin fakultas.
(Melihat teman membayar pakai uang logam) “Lah? Zaman udah maju bro, you tak pakai QR?” ucap Albert dengan nada mengejek. “Pakai, cuman gua males ngisi, masih nyaman begini bro, lagian gua cuma beli gorengan” Jawab Ridho sembari mengunyah gorengan.. “BWAHAHAHAHA brooo" (tertawa lepas) "Ini tu udah 2024 kocak, udah zamannya pakai yang digital begini” ejek Albert sembari menunjukkan handphone nya. “Lah, gua pakai QR kocak, cuman ya gua lebih nyaman begini”. Jawab Ridho.
Bagi generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi cenderung menganggap uang digital lebih praktis dan modern. Penggunaan dompet digital dipandang sebagai simbol kemajuan, meskipun tidak sepenuhnya menggantikan uang fisik. Bahkan dalam konteks ini, kenyamanan personal juga masih menjadi pertimbangan, seperti yang diungkapkan oleh Ridho yang tetap memilih uang logam untuk transaksi kecil meski sudah menggunakan uang digital.
ADVERTISEMENT
"Mungkin, uang logam nggak akan benar-benar punah. Tapi, penggunaannya pasti semakin terbatas," ujar Dr. Hendra, seorang ekonom. "Seperti halnya prangko, uang logam akan bergeser menjadi benda koleksi atau alat simbolis."
Namun, ada ironi yang muncul. Bagi masyarakat akar rumput seperti penjual wedangan dan pelanggan mereka masih menganggap uang logam sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Uang receh memiliki nilai nyata bagi mereka, baik untuk transaksi kecil seperti membayar parkir atau toilet, hingga sebagai tabungan sederhana. Mereka juga merasa uang fisik lebih aman dan tidak bergantung pada infrastruktur seperti listrik atau internet.
Jadi, perdebatan antara uang logam dan uang digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal preferensi, kebutuhan, dan kenyamanan masing-masing individu. Uang logam masih relevan dalam konteks tertentu, terutama untuk transaksi kecil atau keadaan darurat, sementara uang digital menawarkan kemudahan di era modern. Kedua jenis uang ini tampaknya akan terus hidup berdampingan, setidaknya dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurut Anda? Apakah uang logam masih layak bertahan di era Digital, atau sudah saatnya kita menyambut masa depan yang sepenuhnya digital?