Fenomena Diskriminasi Perempuan di Jepang

Rafli Aziz Wicaksono
Mahasiswa Universitas Airlangga Studi Kejepangan
Konten dari Pengguna
4 April 2023 7:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafli Aziz Wicaksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto ilustrasi maternity harassement sumber:https://www.shutterstock.com/id/image-photo/young-pregnant-asian-woman-receives-maternity-2058472985
zoom-in-whitePerbesar
Foto ilustrasi maternity harassement sumber:https://www.shutterstock.com/id/image-photo/young-pregnant-asian-woman-receives-maternity-2058472985
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jepang merupakan negara yang sampai saat ini disebut sebagai negara maju. Negeri sakura tersebut memiliki kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi yang maju. Jepang juga merupakan negara yang masih mempertahankan nilai-nilai budayanya dan para penduduk jepang masih melestarikan kebudayaan yang ada di negara tersebut. Akan tetapi dibalik majunya negara Jepang masih ada beberapa masalah yang belum bisa diatasi negara tersebut seperti salah satu contohnya diskriminasi gender wanita yang ada di Jepang.
ADVERTISEMENT
Apa itu matahara?
Sumber:https://www.shutterstock.com/id/image-photo/equal-gender-seesaw-balance-job-sex-2110530866
Di Jepang sendiri ada istilah matahara (マタハラ) (maternity harassment)merupakan tindak yang tidak adil terhadap perempuan di dunia kerja seperti, tekanan dan pelecehan fisik atau mental dari atasan, rekan kerja, tempat kerja atau perusahaan terhadap pekerja wanita yang sedang hamil atau pasca melahirkan dengan melakukan pemecatan, penghentian kontrak secara sepihak, atau memaksa korban berhenti secara sukarela.
Hidup sebagai wanita Jepang tidaklah mudah, terdapat istilah penghalang semu layaknya kaca transparan dan lantai lengket jika seseorang wanita naik ke jabatan atau memegang suatu peran penting dalam suatu lembaga atau bidang pekerjaan. Para wanita ini akan dihalangi jika mereka ingin naik ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka menghalangi wanita itu dengan berbagai cara sehingga membuat para korban terpaksa tidak bisa naik atau para korban melakukan secara sukarela karena celah untuk naiknya tidaklah mudah.
ADVERTISEMENT
Beberapa media menjelaskan bahwa budaya masyarakat Jepang yang memaksakan peran gender pada perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat mebebani. Sulit bagi wanita Jepang untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi (keluarga) mereka dengan kehidupan kerja. Hal ini disebabkan rendahnya partisipasi laki-laki dalam berbagi tugas rumah tangga, khususnya pengasuhan anak. (Yuliana, 2020)
Penyebab diskriminasi di Jepang
Sumber:https://www.shutterstock.com/id/image-photo/gray-word-patriarchy-small-wooden-letters-1599990205
Diskriminasi yang terjadi sekarang ini adalah akibat budaya patriarki yang menjadi kebiasaan dan mengakar pada masyarakat Jepang zaman meiji. Wanita pada zaman Meiji dianggap kurang berguna karena fisiknya mereka yang dianggap tidak cukup kuat untuk berperang kemudian didorong dari struktur feodalisme, sehingga perempuan hanya dipandang sebagai peran tambahan untuk pria. Konfusianisme memandang perempuan sebagai objek saja, bahwa meneruskan garis keturunan dan mengurus keluarga itu penting, para pria zaman Meiji tidak memandang wanita sebagai manusia yang layak dicintai dan mendapat kasih sayang dari pasangannya.
ADVERTISEMENT
Di era Meiji, hanya wanita yang memiliki status sosial tinggi yang bisa mengenyam pendidikan, sedangkan perempuan kelas bawah kebanyakan adalah perempuan yang waktunya dihabiskan untuk membantu keluarga seperti membantu orang tua atau suaminya bekerja di ladang dll. Walaupun terdapat wanita yang berstatus lebih tinggi, pendidikan perempuan kalangan menengah ke atas tetap dibatasi.(Aulia, 2020)
Apa dampaknya pada wanita Jepang?
Sumber:https://www.shutterstock.com/id/image-photo/pregnant-woman-who-receives-maternity-harassment-1496285144
Efeknya pada wanita Jepang berbeda-beda, tapi kebanyakan dirasakan langsung oleh korban. Mulai jadi bahan gosip kolega, stres, kelelahan karena dipaksa bekerja lembur Bahaya kesehatan, aborsi, pemotongan gaji, mengakibatkan pengunduran diri jatuhnya pendapatan mengganggu keuangan pekerja dan keluarganya. Selain berdampak pada korban, ekonomi Jepang juga terkena imbasnya efek dari fenomena tersebut, tetapi efeknya bersifat jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu sudah seharusnya pemerintah Jepang menganggap hal ini menjadi suatu masalah serius karena dengan membiarkan masalah ini terjadi terus-menerus maka akan banyak masalah baru lain yang akan timbul akibat masalah yang belum teratasi pemerintah dan penduduk Jepang harus sadar dan bertindak untuk menyelesaikan serta mengubah atau meninggalkan budaya yang membawa dampak buruk yang telah mereka terapkan dari jaman dahulu kala.
Referensi:
Aulia, Z. H. (2020). DAMPAK MATAHARA TERHADAP PEREKONOMIAN JEPANG. 1, 1–7.
Yuliana, S. A. (2020). Ketidaksetaraan Gender sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan di Jepang. Journal of International Relations, 6(2), 358–367. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jihi/article/view/27332