Tantangan dan Peluang Industri Halal Indonesia

Seminar Ekonomi Islami di ISEF 2023 di JCC Senayan, Jakarta. Foto: Muhammad Rafli (pribadi).

Indonesia merupakan negara dengan penduduk penganut agama islam terbesar di dunia. Industri halal saat ini sedang ramai diperbincangkan karena permintaan produsen yang memiliki agama islam dan juga penduduk non muslim di dunia.

Masyarakat ekonomi global saat ini Tengah menaruh perhatian yang cukup besar terhadap industry halal yang menjadi trend. Perkembangan pasar muslim yang semakin besar tidak terlepas dari adanya segmen kelas menengah muslim belakangan ini yang dikenal dengan Gen-M (Generasi Muslim). Peran Gen-M yang dapat membuat perubahan besar untuk industri halal harus diperhatikan oleh perusahaan Gen-M (Generasi Muslim) sama halnya dengan generation X, Y (milenial) dan Z, namun disesuaikan dengan sosiohitoris di Indonesia sehingga disebut dengan istilah Gen-M (Generasi Muslim).

Peluang Industri Halal Indonesia

1. Aspek pengakuan global: Indonesia telah diakui oleh masyarakat dunia sebagai salah satu negara yang mengembangkan industry halal. Menurut State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021, Indonesia menduduki peringkat keempat dunia dari 15 negara yang masuk dalam Top 15 Global Islamic Economy Indicator Score Rank.

2. Aspek Keuangan Syariah: Pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bahkan ditengah pandemi sekalipun. Pemerintah telah Menyusun strategi utama untuk dapat meningkatkan sektor keuangan syariah.

3. Aspek Makanan Halal: Indonesia dengan negara mayoritas berpenduduk muslim, memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan produk makanan halal.

4. Aspek Wisata Halal: Indonesia merupakan negara kepualaun yang setiap daerah nya memiliki keunikan tersendiri. Potensi tersebut dapat meningkatkan peluang wisata halal berupa wisata religi dan juga masjid-masjid yang tersebar di kepualuan Indonesia.

Tantangan Industri Halal Indonesia

1. Indonesia memiliki pesaing dari negara-negara muslim yang lebih maju seperti negara-negara timur tengah.

2. Sertifikasi halal belum ada kesepakatan secara global.

3. Kurangnya kekompakan negara-negara muslim lainnya untuk mendapatkan standar produk halal.

4. Kurangnya minat dan kesadaran masyarakat untuk berkompetisi di rancah global.