Vinyl Klasik Berevolusi Menjadi Musik Digital: Peluang dan Tantangannya

Muhammad Rafi Rabbani Paputungan
Mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
24 Desember 2023 15:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rafi Rabbani Paputungan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
vinyl. Foto:unsplash
zoom-in-whitePerbesar
vinyl. Foto:unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Piringan hitam atau vinyl telah menjadi medium utama untuk mendengarkan musik sejak diperkenalkan pada akhir abad ke-19. Format analog ini menjadi sangat populer khususnya pada 1950-1980an, di mana vinyl merajai industri musik dan budaya populer global. Namun pada awal 2000an, munculnya teknologi musik digital berbasis komputer dan internet telah menggeser dominasi vinyl setelah berpuluh-puluh tahun menjadi primadona.
ADVERTISEMENT
Menurut data dari Recording Industry Association of America (RIAA), penjualan album vinyl di Amerika mencapai titik tertinggi pada tahun 1978 dengan total penjualan sebesar 442 juta keping. Vinyl kala itu menjadi pilihan utama untuk menikmati musik berkat kualitas analognya yang hangat dan khas. Mendengarkan vinyl bukan sekedar menikmati lagu, namun juga sebuah ritual dan pengalaman estetis tersendiri (McDermott, 2019). Belum lagi sampul album serta merch vinil yang kerap dijadikan koleksi atau pajangan, sehingga berperan besar dalam budaya pop di era itu.

Dominasi Music Digital MP3 Dan Streaming Sebagai "Pembunuh" Vinyl

mp3. Foto:unsplash
Akan tetapi pada 2001, penjualan vinyl anjlok hingga kurang dari 1 juta kopi pertahun, disaat bersamaan musik digital dan piransi MP3 marak terjadi. Teknologi kompresi seperti MP3 memang memudahkan penyebaran dan konsumsi musik digital. Didukung internet broadband beserta gawai pintar yang makin massif adopsinya, platform streaming musik macam Spotify (2006), Apple Music (2015), Joox (2014) dan lainnya bermunculan untuk memenuhi hasrat masyarakat modern akan musik instant, cepat, dan praktis (Wisin, 2019).
ADVERTISEMENT
Fenomena maraknya streaming musik dan dominasi format digital telah membuat keberadaan piringan hitam dalam industri musik kontemporer semakin memudar. Data perihal penjualan vinyl di Amerika Serikat menunjukkan angka yang terus anjlok drastis. Pada 2006, total penjualan vinyl di negara Paman Sam tercatat hanya sekitar 400 ribu keping, setara dengan 0,2% dari keseluruhan penjualan album. Angka ini tentunya sangat minim dan mengkhawatirkan.
Banyak pihak yang kemudian pesimistis bahwa format analog klasik ini telah di ambang kepunahan, yang perlahan namun pasti akan semakin ditinggalkan dan dilupakan ditelan perkembangan zaman. Sejumlah perusahaan produsen vinyl dan pemutar turntable bahkan menghentikan lini produksinya. Namun di luar prediksi banyak pihak, piringan hitam justru mengalami kebangkitan kembali dalam satu dekade terakhir. Format lama ini kini mendapat tempat dan eksis berdampingan dengan dominasi platform streaming musik digital.
ADVERTISEMENT

Vinyl Mulai Bangkit Kembali Di Tengah Saturasi Musik Digital

vinyl. Foto:unsplash
Namun dalam satu dasawarsa terakhir, vinyl justru perlahan bangkit dari keterpurukan. Lonjakan minat dan permintaan kembali terjadi, di mana total penjulan vinyl di Amerika naik delapan kali lipat antara 2011 dan 2021 menjadi 41,7 juta keping. Data teranyar pada 2022 bahkan menembus angka 46,6 juta kopi terjual.
Fenomena comeback vinyl ini didorong geliat “slow living” di kalangan generasi urban millenial, di mana vinyl diposisikan sebagai medium alternatif ditengah saturasi digital. Ritual menikmati album dari A-Z, artwork dan merch yang artistik, serta nuansa analog klasik yang hangat adalah daya tarik utama bagi hipster modern untuk beralih dari playlist acak di Spotify. Sejumlah musisi independen bahkan sengaja mencetak ulang karyanya dalam piringan hitam untuk memberi value tambahan, meski terbatas dalam jumlah terbatas.
ADVERTISEMENT
Di sisi industri, kebangkitan vinyl ini menjadi angin segar di tengah dominasi platform streaming. Data RIAA dan Nielsen Music menunjukkan pemasukan dari royalti penjualan vinyl di Amerika naik empat kali lipat antara 2017 dan 2021, dari USD 416 juta menjadi USD 1 miliar per tahun. Lonjakan ini bahkan melampaui royalti dari pemutaran lagu di YouTube. Sejumlah merek produsen seperti Sony dan Panasonic juga kembali memproduksi pemutar vinyl untuk menjawab peningkatan permintaan.
Eksistensi piringan hitam pada masa kini telah bernaung dalam ekosistem musik kontemporer dan saling melengkapi dengan musik digital. Di satu sisi, kemudahan akses dan personalisasi musik melalui layanan streaming tak dapat tergantikan bagi para pendengar (audiens) modern. Layanan streaming dapat memberikan kemudahan, kenyamanan, dan fleksibilitas untuk menikmati musik kapan saja dan di mana saja sesuai dengan preferensi pribadi masing-masing individu. Hal tersebut sangat dimanfaatkan oleh pendengar di era modern yang sarat akan teknologi digital.
vinyl. Foto:unsplah
Di sisi lain, piringan hitam dan ritual mendengarkan musik melalui mediumnya memberikan nilai alternatif tersendiri bagi mereka yang mendambakan pengalaman yang lebih personal dan melekat erat dengan seniman ketika menikmati musik. Dengan mendengarkan musik melalui piringan hitam, pendengarnya dapat larut dalam proses memperoleh, membersihkan, menyimpan, dan mendengarkan musik secara utuh tanpa gangguan.
ADVERTISEMENT
Aktivitas tersebut dapat memberikan pengalaman meresapi musik secara lebih personal seraya mengapresiasi piringan hitam sebagai objek fisik material dari budaya pop. Harmoni antara kedua model konsumsi musik yang saling menguatkan satu sama lain ini diharapkan dapat terus berlanjut sehingga eksistensi piringan hitam, budaya pop materialnya, dan sejarah panjang yang dibawanya akan tetap lestari di tengah maraknya kemajuan teknologi digital di bidang musik kontemporer.

DAFTAR BACAAN

McDermott, M. (2019). Want To Understand Vinyl’s Resurgence? Think Ritual Not Retro. Forbes. https://www.forbes.com/sites/michaelmcdermott/2019/09/10/want-to-understand-vinyls-resurgence-think-ritual-not-retro/?sh=5bcc0b967c56
Wisin. (2019). The Past, Present and Future of Music Streaming. Forbes India. https://www.forbesindia.com/article/weschool/the-past-present-and-future-of-music-streaming/53741/1
Recording Industry Association of America. (2022). 2021 Year-End Music Industry Revenue Report. Diakses dari https://www.riaa.com/reports/2021-year-end-music-industry-revenue-report/