Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
2 Cerpen Persahabatan di Sekolah Singkat yang Menginspirasi
6 Januari 2024 18:51 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masa sekolah adalah saat seorang remaja memiliki ikatan kuat dengan temannya hingga akhirnya menjalin hubungan persahabatan . Itu sebabnya, jika hendak membuat karangan tentang anak sekolah hal yang paling cocok ditulis adalah cerpen persahabatan di sekolah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Bahasa Indonesia Jilid 4B oleh Malik Tachir (2008:7), apabila membuat cerpen dengan tema persahabatan, dapat berisi tentang konflik maupun kasih sayang antara dua sahabat.
2 Cerpen Persahabatan di Sekolah
Membaca cerpen persahabatan di sekolah dapat membangkitkan memori tentang temannya. Hal tersebut dapat membuat seseorang kembali merindukan sahabatnya dan mempererat perasaan kasih sayang. Berikut contohnya.
1. Cerita Amel
Hari ini aku sangat kesal dengan sahabatku, Amel. Kami berencana untuk pergi ke cafe bersama-sama, namun di sana dia justru marah-marah kepadaku hingga seluruh pengunjung cafe memandangi kami. Aku sangat malu karena hal tersebut.
Akhirnya aku dan Amel berpisah di cafe dalam keadaan bertengkar. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya kita bertengkar saat mengobrol bersama. Amel adalah orang yang kadang emosional merasa tersinggung ucapanku. Padahal aku tidak mengucapkan hal buruk sama sekali padanya.
ADVERTISEMENT
Aku memasuki rumah dan duduk di ruang tamu dengan mood yang buruk. Hal itu membuat kakakku yang duduk sambil menonton TV menatapku keheranan. “Cepet banget pulangnya? Kenapa kamu?”
“Hm, nggak tahu deh! Kayaknya aku nggak mau temenan sama Amel lagi,” ujarku pada kakak perempuanku itu, Citra.
“Loh? Kok tiba-tiba ngomong begitu? Kalian bertengkar? Ada masalah apa?”
“Aku nggak tahu! Dia tadi tiba-tiba marah-marah ke aku pas kita lagi ngobrol dan ini bukan sekali-dua kali. Dia udah pernah begini ke aku. Aku udah nggak tahan sama sikap dia,” ujarku dengan rasa kesal yang meluap.
“Memangnya kamu tadi ngomong apa ke dia sampai dia bisa marah begitu? Pasti ada sebabnya kan?” Aku menghela napas dan mulai menceritakan kejadiannya pada Kak Citra.
ADVERTISEMENT
Aku mulai bercerita bahwa tadi Amel curhat kepadaku bahwa dia habis bertengkar dengan orangtuanya. Penyebab dari pertengkaran itu adalah karena Amel mendorong adiknya hingga jatuh dan menangis.
Saat itu Amel memang sedang mengerjakan tugas dan tak ingin diganggu. Namun, adiknya justru datang dan memaksanya untuk menemaninya bermain. Karena telah stres dan mosi Amel pun mendorong adiknya.
Hal tersebut membuat Amel dan orang tuanya berdebat dan bertengkar cukup hebat. Mendengar cerita Amel, aku menanggapinya dengan menasehatinya. Aku mengatakan padanya bahwa seharusnya dia tak mendorong adiknya karena itu sangat berbahaya.
Saat itulah Amel marah kepadaku, karena tidak membelanya. “Jadi gitu, Kak ... padahal kan memang dia salah. Benar dong kalau aku bilang harusnya dia nggak dorong adiknya?” ujarku mengakhiri cerita.
ADVERTISEMENT
“Hm, kamu memang benar. Ucapan kamu nggak salah, tapi mungkin saat itu Amel juga masih marah sama kejadian pertengkaran sama ibunya. Jadi dia langsung emosi waktu kamu juga menyalahkan dia.”
“Loh, aku nggak menyalahkan dia, Kak. Aku cuma ngomong apa adanya ... kan dia memang salah.”
“Iya, kakak tahu ... tapi orang yang lagi emosi itu kadang nggak bisa berpikir jernih. Menurut kakak, orang yang lagi curhat itu cuma ingin didengar dan dirangkul. Jadi, harusnya lebih baik kamu memahami perasaannya dulu. Baru setelah dia tenang, kamu nasehati dia.”
Aku terdiam berusaha memahami ucapan Kak Citra.
“Kamu nggak salah, Kok. Hanya saja, kalian cuma kurang memahami satu sama lain. Lain kali kalau dia curhat begitu, kamu tenangin dia dulu. Baru pelan-pelan kamu nasehati dia. Dengan begitu, dia pasti ngerti.”
ADVERTISEMENT
Ucapan Kak Citra membuatku tersadar. Mungkin seharusnya aku bisa menanggapi Amel dengan lebih baik lagi. Sepertinya aku harus minta maaf pada Citra besok. “Iya ya, Kak ... makasih ya”
2. Rekreasi Sekolah
Aku sangat sedih hari ini. Ibuku mengatakan bahwa aku tidak bisa mengikuti rekreasi sekolah karena beliau tidak punya uang. Padahal semua temanku mengikuti karya wisata. Hanya aku sendiri yang tidak.
“Hai, Edo! Kamu kenapa?” aku mendengar Ridwan, temanku memanggilku dan berjalan ke arahku. “Kamu ada masalah, Do?”
“Iya, aku sedih karena aku tidak bisa ikut rekreasi bersama. Ibuku bilang, dia tidak punya uang.”
“Astaga, kamu pasti sangat kecewa,” ucap Ridwan sambil merangkul bahuku. “Tapi ibumu pasti juga sedih, karena tidak bisa kasih kamu uang. Dia nggak bermaksud bikin kamu sedih.”
ADVERTISEMENT
“Aku tahu. Aku cuma sedih karena nggak bisa bersenang-senang dengan kalian.”
“Bagaimana kalau saat rekreasi itu kita ke hutan kota bersama? Nanti kita bisa piknik sambil main game bersama! Itu tidak membutuhkan banyak uang, kita menabung saja pakai uang jajan kita.”
Aku terheran dengan ajakan Ridwan. “Loh? Memangnya kamu tidak ikut rekreasi juga?”
Ridwan mengangguk. “Aku tidak bisa pergi selama tiga hari berturut-turut ke luar kota. Karena hari itu adalah jadwal ibuku pergi ke Malaysia untuk berobat, hehe. Kamu tidak sendiri, Kawan. Aku juga tidak bisa ikut rekreasi.”
Aku terharu dengan ajakan Ridwan kepadaku sehingga aku tak bisa menahan senyumanku. “Oke, ayo kita pergi ke hutan kota bersama!”
ADVERTISEMENT
Itulah contoh dua cerpen persahabatan di sekolah. Cerpen dengan tema persahabatan seperti di atas dapat diambil pelajaran yang terkandung di dalamnya. Selain itu, akan lebih mudah bagi pembacanya untuk mengenal arti persahabatan. (SLM)