Konten dari Pengguna

Krisis Air Tangerang Selatan: Mampukah Kita Selamatkan Masa Depan?

Rafli Alfaudzan
Mahasiswa program studi psikologi yang suka menulis, membaca, dan menganalisis data.
25 Oktober 2024 12:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafli Alfaudzan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber foto : canva
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto : canva
ADVERTISEMENT

Ada apa dengan air?

Air merupakan elemen vital bagi kehidupan manusia. Namun, di beberapa wilayah, air malah memicu persoalan lingkungan yang kompleks. Tangerang Selatan, salah satu kota berkembang di kawasan Jabodetabek, tengah menghadapi masalah pencemaran air dan krisis air yang serius. Limbah rumah tangga dan industri telah meresap ke aliran sungai serta sumur, mengganggu kualitas air dan mengancam ekosistem serta kesehatan warga. Tantangan ini kian mendesak karena sebagian masyarakat bergantung pada air tanah untuk kebutuhan harian.
ADVERTISEMENT

Situasi Pencemaran Air di Tangerang Selatan

Pesatnya pertumbuhan sektor industri dan pemukiman di Tangerang Selatan membawa dampak signifikan terhadap lingkungan. Ribuan liter limbah, baik domestik maupun industri, dibuang setiap harinya tanpa pengolahan yang memadai. Menurut laporan Dinas Lingkungan Hidup pada tahun 2023, sejumlah sungai di kawasan ini mengalami peningkatan kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), yang menandakan bahwa air tersebut mengandung zat organik dan kimia dalam kadar tinggi. Air yang tercemar biasanya berwarna keruh dan berbau tidak sedap, menandakan bahwa kondisinya tidak layak digunakan.
Pak Andi, seorang warga yang tinggal di dekat aliran Sungai Cisadane, menuturkan bahwa air di lingkungannya sudah tidak dapat digunakan bahkan untuk mandi. "Air yang kami pakai menyebabkan banyak dari kami mengalami gangguan kulit," ujarnya. Di musim hujan, masalah semakin kompleks karena air tercemar meluas hingga sumur-sumur warga, memicu peningkatan kasus diare dan penyakit kulit, sebagaimana dilaporkan oleh Puskesmas setempat.
ADVERTISEMENT
Selain berdampak pada kesehatan manusia, pencemaran ini juga merusak ekosistem perairan. Banyak ikan mati karena kekurangan oksigen, dan beberapa spesies lokal terancam kehilangan habitatnya. Hal ini turut memengaruhi mata pencaharian nelayan yang bergantung pada hasil tangkapan sungai.

Studi Banding dengan Bogor

Bogor, yang juga menghadapi pertumbuhan industri dan urbanisasi, berhasil menjaga kualitas airnya lebih baik dibandingkan Tangerang Selatan. Salah satu faktor pendukung adalah banyaknya ruang hijau dan danau alami di Bogor, yang berfungsi sebagai penampung dan penyaring alami. Sungai Ciliwung, misalnya, masih memiliki kualitas air yang baik berkat hutan di wilayah hulu yang berperan sebagai penyeimbang ekosistem.
Steg (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau tidak hanya penting secara ekologis, tetapi juga efektif dalam mengurangi polusi. Di Bogor, pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk memilah sampah dan mengurangi penggunaan bahan kimia rumah tangga. Selain itu, regulasi ketat diterapkan dalam pengelolaan limbah industri dan aktivitas pertanian agar tidak mencemari aliran sungai.
ADVERTISEMENT

Faktor Penyebab Pencemaran Air di Tangerang Selatan

Ada beberapa faktor utama yang memperparah pencemaran air di Tangerang Selatan:
1. Limbah Rumah Tangga: Banyak rumah tangga belum memiliki akses ke instalasi pengolahan limbah (IPAL). Akibatnya, air limbah langsung dibuang ke sungai, meningkatkan kadar BOD dan COD.
2. Industri: Beberapa industri kecil di Tangerang Selatan belum menerapkan sistem pengolahan limbah yang memadai, sehingga limbah dibuang langsung ke sungai.
3. Kurangnya Edukasi dan Pengawasan: Minimnya kesadaran warga dan lemahnya pengawasan membuat praktik pembuangan sampah sembarangan terus berlangsung.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Selain berdampak pada kesehatan, krisis air ini juga menimbulkan kerugian ekonomi. Warga harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli air bersih karena sumur-sumur mereka sudah tidak layak pakai. Sektor perikanan pun mengalami penurunan produktivitas, sementara para petani melaporkan penurunan hasil panen akibat kualitas air irigasi yang buruk.
ADVERTISEMENT
Ketegangan sosial juga mulai muncul karena perebutan sumber air bersih. Air, yang seharusnya menjadi sumber kebersamaan, malah memicu konflik di tengah masyarakat.

Upaya Mengatasi Pencemaran Air

Untuk mengatasi pencemaran air, diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Beberapa langkah penting yang dapat dilakukan antara lain:
- Pengembangan IPAL: Pemerintah perlu memperluas jaringan instalasi pengolahan limbah agar seluruh rumah tangga dan industri terlayani.
- Penegakan Regulasi: Aturan mengenai pembuangan limbah harus ditegakkan dengan sanksi yang jelas bagi pelanggar.
- Kampanye Edukasi: Edukasi publik mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan harus terus digencarkan, baik melalui kampanye maupun pendidikan di sekolah.
Ibu Rina, seorang aktivis lingkungan di Tangerang Selatan, menekankan pentingnya peran edukasi. "Masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang dampak buruk pencemaran air agar mereka lebih sadar dalam mengelola limbah rumah tangga," jelasnya. Ia juga menyarankan agar pemerintah lebih transparan dalam memberikan informasi mengenai kualitas air kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT

Harapan untuk Masa Depan

Meski saat ini kondisi pencemaran air di Tangerang Selatan menjadi tantangan besar, ada harapan untuk perubahan. Bogor telah membuktikan bahwa dengan kebijakan yang tepat dan pelibatan aktif masyarakat, kualitas air dapat dipertahankan. Tangerang Selatan bisa meniru langkah ini dengan memperbanyak ruang terbuka hijau dan memperkuat regulasi.
Kerja sama antara pemerintah, organisasi lingkungan, dan masyarakat juga sangat diperlukan agar krisis ini dapat teratasi. Dengan upaya bersama, air yang semula menjadi masalah dapat kembali menjadi berkah bagi seluruh warga.