Konten dari Pengguna

2 Contoh Teks Resensi Singkat dan Penjelasannya

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
6 Oktober 2023 16:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh teks resensi. Sumber: www.unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh teks resensi. Sumber: www.unsplash.com
ADVERTISEMENT
Resensi adalah bentuk tulisan kritis yang memberikan tinjauan tentang karya seni, buku, film, atau acara lainnya. Ada beberapa contoh teks resensi yang bertujuan untuk dapat memberikan gambaran umum tentang karya tersebut serta pendapat dari penulis resensi sendiri.
ADVERTISEMENT
Menurut buku Terampil menulis Sinopsis dan Resensi Karya Sastra, Irzal Amin (2021:95), resensi dapat dikatakan bentuk tulisan artikel yang paling sederhana. Ini karena menulis resensi tidak menggunakan halaman yang panjang seperti menulis novel serta tidak menggunakan kata yang bermakna dalam seperti puisi atau drama.

Contoh Teks Resensi dari Buku Fiksi dan Non Fiksi

Ilustrasi contoh teks resensi. Sumber: www.unsplash.com
Menulis teks resensi buku atau film adalah cara untuk terlibat aktif dalam memberikan kontribusi kepada pembaca dan penonton. Teks resensi merupakan teks yang berisi mengenai ulasan dari sebuah karya.
Karya yang bisa diulas di antaranya buku, film, cerpen, hingga novel. Ada beberapa tujuan dari dibuatnya teks resensi. Di antaranya memberi informasi secara singkat atau sekilas pada publik yang belum pernah menikmati suatu karya.
ADVERTISEMENT
Sehingga hal ini bisa membantu mereka untuk memahami dan mendorong mereka untuk menikmati sebuah karya. Berikut contoh teks resensi dari buku fiksi dan non fiksi yang populer di Indonesia.

1. Contoh Teks Resensi Novel “Laskar Pelangi”

a. Identitas Buku:
Judul Buku: Laskar Pelangi
Pengarang: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tahun Terbit: 2005
Jumlah Halaman: 529 halaman
b. Sinopsis
Laskar Pelangi merupakan novel fiksi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan 10 anak di Pulau Belitung yang saling bersahabat. Orang tua mereka memiliki profesi yang sama, yaitu penambang timah. Meskipun hidup di tengah kemiskinan, namun mereka memiliki semangat bersekolah yang tinggi.
Keadaan sekolah mereka cukup memprihatinkan dan tidak layak huni. Sempat mendapat teguran dari pemerintah untuk menutup sekolah tersebut karena jumlah muridnya yang sedikit, yaitu hanya 10 orang siswa. Ketika sekolah nyaris ditutup karena pada saat penerimaan peserta didik baru hanya ada 9 orang siswa, Harun datang sehingga sekolah tidak jadi ditutup.
ADVERTISEMENT
Dalam novel ini, karakter guru yang bernama Ibu Muslimah digambarkan merupakan sosok guru yang penyabar dalam mendidik para siswa. Meskipun beliau hanyalah lulusan SMP, namun beliau memiliki tekad yang kuat untuk mendedikasikan diri di dunia pendidikan.
c. Kekuatan Buku
Cerita ini mempunyai gaya bahasa yang baik sehingga menjadikan alur ceritanya menarik untuk dibaca. Selain itu, banyak pelajaran hidup yang bisa diambil berdasarkan cerita di dalam novel ini.
d. Kekurangan Buku
Latar belakang cerita berasal dari daerah terpencil sehingga ada beberapa bahasa yang tidak dimengerti oleh orang awam.

2. Contoh Teks Resensi Buku Indonesia Rumah Kita

a. Identitas Buku
Judul : Indonesia Rumah Kita
Penulis : Ahmad Syafi’i Maarif, Mahfud MD, Benny Susetyo, Alissa Wahid, Faisal Oddang, dkk.
Penerbit : Liputan Enam
ADVERTISEMENT
Edisi : Pertama, 2019
Tebal : 255 halaman
b. Sinopsis
Dalam buku ini dihimpun buah pemikiran dari banyak tokoh di negeri ini. Nama-nama pemikir itu juga tidak asing, seperti Buya Syafi’i Maarif, Alissa Wahid, Mahfud MD, Butet Kertaradjasa, dan lain lain. Juga muncul nama-nama sastrawan yang seperti Faisal Oddang dan Linda Christanty. Semuanya ibarat sebuah parlemen sidang, sedang menguatkan keragaman Republik ini dari sudut kepakaran masing-masing.
Boleh disimpulkan bahwa keberagaman yang dipotret dalam banyak tulisan buku ini adalah keelokan ragam budaya dan anomali gesekan akibat keelokan tersebut.
Fokus yang dibahas Agni Malagina adalah potret keberagaman Indonesia dari sepotong kain batik Tiga Negeri. Batik tiga warna yang memadukan pola batik dari Lasem, Pekalongan, dan Solo. Pun tiga warga: merah, biru, dan cokelat sogan.
ADVERTISEMENT
Perpaduan tiga kawasan ini juga yang dijadikan potret betapa cair budaya Indonesia, khususnya batik. Sepotong wastra tersebut mampu mengadopsi khazanah masing-masing daerah. Lebih dari itu Batik Tiga Negeri juga menjadi cawan peleburan atas budaya Nusantara, Tiongkok, dan Belanda.
Tiga ciri warna dipercaya memiliki arti merah getih pitik (merah darah) cerminan tradisi Tionghoa dari Lasem, biru indigo Belanda Pekalongan, dan cokelat sogan yang sarat makna filosofi Jawa (tertera di halaman 20).
Selain wastra, negara kita juga kaya akan bahasa daerah. Ini yang dipotret oleh Joni Endardi. Kepala Bidang Pengembangan Strategi Kebahasaan, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemedikbud ini mengutarakan perihal betapa kayanya bahasa daerah kita.
Sumpah Pemuda memang memproklamirkan bahwa rumpun-rumpun bahasa itu akan menjungjung hormat pada bahasa kesatuan Bahasa Indonesia. Tampak bahwa itu kelak akan menafikan bahasa-bahasa daerah demi unggulnya bahasa persatuan.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata, peristiwa paling sastrawi dalam sejarah Indonesia itu-meminjam kalimat Butet Kartarejasa-menyediakan ruang netral untuk saling berinteraksi, tanpa melukai, dan merasa bahasanya lebih tinggi dari bahasa lain.
Endardi membuktikan dengan kosakata malam dan mata saja bisa memunculkan banyak sekali lema dari bahasa daerah. Keberagamaan ini adalah kekayaan linguistik yang bila tidak dirawat dapat musnah dan digerus bahasa-bahasa prokem dan bahasa asing.
c. Kekuatan Buku
Beberapa esai dalam buku ini memaparkan pundi-pundi kebudayaan yang harus diterima beragam. Mulai dari kesenian daerah, teater, atau ritual-ritual kebudayaan dari penjuru Indonesia.
d. Kekurangan Buku
Yang belum banyak dibahas dalam buku ini adalah kuliner. Hanya satu esai membahas makna toleransi agama Islam dan Hindu dari semangkuk soto Kudus. Padahal, urusan soto, sambal, satai, misalnya, memiliki ragam dan wujud asimilasi budaya di setiap daerah.
ADVERTISEMENT
Keberagaman racikan tidak kemudian memunculkan pertikaian antar penggemar masing-masing soto. Pelajaran menghargai perbedaan dari ragam kuliner akan membuat pembicaraan dalam buku semakin komprehensif.
Dengan memberikan 2 contoh teks resensi ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai penyusunan resensi sebuah buku dan film. (VAN)