Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Mengenal 'Doutoku-kyoiku' sebagai Pendidikan Karakter ala Jepang
19 Juni 2021 5:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari rafikaziyana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di zaman yang serba modern ini, masyarakat sudah sangat terbuka dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala aspek, termasuk pendidikan. Namun modernisasi tersebut menyisakan permasalahan mendasar salah satunya yaitu merosotnya nilai karakter bangsa.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, saat ini kita sudah tidak asing bukan, dengan maraknya permasalahan yang memprihatinkan seperti korupsi, kekerasan, kerusuhan, konflik SARA, dan sebagainya.Nah, permasalahan-permasalahan tersebut merupakan hasil dari kurangnya penanaman pendidikan karakter, loh.
Permasalahan karakter menjadi masalah mendasar karena karakter terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan proses yang panjang. Oleh karenanya pendidikan karakter menjadi hal penting yang harus dilaksanakan dengan melalui proses yang panjang, bertahap serta berkelanjutan.
Berbicara tentang pendidikan karakter, Jepang merupakan negara yang apik dan serius dalam menanamkan karakter sejak dini melalui pendidikan formal dan non formalnya, loh. Sebenarnya apa sih yang menjadi landasan pendidikan di Jepang?
Bangsa Jepang menganut filsafat bahwa manusia dapat diubah keadaan dan sifatnya melalui usaha orang lain atau usaha sendiri. Mereka tidak percaya bahwa manusia sudah sejak semula ditetapkan dalam keadaan tertentu yang tidak dapat diubah atau berubah. Dengan filsafat tersebut bangsa Jepang sangat mengutamakan pendidikan, termasuk pendidikan karakter (Mulyadi, 2014).
ADVERTISEMENT
Keseriusan bangsa Jepang terhadap dunia pendidikan ini lah yang menjadikan Jepang memiliki nilai-nilai khas budaya yang unggul. Adapun pendidikan karakter di Jepang ditanamkan melalui pendidikan moral atau disebut dengan doutoku-kyouiku. Doutoku-kyoiku berasal dari kata 道徳 (doutoku) yang berarti moral, dan kata 教育 (kyouiku) yang berarti pendidikan.
Doutoku-kyouiku ialah pembelajaran moral yang diberikan melalui sekolah, mulai dari jenjang SD hingga setingkat SMA. Melalui doutoku-kyoiku ini lah tercipta karakter bangsa Jepang yang kita kenal sebagai bangsa yang khas dengan karakter disiplin, ulet, jujur, pekerja keras, bertoleransi tinggi, dan sebagainya.
Doutoku-kyoiku ini diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan dan tak terpisahkan dalam mata pelajaran. Berbeda dengan di Indonesia, pendidikan moral ini diajarkan tidak hanya sebatas teori saja, melainkan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu menurut Mulyadi (2014), kandungan pendidikan moral atau doutoku-kyoiku secara rinci dibagi menjadi empat aspek, sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Yang pertama regarding self, meliputi: moderation (pengerjaan mandiri), diligence (bekerja keras secara mandiri), courage (pengejaan sesuatu secara benar dengan keberanian), sincerity (bekerja dengan ketulusan), freedom and order (nilai kebebasan dan kedisiplinan), self-improvement (pemahaman terhadap diri sendiri), love for truth (mencintai dan mencari kebenaran).
Yang ke dua yaitu relation to others, meliputi: courtesy (pemahaman terhadap tata sopan santun), consideration and kindness (memperhatikan kepentingan orang lain, baik hati, dan empati), friendship (memahami, dan menolong orang lain), thank and tespect (menghargai dan menghormati orang-orang yang telah berjasa kepada kita), modesty (menghargai orang lain yang berbeda ide dan status).
Yang ketiga adalah relation to the nature and the sublime, meliputi: respect for nature (mengenal dan cinta alam), respect for life (menghargai kehidupan dan makhluk hidup), sesthetic sensitivity (memiliki sensitivitas estetika dan perasaan), nobility (mempercayai kekuatan serta menemukan kebahagiaan sebagai manusia).
ADVERTISEMENT
Dan yang ke empat relation to group and society, meliputi: public duty (menjaga janji dan menjalankan kewajiban dalam masyarakat), justice (jujur dan tak berpihak tanpa diskriminasi, prejudice dan keadilan), group participation and responsibility (keinginan untuk berpartisipasi sebagai grup, menyadari perannya dengan bekerja sama), industry (memahami makna bekerja keras, dan keinginan untuk bekerja), respect for family members (mencintai dan menghormati guru dan orang di sekolah/kampus), contribution to society (menyadari kedudukannya dalam masyarakat setempat), respect for tradition and love of nation (tertarik kepada budaya dan tradisi bangsa, mencintai bangsa), respect for other culture (menghargai budaya asing dan manusianya).
sangat lengkap dan rinci ya? Muatan Doutoku-kyoiku ini adalah bentuk keseriusan Jepang dalam memberi perhatian terhadap karakter bangsanya melalui kurikulum pendidikan formal. Doutoku-kyoiku diintegerasikan dalam semua mata pelajaran di sekolah secara nyata contohnya pada mata pelajaran seikatsu atau life skill, anak-anak di usia sekolah dasar diajari cara menyebrang, adab bersama naik kereta, guru juga mengajak mereka untuk bersama naik kereta dan mempraktikkannya, serta menyampaikan kasus pelanggaran dan mengajak siswa untuk mendiskusikan pemecahannya.
ADVERTISEMENT
Dalam hal kebersihan dan keteraturan siswa juga diajarkan untuk merapikan sepatu atau benda lain di tempat yang telah disediakan, serta kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
Selain itu, anak-anak pada jenjang dasar hanya diajari perilaku sehari-hari yang ditemukan di lingkungannya, loh. Misalnya jika mereka sedang bermain, kemudian tanpa sengaja memecahkan kaca jendela tetangga, maka anak-anak diajarkan untuk segera minta maaf dan tidak boleh lari dari tanggung jawab.
Kemudian dalam hal penanaman moral tentang berbohong, pendekatan yang dilakukan oleh guru di Jepang tidak dengan mendoktrin tentang pentingnya untuk berlaku jujur, melainkan dengan mengajak anak anak berdiskusi tentang akibat-akibat berbohong. Wah, tak heran yaa kalau Jepang terkenal dengan bangsa yang sangat menjunjung tinggi kejujuran.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang unik lainnya adalah dalam doutoku-kyoiku tidak ada proses menghafal dan tidak ada tes tertulis pelajaran moral pada siswa, loh. Adapun untuk mengecek pemahaman siswa tentang moral ini biasanya mereka diminta untuk membuat karangan, atau menuliskan apa yang mereka pikirkan tentang tema moral. Kadang mereka juga diputarkan film yang memiliki muatan moral yang akan diajarkan, kemudian mendiskusikan makna dari film tersebut.
Dari uraian di atas, kita bisa menangkap ya bahwa bangsa Jepang sangat memahami bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karenanya pendidikan karakter dilakukan sejak dini dengan menitikberatkan pada pendidikan moral atau Doutoku-kyoiku yang diintergerasikan pada kehidupan sehari-hari siswa.
ADVERTISEMENT
Sangat menarik bukan? Semoga keseriusan bangsa jepang terhadap penanaman pendidikan karakter dapat dicontoh oleh negara kita, yaa. Terlebih Indonesia memiliki Pancasila yang sebagai dasar falsafah hidup yang tak lain berakar dari norma-norma kehidupan masyarakat Indonesia yang khas.