Konten dari Pengguna

Apakah Kecerdasan Memengaruhi Kualitas Keagamaan Seseorang?

Rafi Naufal Azmi
Seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mempunyai dedikasi tinggi di dalam dunia fotografi, desain grafis dan video editing.
16 Desember 2022 18:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafi Naufal Azmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pandangan seorang Muslim Photo by <a href="https://unsplash.com/@rachidnl?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Rachid Oucharia</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/muslim-mindset?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a>
zoom-in-whitePerbesar
Pandangan seorang Muslim Photo by <a href="https://unsplash.com/@rachidnl?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Rachid Oucharia</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/muslim-mindset?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a>
ADVERTISEMENT
Di era modern saat ini, kita sering berhadapan dengan desas-desus kehidupan yang berdatangan. Tentunya hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita. Manusia adalah ciptaan Allah azza wa jalla yang paling sempurna. Ciptaan yang telah dianugerahi oleh Allah ta’ala berupa akal dan hati nurani. Hendaknya kita senantiasa memiliki semangat untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Munculnya Ekspresi Menyimpang
Di zaman akhir ini, banyak bermunculan cetusan-cetusan yang menyimpang dari syariat Islam. Tak jarang, pernyataan tersebut kerap kali menyudutkan agama Islam. Misalnya, mulai dari kampanye kebebasan penyimpangan seksual seperti lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau biasa dikenal LGBT, kemudian larangan wanita berjilbab dan mengadakan perayaan mengikuti kaum Barat seperti halloween. Lalu, timbul sebuah pertanyaan dalam benak manusia; apakah kemajuan peradaban kita ini membawa kepada kemajuan pola berpikir? Sehingga, agama ini menjadi penghambat atau malah mendukung kemajuan pola berpikir?
Pertanyaan yang sama datang dari seorang komedian bernama Coki Pardede dalam obrolannya bersama Denny Sumargo beberapa bulan yang lalu. Obrolan atau podcast tersebut telah tayang di Youtube, “Apakah agama ini menghambat kecerdasan atau menstimulasi kecerdasan?” Rupanya, pernyataan tersebut menuai banyak problematik dari berbagai kalangan.
ADVERTISEMENT
Bagi seorang muslim, kita meyakini penuh bahwa kebenaran Al-Qur'an tidak diragukan lagi. Hal ini selaras bahwa agama datang bukan untuk menghambat atau menstimulus kecerdasan manusia, melainkan kecerdasanlah yang mempengaruhi pandangan seseorang mengenai agama. Manusia yang diberi akal akan menggunakannya untuk berpikir dengan bijak dan mendekatkan diri kepada Tuhannya. Pengaruh kecerdasan akan membawa manusia untuk berpikir mengenai agamanya. Bagaimana agama ini membawa dampak baik dalam hidupnya.
Sesuai dengan yang ada di dalam kandungan firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat kedua yang artinya, “Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. Maka, sudah jelas bahwa adanya Islam dan Al-Quran ini sebagai petunjuk, bukan untuk menimbulkan kesusahan bagi manusia, lebih-lebih menghambat kecerdasan atau membawa kemunduran. Akan tetapi, agama Islam ini hadir sebagai petunjuk. Dengan demikian, usaha yang bisa dilakukan sebagai hamba tak lain berusaha menjadi hamba yang memiliki kemampuan untuk terus berbenah dan mengaktualisasikan diri.
ADVERTISEMENT
Jenis Kecerdasan
Kami mendapati sebuah literatur penelitian online dalam Jurnal Pendidikan Islam berjudul “Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Dalam Perspektif Al-Qur'an”. Penelitian tersebut mengupas jenis kecerdasan terbagi menjadi tiga, yakni kecerdasan emosional, kecerdasan akal, dan kecerdasan spiritual. Teori kecerdasan tersebut mendorong umat Islam agar mampu menemukan pola baru pengembangan peradaban Islam, memiliki kemampuan dalam berdialog dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengikuti dinamika perubahan sosial budaya yang ada.
Kecerdasan emosional yaitu kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian terhadap sesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar. Kecerdasan ini muncul ketika seorang muslim menanamkan pada dirinya untuk mempunyai sifat kasih sayang terhadap sesama makhluk Tuhan. Hal yang harus dilalui agar memiliki sifat penyayang, tentunya melalui pendekatan kepada Allah azza wa jalla dengan menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Seorang muslim tidak akan mudah berprasangka buruk kepada orang lain apabila melekat sifat kasih sayang pada dirinya.
ADVERTISEMENT
Muslim yang baik adalah muslim yang telah terdidik emosinya demikian terdidik pula akalnya. Hal ini sejalan bahwa wahyu pertama yang turun dalam Al-Qur'an adalah perintah membaca. Dalam sebuah hadis menyebutkan bahwa kewajiban menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Sehingga dalam mencari ilmu harus melalui hati yang bersih dan niat yang sungguh-sungguh. Menjadi individu muslim yang menuntut ilmu dengan cara yang baik, maka yang ia lakukan akan baik pula.
Seorang muslim yang mampu berpikir dengan baik dan mampu mengendalikan emosinya tidak akan cukup jika belum memiliki kecerdasan spiritual. Kecerdasan yang membina seorang muslim untuk kembali mengenal pencipta-Nya. Sehingga kecerdasan spiritual ini dibutuhkan agar seorang muslim mampu menyadari siapa dirinya. Kecerdasan spiritual ini memiliki jalinan yang baik tidak hanya sesama muslim melainkan terhadap manusia pemeluk agama yang lain.
ADVERTISEMENT
Sikap Muslim yang Baik
Tidak bisa dipungkiri, bahwa muslim yang baik ialah muslim yang mampu menerapkan ketiga kecerdasan tersebut. Muslim yang mampu menerapkan ketiga kecerdasannya dengan bijak untuk merespons hal-hal di sekitarnya. Muslim yang mampu mengikuti perkembangan teknologi, namun tidak termakan stigma-stigma yang menyimpang dari ajaran agama.
Perlu dipahami bahwa agama inilah yang membawa kemajuan paradigma berpikir seorang muslim. Bukan peradaban yang menuntun seorang muslim dalam mengikuti perkembangan zaman. Muslim yang baik tidak akan mudah percaya dengan pernyataan yang menggiring agama pada keterbelakangan. Jauh sebelum muncul pernyataan LGBT, larangan berhijab, hingga perayaan yang mengikuti orang barat dan lainnya, agama Islam lebih dulu mengaturnya.