Konten dari Pengguna

Alzheimer: Penyakit atau Hanya Faktor Usia?

Rafika Dwi Fikriyah
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya 2020
4 April 2021 12:21 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafika Dwi Fikriyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

"They may not be able remember who we are, but they feel us just the same" - Amanda Dillon

Sumber Foto : unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto : unsplash.com
ADVERTISEMENT
Sering kali kita melihat orang tua yang sudah lanjut usia seperti kakek atau nenek kita yang mengalami kepikunan. Seperti saat kita berkunjung ke rumah kakek dan nenek kita, seketika mereka lupa siapa kita, siapa nama kita, bahkan mungkin bisa saja lupa dengan nama orang tua kita yang mana adalah anak kandung dari mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang pasti berpikir bahwa kepikunan yang dialami orang lanjut usia merupakan hal yang normal terjadi di usia mereka yang sudah lebih dari setengah abad. Namun, kepikunan yang dialami orang lanjut usia tidak bisa dengan gampang dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar. Faktanya, kepikunan yang dialami orang lanjut usia bisa menjadi suatu gangguan kesehatan jika menunjukkan gejala-gejala yang lebih serius.
Kepikunan yang disertai gejala-gejala yang lebih kompleks tersebut merupakan salah satu bentuk dari rusaknya beberapa sel saraf dengan otak. Kerusakan tersebut bisa menjadi sebuah penyakit yang menyerang lansia. Lalu, penyakit apa yang sebenarnya dimaksud dalam hal ini?
Hingga saat ini jumlah penduduk di Indonesia sudah mencapai lebih dari 270 juta penduduk dan 9,9 persen di antaranya adalah penduduk lanjut usia. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk lansia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah lansia juga menimbulkan permasalahan yang kompleks. Mulai dari permasalahan sosial, permasalahan psikis, hingga permasalahan kesehatan baik mental maupun jiwanya.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lansia yang kian meningkat. Salah satu permasalahan lansia yang sering terjadi adalah permasalahan kesehatan. Banyak sekali gangguan kesehatan yang diderita oleh lansia, salah satunya adalah demensia.
Apa Itu Demensia?
Dilansir dari laman alodokter, demensia adalah penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan cara berpikir seseorang. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga aktivitas sehari-hari penderitanya. Demensia bukan merupakan sebuah penyakit, melainkan sebuah kumpulan gejala yang menyertai penyakit atau kondisi tertentu.
Perlu diketahui bahwa demensia berbeda dengan pikun. Pikun merupakan perubahan kemampuan berpikir dan mengingat yang biasa dialami seiring bertambahnya usia. Meskipun perubahan tersebut mempengaruhi daya ingat, tetapi tidak terlalu signifikan yang mengharuskan penderita tersebut bergantung kepada orang lain. Jenis demensia yang paling sering terjadi salah satunya adalah alzheimer.
ADVERTISEMENT
Alzheimer
Penyakit alzheimer merupakan sebuah kelainan otak yang bersifat irreversible dan progresif yang terkait dengan perubahan sel-sel saraf sehingga menyebabkan kematian sel otak. Penyakit alzheimer terjadi secara bertahap, dan bukan merupakan bagian dari proses penuaan normal dan merupakan penyebab paling umum dari demensia (Hasanuddin, 2017).
Menurut Hu et al., (2013), penyakit alzheimer adalah gangguan neurodegeneratif progresif yang menjadi penyebab utama demensia di dunia (Husodo, 2020). Gangguan neurodegeneratif merupakan istilah yang dipakai pada kehilangan yang progresif terhadap struktur atau fungsi sel neuron, termasuk kematian sel neuron. Pada penyakit alzheimer, kerusakan dan penghancuran neuron pada akhirnya memengaruhi bagian otak lainnya, termasuk bagian yang memungkinkan seseorang menjalankan fungsi dasar tubuh seperti berjalan dan menelan.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari laman Alzheimer Indonesia, otak kita terdiri dari miliaran sel saraf, setiap selnya terhubung dengan sel saraf lainnya dan saling berkomunikasi dengan menyampaikan sinyal-sinyal. Setiap bagian otak memiliki tugas yang berbeda namun saling berkaitan. Pada otak seseorang dengan alzheimer, terdapat penumpukan zat abnormal yang menyebabkan terganggunya sistem persinyalan antar satu sel saraf dengan lainnya. Selanjutnya, sel-sel saraf pun menjadi rusak. Kerusakan pada sel-sel saraf ini menyebabkan turunnya produksi beberapa zat kimia penting dalam otak yang berfungsi untuk komunikasi antar sel saraf, yang dikenal dengan nama neurotransmitter.
Penurunan beberapa jenis neurotransmitter ini akhirnya menyebabkan sel saraf tak dapat lagi menyampaikan sinyal dengan baik, dan berakibat gangguan pada fungsi otak orang tersebut. Orang-orang dengan penyakit alzheimer ini juga memiliki kekurangan bahan kimia penting dalam otak mereka. Bahan kimia ini terlibat dengan pengiriman pesan dalam otak. Banyak sekali faktor yang bisa mempengaruhi seseorang menderita alzheimer, beberapa di antaranya adalah faktor usia, faktor genetika (keturunan), dan trauma cedera otak.
ADVERTISEMENT
Apa Saja Pengobatannya?
Pengobatan yang bisa dilakukan diharapkan dapat mengurangi gejala dan perkembangan penyakit tersebut. Pengobatan sebaiknya dilakukan dengan berkonsultasi langsung dengan dokter terkait obat-obatan apa yang sesuai dengan tingkat penyakit alzheimer yang dideritanya. Selanjutnya, terapi lingkungan juga dirasa efektif bagi penderita alzheimer. Terapi lingkungan yang dimaksud yakni dengan membuat penderita merasa nyaman dengan menyusun benda-benda yang sering digunakan di tempat yang sama setiap harinya.
Selain itu, penderita alzheimer juga terkadang lupa bahkan kehilangan minat makannya, maka dari itu perlu diberikan pilihan variasi makanan yang lebih mudah dicerna oleh mereka sehingga kebutuhan nutrisi mereka tercukupi dan bisa menurunkan tingkat penyakit Alzheimer yang dideritanya.
Lalu, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Tentu saja kita semua tidak ingin sampai terjadi penyakit alzheimer ini di dalam diri kita, perlu dilakukan beberapa hal yang mungkin bisa mencegah timbulnya penyakit ini. Di antaranya yakni :
ADVERTISEMENT
1. Teknik mnemonic, mnemonic merupakan suatu strategi atau teknik yang dipelajari untuk membantu kinerja ingatan yang dapat dioptimalkan dengan latihan. Salah satu metode yang ada pada teknik mnemonic ini adalah method of loci.
Cara kerja method of loci ini yakni dengan mengingat dengan mengasosiasikan benda yang diingat dengan lokasi benda tersebut. Kebanyakan dari lansia sering kali mengalami kesulitan dalam mengingat benda-benda yang sering digunakan sehari-harinya. Diharapkan dengan menerapkan teknik ini bisa membantu mencegah terjadinya alzheimer.
2. Konsumsi kopi dengan anjuran yang sesuai. Salah satu penelitian dari Husodo (2020), membuktikan bahwa kafein dalam kopi diyakini menunjukkan efek pelindung saraf dengan memblokir reseptor adenosin, yang berpengaruh dengan penurunan kadar Aβ plasma.
ADVERTISEMENT
Kafein turut melindungi sawar darah otak dengan meningkatkan pengeluaran Aβ sehingga dapat mengurangi risiko penyakit alzheimer. Kopi juga mengandung polifenol, khususnya asam klorogenat, antioksidan, yang dapat mengurangi peradangan dan melindungi dari demensia. Asupan kopi yang dianjurkan adalah tidak boleh melebihi 400 mg/hari.
3. Mengonsumsi makanan-makanan sehat dengan gizi seimbang dan mengurangi kadar lemak dan kolesterol di dalamnya. Selain itu, meningkatkan makan makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan.
4. Rutin berolahraga dan menerapkan gaya hidup sehat. Seperti bersepeda tiap minggu, jalan kaki di sekitar lingkungan tempat tinggal, atau mungkin bisa melakukan aktivitas sehari-hari yang lebih banyak gerakan di dalamnya.
5. Berhenti merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
6. Mengonsumsi suplemen yang baik untuk kesehatan otak, yakni yang mengandung banyak omega-3, vitamin, dan ginkgo. Tentu tetap dengan anjuran dokter.
ADVERTISEMENT
Alzheimer mungkin sudah tidak asing lagi sebagai salah satu penyakit yang sering muncul pada lansia. Namun, jika tidak dicegah sejak dini maka bisa menimbulkan datangnya penyakit yang lebih kompleks lagi di masa tua kita nanti.
Seperti yang kita ketahui bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Jika dirasa semua pencegahan tersebut sudah dilakukan tetapi tetap tidak membuahkan hasil, sebaiknya bisa langsung berkonsultasi langsung kepada ahlinya.
Referensi
Alzheimer Indonesia. (n.d.). Retrieved April 2021, from https://alzi.or.id
Alodokter. (2019). Retrieved April 2021, from https://www.alodokter.com
Hasanuddin, F. kedokteran U. (2017). BAHAN AJAR I PENYAKIT ALZHEIMER. BMC Public Health, 5(1), 1–8. Retrieved from https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Alzheimer.
Husodo, B. (2020). Konsumsi Kopi untuk Mencegah Penyakit Alzheimer. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 996–1002. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.439
ADVERTISEMENT